9. The Unwanted

1.3K 105 3
                                    

Sejak hari itu semua orang di sekolah mulai menjaga jarak darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak hari itu semua orang di sekolah mulai menjaga jarak darinya. Dafa tidak tahu apa salahnya. Dia juga tidak tahu mengapa begini jalan hidupnya. Dan tatapan teman-temannya yang melihatnya seakan-akan dia adalah sampah terus saja berputar mengganggu pikirannya.

Dafa semakin banyak berubah. Dia mulai lebih banyak diam. Jauh lebih diam dibanding dirinya yang dulu. Semakin hari, apa yang dilihatnya semakin palsu. Semakin lama pula dia membuka matanya, maka semakin pula dia merasa hidupnya tak berguna. Maka, yang selalu dilakukannya adalah menunduk. Menghindari tatapan orang-orang. Dan terus bersembunyi dibalik topi hitamnya.

"Yah, ada Dafa. Ayo pergi buruan. Takut gue sama dia. Dia kan anak orang nggak bener."

"Iya, ayo pergi. Cepet! Jangan sampe dia nularin virus ke kita-kita!"

"Elah. Ada sampah di sini. Lo-lo semua yang nggak mau kotor, mending buruan pindah, deh. Najis makanan kalian kena sampah."

"Uhh... Gue jadi nggak nafsu kalau makan sambil lihatin sampah."

Dafa berusaha tak mempedulikan suara-suara bersahutan itu. Dia merapatkan topinya, memasang headset dan menyalakan musik, lalu kembali menunduk menyantap makanannya. Berusaha tak peduli dengan setiap cemohan yang didengar telinganya. Begitu pun di setiap tempat lainnya. Di kelas, parkiran, taman, dan setiap sudut di sekolah dimana orang berpapasan dengannya, setiap orang akan menatapnya seperti sampah.

Dafa sudah mulai terbiasa.

Bahkan di sesi terakhir sekolah pun, mereka masih terus menggunjingnya. Seperti siang hari itu, terlamat-lamat Dafa menuntun sepedanya keluar. Terus menghindari setiap bisikan yang ditujukan padanya. Sampai akhirnya suara klakson terdengar berulang-ulang menyadarkannya.

Dafa mendongak dan melihat Darian bersama gerombolannya di dalam mobil. Mau apalagi mereka?

"Hai, anak pelacur! Siang ini kok gue nggak lihat lo, sih? Gue kira lo udah lenyap. Eh, tahunya masih hidup." Darian tertawa sambil menurunkan jendelanya.

Dafa kembali menunduk. Sebisa mungkin menjauhi mobil itu. Tapi yang terjadi berikutnya gerombolan itu turun dan mengganggunya. Seperti yang sering kali terjadi.

"Dan, gue mohon-" Dafa merintih ketakutan. Membuat Darian semakin tertawa.

"Santai. Lo tenang aja. Hari ini gue nggak jahat, kok." Darian tersenyum miring. "Gue cuma mau ajak lo ke suatu tempat. Yah, kita liburan hari ini. Jarang-jarang lho, gue baik hati sama lo."

Dafa menggeleng. "Gue nggak mau," lirihnya.

"Lo harus mau! Kita mau seru-seruan, ya, kan?" Darian meminta persetujuan teman-temannya.

"Yo'i. Bener banget! Kita mau muncak! Pasti asyik!" salah seorang teman Darian yang bertubuh gemuk mengangguk dengan senyum miring.

Lalu yang lain menyahut. "Nyesel lo nanti kalau nggak ikut."

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang