49. The Patient

1.3K 137 15
                                        

"Coba lihat dua foto ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Coba lihat dua foto ini. Sebelah kanan namanya Christopher. Kalau yang sebelah kiri Adrian."

Dafa mengernyit bingung mendengar penjelasan dari Princessa. Ditatapnya kedua mata ber-softlens milik perempuan itu. "Terus?"

Sessa berdeham-deham malas. "Jadi, dua orang ini bersedia menjual ginjal mereka untuk Dan."

Dafa menoleh sebentar. Lalu tersenyum sinis. "Buat apa lo susah-susah nyari kayak gitu? Sementara di depan lo ada adiknya yang udah pasti cocok sama Dan."

"Aku nggak mau! Kita pakai mereka aja!" Sessa masih tak menyerah. Dia mengeluarkan beberapa amplop dari tasnya. "Christopher menjual ginjalnya seharga seratus lima puluh juta. Untuk Adrian, dia cuma minta kita bayar biaya perawatan orang tuanya. Atau-"

Suara Dafa menyela tiba-tiba. "Atau?"

"Atau Ricky. Mahasiswa asal Bandung. Katanya dia mau menukar ginjalnya dengan mobil. So, how?"

"Shit!" dengus Dafa malas. "Murahan."

"Cukup, Daf! Jangan bikin aku muak! Kita tinggal pilih salah satu yang punya kecocokan paling tinggi dengan tes kesehatan milik Dan. Terus kita bisa bayar mereka. Gimana?"

"Bener-bener murahan."

"Kamu yang murahan!" teriak Sessa murka. "Jadi ginjal kamu itu sangat murah sampai kamu mau kasih begitu aja ke musuh kamu?"

"Saudara gue."

"Iya, terserah kamu mau bilang apa. Tapi yang jelas aku mau bawa hasil tes ini ke lab untuk pemeriksaan lebih lanjut. Kalau kamu nggak mau, biar aku sendiri."

Dafa bangkit. Perlahan menarik lengan Sessa. "Wow, sejak kapan lo jadi begini baiknya Princessa?"

Sessa tersenyum sinis. "Sejak aku tahu kalau di dunia ini banyak orang bodoh. Kamu salah satunya."

"Lo juga. Please, stop acting so kindly. Pada akhirnya lo tetap busuk."

"Asal kamu tahu, terkadang yang busuk itu bermanfaat. Kamu yang buta dan nggak mau melihat."

Lalu tatapan Dafa menyendu. "Justru karena gue terlalu lama melihat, akhirnya gue buta."

Sessa menghembuskan nafas panjang. Tatapannya teralih pada studio yang kini mulai menyala-nyala terang. "Aku lanjut take dulu bentar. Nanti kita omongin lagi."

"Oke." Dafa tersenyum tipis dan berlalu.

***

"Princessa itu cantik juga." Azel menilai dari balik majalah yang dibacanya.

Eza menoleh ke arah Azel. Sepupunya hari ini mengganggu sekali sih. Pagi-pagi dia datang tiba-tiba merecokinya di kantor dengan dalih mengalami gabut berkepanjangan gara-gara tidak ada jadwal. Lalu dia bilang jadwal prakteknya kosong dan tidak ada yang bisa dilakukannya. Faza tengah sibuk dengan Humas dan dia merasa tidak enak mengganggu. Sekarang dia memilih mengganggu Eza di kantor Wide.

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang