53. The Black Shadow

873 136 17
                                    

Hari sudah malam dan yang dilakukan Dafa hanya merenung di balik alphard hitam kebanggaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari sudah malam dan yang dilakukan Dafa hanya merenung di balik alphard hitam kebanggaannya. Di sampingnya Azel menemani. Sejak tadi hanya hening yang menyelimuti keduanya. Sesekali Dafa memainkan kotak rokoknya tanpa ada niatan menjawab.

"Gue tahu, ada banyak hal yang lo sembunyiin dari gue." Suara Azel penuh kesedihan.

Dafa menghembuskan nafas panjang. Perlahan menyenderkan diri di salah satu sudut tembok. Lalu mengeluarkan sebatang rokok dan mulai menyulutnya. Matanya kembali hampa. "Asal lo tahu, ada banyak hal yang nggak bisa gue ceritakan."

Azel menoleh. Menatap Dafa yang masih terus menghisap rokok. Dari sini Azel bisa menangkap raut frustasi yang tergambar di sana. "Jadi, lo ini siapa, Daf? Apa bener nama belakang lo Dawson?"

Dafa mengepulkan asap rokoknya ke udara. Seulas senyum miringnya muncul. "Akhirnya lo tahu."

Azel memejamkan mata sesaat. "Jadi, lo dan Darian?"

"Darian saudara tiri gue. Sedangkan gue, gue anak dari istri kedua." Dafa tertawa getir. "Punya kehidupan seperti ini bukan kemauan gue sama sekali."

Dafa tersenyum miris. Tanpa sadar dia mulai menceritakan semuanya. Seharusnya dia tidak pernah melakukannya. Tapi, dengan Azel dia merasa bisa mencurahkan semuanya. Tanpa harus dia menutupinya. Seharusnya Dafa melakukannya sejak dulu. Tapi, dulu dia tidak begitu kuat dan terlalu takut Azel menjauhinya.

"Gue malu. Mama gue mantan pelacur, Zel. Gue tahu semua masa lalunya. Dulu dia yang menjebak Papa supaya mau menikahinya dan terbebas dari hidup miskin. Hingga detik ini beliau masih nggak berubah. Masih terus mengejar harta. Makanya, waktu itu gue pergi dari Kanada. Gue nggak mau mempermudah jalan nyokap gue."

Azel terdiam menatap Dafa. Mata laki-laki itu mulai kosong. Seakan tidak ada lagi hal yang tersisa untuk dilihatnya. Dan begitu Dafa menunduk sambil meremas rambutnya kuat-kuat, Azel segera berlari mendekat.

"Gue anak pelacur, Zel. Gue kotor. Bahkan gue nggak pantes lahir di dunia ini. Semua orang benci sama gue. Dan gue pantas mendapatkan kebencian mereka."

"Cukup, Daf. Berhenti. Jangan ngomong lagi." Azel berteriak panik. "Kalau lo nggak mau cerita, jangan cerita. Gue nggak akan maksa."

Dafa tertawa getir. "Lo juga boleh menjauh dari gue, Zel. Lo boleh benci sama gue kayak yang lainnya. Gue nggak akan ngelarang lo."

"Astaga. Gue nggak pernah mikir begitu!"

"Gue emang pantes menerima ini semua."

"Please, sadar Daf! Sadar!" Azel berseru kencang. Kesabarannya sudah hampir habis menghadapi Dafa yang begini. Selama beberapa tahun baru kali inilah Azel benar-benar mengetahui sisi kelam sahabatnya itu.

"Gimana pun juga, Dan harus mendapatkan semuanya kembali. Semuanya." Dafa bergumam tanpa sadar. "Nanti saat Papa pulang, gue akan minta izin dari dia. Supaya Dan bisa segera sembuh."

Revenger CriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang