Chapter 2 - 1

14 5 3
                                    

Anggukan daripada rembulan
Artikan bagai persetujuan
Anggapan menyirat perlawanan
Andaian bagi pengharapan
'~*~'

Bulan menyenangkan untuk dilihat dari jalanan ibukota yang ramai aktivitas. Debu cahaya teleportasi dapat dilihat dari sisi manapun para penyihir sempat berlalu.

Di depan gedung toko pelana yang jarang dikunjungi penyihir, seorang wanita sedang memintal benang dengan wajah bersukacita. Lain hal saat menoleh pada putrinya yang seorang dayang baru di istana. Anak gadis itu terus mengeluh dan menghela napas gusar sejak tadi. Dia memainkan sihir benang dengan jemari kecilnya dan dalam sekejap, berhasil menyelesaikan sebuah untaian benang.

Sampai beberapa jam kemudian, wanita itu masih hanyut dalam pekerjaannya, memintal benang yang tidak akan pernah selesai tepat waktu.

"Ibu ... berapa lama lagi Ibu harus memintal benang? Memangnya benar-benar ada yang memesan sebanyak itu?"

Anak gadis itu tak tahan lagi. Dia berdiri dan mengucapkan banyak mantra sihir tingkat tinggi yang memperlambat aliran kekuatan dalam dirinya. Gunungan perangkap jaring muncul dan berjejer dengan rapi, memenuhi ruang gerak toko yang kecil.

Wanita pemintal benang melihat sekilas, menghentikan pekerjaannya dan menghela napas. Tanpa menunjukkan perlawanannya, wanita itu menyalurkan sihir dengan bertahap pada putrinya yang kelelahan.

"Kemampuan sihirmu telah meningkat." Wanita itu kembali memintal benang dan melanjutkan, "Tetapi perangkap jaring yang dibuat dengan sihir tidak akan bertahan lama."

"Ibu tidak perlu memikirkan hal itu lagi. Perangkap jaring tergantung pada kekuatan sihir pengguna. Jika para pemburu itu lemah, maka wajar saja bila tidak berhasil menangkap mangsa."

Pemikiran anak gadis itu membuat ibunya geleng kepala.

"Tampaknya aku sudah terlalu memanjakanmu. Andai kamu tahu," tegur wanita itu terhenti dengan suara lonceng pintu yang berdenging. Dia bangkit dan membukakan pintu bagi seorang pria muda yang menunduk sedikit untuk menghindari kain pintu.

Pria itu terkesima saat melihat tumpukan pesanan yang sudah jadi. Bertepuk tangan, ia berbalik dan mengucapkan kekaguman pada wanita yang berhasil menyelesaikan pesanan.

"Ini bagus. Perburuan kali ini bisa dilaksanakan lebih awal," sanjung pria itu seraya menurunkan tudung jubah, mengeluarkan sekantong batu-batuan yang digunakan untuk pembayaran.

Awalnya anak gadis yang duduk di sudut ruangan tidak memedulikan si pelanggan hingga tawa ramah pria itu menarik perhatiannya. Dia menoleh dan menemukan ekspresi lembut yang tak biasa, paras nan berbeda dari setiap penyihir pria yang pernah dikaguminya.

"Ibu, apakah dia pemburu yang memesan perangkap jaring dari kita?" tanya anak gadisnya sedari membalas senyum, berdiri di samping wanita yang meliriknya heran.

Wanita paruh baya mengangguk. Dia kembali ke ruang dalam, mengeluarkan beberapa kantong sihir yang dapat menyesuaikan ukuran sesuai kebutuhan penyihir.

"Saya sangat menyesal untuk mengatakan hal ini. Tapi pesanan yang Anda minta belum selesai dibuat. Berikut perangkap jaring di sana mungkin tidak akan cocok digunakan untuk perburuan beresiko tinggi. Saya khawatir Tuan harus menunggu sekitar sebulan lagi," ungkap si wanita sembari menyerahkan sebuah kantong sihir yang berisi gulungan perangkap jaring.

Pemuda itu membacakan mantra sihir dan dengan hati-hati memeriksa perangkap jaring di dalam kantong. Dari segi kualitas, apa yang dikerjakan dengan tangan dan perangkap jaring dari sihir memang sangat berbeda. Namun menilai kecepatan wanita itu memintal benang, dia cemas apabila perburuan tahun ini akan ditunda karena keterlambatan pemesanan. Selain pemilik toko pelana ini, tidak ada pemintal benang lain yang dekat dari ibu kota.

Berbagai pertimbangan, dia menutup kantong dengan sentuhan ringan. Debu sihir menghilang. Tepat ketika ia menengadah untuk berbicara, tatapannya bertemu dengan anak gadis di toko yang menyela.

"Apakah Tuan akan menangkap raksasa? Tingkat perangkap yang kubuat dari sihir semestinya sudah cukup. Mengapa Ibu tidak membiarkan Tuan ini yang menilai?"

Anak gadis itu dengan bangga beranjak dan meraih sebuah perangkap jaring yang bertumpuk, membacakan mantra sihir dalam hati. Cahaya kehijauan yang menunjukkan aura pengguna pun muncul, melingkupi mereka dari atas, mewujud sebuah perangkap sihir yang telah diperbesar dan siap menangkap mangsa selebar 3 kaki.

Pemuda di sana takjub. Dia melirik kagum pada gadis yang tampak serius mempertahankan kekuatan mantra dalam dirinya.

"Kamu adalah penyihir tingkat tiga?"

Anak gadis itu mengangguk. Merasa senang telah memamerkan kekuatan sihir miliknya.

Ketika pemuda itu hendak melanjutkan pujiannya untuk si gadis, ia mendengar suara embun yang jatuh tak jauh dari sana, memberi ia perasaan tak menyenangkan. Seolah sesuatu yang kuat sedang menguak rahasia dalam dirinya. Namun begitu suara itu menghilang, dia tak lagi merasakan kegelisahan yang lalu dan kembali menilai anak gadis di depan.

"Dengan perangkap jaring yang dibuat oleh penyihir tingkat tinggi, perburuan kali ini sudah dapat dipastikan kemenangannya. Nyonya, Anda jangan khawatir." Pemuda itu meraih sebuah perangkap jaring di bawah lentera kayu. "Perangkap jaring ini hanya digunakan untuk berburu hewan liar yang tidak mencapai tingkat berbahaya. Peralatan yang disiapkan telah lebih dari cukup. Ditambah perangkap jaring yang telah Nyonya buat, tidak akan ada masalah yang berarti."

Ucapan pemuda itu membuat si wanita lebih tenang. Sorot matanya dengan cepat beralih ke arah anak gadis yang tampak terpesona. Ketika ia bermaksud untuk menyudahi percakapan mereka, sikap putrinya yang suka menyela kembali muncul.

"Tuan, apakah Tuan seorang prajurit?"

Pemuda itu menoleh cepat, ujung matanya menilai dan mengingat di mana ia pernah bertemu dengan anak gadis itu.

"Bukan," simpulnya. Pemuda itu membuka kantong penyimpanan dan memperlihatkan tanda pengenal pedagang yang umum.

Seperti yang dia duga, anak gadis itu terlalu muda untuk dapat mengenali tanda pengenal palsu. Hanya sekali lirik, gadis itu mengeluarkan ekspresi paham dan tampak tidak tertarik dengan pedagang yang dikategorikan penyihir lemah.

"Begitu ya. Tolong lupakan pertanyaanku barusan."

Anak gadis itu menghindar dengan cepat. Tidak lama kemudian, ia telah berganti pakaian dan bersiap keluar.

"Ibu, karena pesanan itu sudah disetujui. Ayo kita pergi melihat keramaian. Jarang sekali aku punya waktu libur," ajaknya setelah melihat pelanggan telah keluar.

Ibu dan anak itu melewati gang-gang kecil yang gelap hingga percikan cahaya muncul dan membawa mereka dengan sihir teleportasi. Dari arah belakang, seseorang melangkah keluar bersama yang lain.

Princess of Magic LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang