Di luar desa yang jauh, akar tanaman terhempas bersama bekas cakaran serigala yang tercetak dalam di batang pohon. Dua makhluk di garis perbatasannya masing-masing sedang berhadapan.
"Sejak perjanjian itu dilaksanakan, tidak boleh ada penyihir yang menginjakkan kaki di wilayah manusia. Apakah kalian pikir para manusia cukup bodoh untuk membiarkan kalian menyihir pikiran kami!"
Prajurit itu mengayunkan tombaknya. Angin riuh berputar, menunjukkan garis yang membatasi kedua kubu. Bendera yang terikat di tombaknya berkibar ke samping dengan simbol Anti Penyihir. Dia diajarkan untuk membasmi setiap penyihir yang mendekati perbatasan. Sudah sangat lama sejak para penyihir hitam melewati perbatasan dan berperang dengan Pasukan Anti Penyihir. Pada saat itu, dia masih seorang anak kecil yang bersemangat. Kecerobohannya membuat dia tidak diizinkan ikut dalam perang. Menemukan kesempatan saat ini, tentu dia tidak akan melepaskan kesempatan unjuk diri.
"Kami bukan penyihir gelap."
Di sisi lain, Dares menunjukkan tanda pengenal dan tanda tugas yang mengharuskannya mencari di luar wilayah penyihir. Terutama di wilayah manusia. Logikanya meyakinkan dia untuk tidak mencari di wilayah raksasa karena tidak mungkin sang Putri Sihir yang tidak memiliki sihir berani bersembunyi di antara para raksasa. Namun menyaksikan betapa keras kepala pemuda di depan, dia mulai ragu kalau Putri itu masih hidup.
"Berikan kami waktu satu bulan untuk mencari. Setelah itu, kami akan kembali tanpa menyakiti siapa pun," tawar Dares. Dia selalu mengandalkan kemampuan negosiasinya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Hanya saja, dia lupa mengantisipasi kepala batu di depan.
"Tidak bisa! Satu bulan sudah cukup untuk membuat aliran sesat di wilayah manusia. Aku tidak akan memberi kesempatan apa pun!" Prajurit itu kembali memamerkan ujung tombaknya. "Cepat pergi! Jangan coba-coba menyuapku! Aku pria yang setia dan berdedikasi dalam tugas."
Keributan yang ditimbulkan prajurit itu mendatangkan prajurit wanita dengan ikatan ekor kuda. Dia menyampir pedang dan mendekati garis batas.
"Apa yang terjadi di sini?" Wanita itu berbicara dan baru menoleh ke arah Dares yang berdiri tegap dengan jubah biasa beserta seekor serigala dewasa yang duduk di sampingnya.
Terpesona oleh ketampanan pria di depan, dia hampir melangkahi garis batas untuk melihat lebih dekat. Prajurit di belakang segera berteriak.
"Senior! Anda jangan terpengaruh oleh kekuatan sihir! Dia pasti menggunakan mantra aneh untuk membuat wajahnya tampak bagus!"
Seruan prajurit bertombak itu membuat prajurit wanita malu. Dia berbalik dan melayangkan tamparan hingga prajurit itu tersungkur.
"Omong kosong! Mana mungkin aku terpengaruh oleh ilmu sihir. Aku memastikan apakah tanda yang dia bawa benar atau palsu."
"Tanda itu memang sungguhan." Suara seseorang dari sisi yang lain mengejutkan mereka.
Pemimpin Pasukan Anti Penyihir maju sembari memberi tatapan peringatan kepada dua orang yang dianggap sedang membuat masalah.
"Tapi kami tidak bisa memberikan izin selama satu bulan." Batu pengenal kekuatan sihir yang disimpan Pemimpin bersinar terang. Bukti bahwa Dares memang seorang penyihir dengan kekuatan tingkat tinggi. "Dalam satu minggu, temukan penyihir yang kamu inginkan dan tinggalkan wilayah kami."
Pemimpin Pasukan menegaskan ucapannya kepada Dares. Tetapi Dares justru menemukan makna keraguan dalam kalimat barusan. Dugaan tentang Putri yang kabur ke wilayah manusia mungkin akan mendapatkan hasil. Dia segera berterima kasih dan membawa serigalanya untuk melewati batas.
Dares merasakan tingkat sihir menurun drastis. Dia baru mengetahui pengaruh segel di perbatasan yang memungkinkan manusia-manusia lemah mengintimidasi kaum penyihir. Saat dia menjadi penguasa kelak, dia pasti akan menemukan cara untuk melenyapkan batasan itu.
Semilir bertiup menguak jejak, serigala mengikuti aroma darah keturunan bangsawan yang sempat menguar. Dalam waktu singkat, Dares telah tiba di depan sebuah bangunan yang baginya tampak seperti kastil tua. Tempat yang ditinggalkan dan tidak lagi dikunjungi untuk waktu lama, mengingatkan dia pada penjara dalam istana sihir di mana dia bertarung mati-matian dan hampir kehilangan nyawa. Begitulah dia teringat siluet gadis bak putri yang membantunya melarikan diri pada waktu itu. Dia ingin segera kembali dan menemukan jejak Putri yang misterius.
"Tuanku," ucap serigala yang telah berubah ke wujud sebenarnya, seekor rubah bermata abu. "Ada empat manusia di dalamnya. Apakah kita harus masuk dan menerkam mereka semua sampai mati?"
Dares mencibir, "Tidak. Kita akan masuk saat tengah malam dan mencari keberadaan Putri yang kabur tanpa diketahui."
Malam hari setelah pintu para pelayan dikunci. Dares membacakan mantra penyamaran bersama rubah yang mengendus aroma. Mereka berhenti di depan sebuah kamar yang terkunci.
"Aromanya berasal dari balik pintu." Rubah itu kembali mengendus. "Tapi juga ada yang lain di dalam."
Khawatir sang putri akan melarikan diri setelah menyadari kehadiran mereka, Dares segera membacakan mantra dan membuka pintu.
Kegelapan yang seolah tiada akhir memperingati mereka. Tetapi mereka bukanlah manusia. Rubah segera masuk dan berubah menjadi seekor serigala yang bertarung dengan sesuatu di tengah kegelapan. Sampai suara bantingan yang cukup keras terdengar, serigala terlempar keluar.
Dari dalam kamar, seekor tarantula bermata merah melangkah keluar.
"Berani menyelinap masuk ke wilayahku. Tidak akan kubiarkan satu pun dari kalian keluar hidup-hidup!"
Serigala bangkit dan berjaga dengan posisi waspada di depan Dares. Walaupun kalah dari lawan, makhluk itu tetap setia melindungi tuannya.
"Tuan, saya tidak bisa menemukan jejak Putri di dalam. Aroma darah telah menguap ketika saya masuk," jelas si Serigala.
Dares mengerti apa yang dimaksud serigala itu. Mereka telah dialihkan. Sang putri pasti bersembunyi di suatu tempat dalam rumah ini. Dia dapat merasakan jenis aura sihir yang belum terlalu jauh ketika mereka tiba.
"Kami tidak memiliki niat untuk mengganggu ketenangan di tempat ini. Asalkan kamu mengatakan di mana putri sihir berada, kami akan segera pergi," ucap Dares sembari memberikan aba-aba agar serigala itu bersiap melarikan diri.
Tarantula bermata merah mengabaikan penjelasan mereka. Dia merangkak keluar, menunjukkan wujud mengerikan yang tampak telah melahap banyak manusia.
Kecurigaan Dares terbesit pada Putri yang demi mendapatkan kekuatan, melakukan praktik sihir terlarang dengan raksasa tarantula. Jika begitu, Putri akan dianggap sebagai penyihir gelap dan meskipun dia berhasil menemukannya, tetap tidak mungkin menikah. Dia harus membawa kembali sang putri sebagai tahanan dan memikirkan siasat lain untuk merebut takhta.
Mantra sihir dibacakan dan kekuatan gelap mengalir mengelilingi Dares. Tarantula yang sempat mengancam kini bergerak dalam posisi bertahan. Hewan pada umumnya memiliki insting bertahan hidup untuk lari ketika menghadapi musuh yang lebih kuat darinya.
"Katakan di mana putri!"
Mundur, Tarantula membalas, "Tidak ada putri di sini. Hanya ada nyonya dan pelayan. Jika kalian berani menyakiti Nyonya, aku tidak akan melepaskan kalian. Pergi! Tinggalkan tempat ini."
Makhluk itu kembali bersembunyi dalam kegelapan. Dares dan serigala meninggal rumah itu. Namun. Sebelum pergi, ia meninggalkan kekuatan gelap yang merasuk, mengintai lewat orang-orang yang sedang beristirahat dengan cepat hingga ke hadapan Ny. Amaranta. Kekuatan itu menghilang. Lonceng antik di kursi roda berdenting, membangunkan laba-laba raksasa di dalam hutan yang telah lama bersembunyi. Tingginya melebihi pohon dan setiap langkahnya mengguncang tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Magic Land
FantasySebuah kisah ajaib tentang dua insan di Negeri Sihir yang saling mengagumi namun tak saling memahami. Kekuatan yang menakjubkan, pesona yang luar biasa, perebutan kekuasaan dan perjuangan keadilan, serta cinta tulus yang tak terlukiskan. Kisah ini d...