Kekuatan serangan dari sihir terlarang melahap semua jenis cahaya. Tidak hanya seribu musuh yang lenyap menyerupai debu tak berarti. Prajurit kerajaan yang setia bertarung sampai akhir hayat pun tersisa serpihan besi dari bubuk zirah yang beterbangan, melayang, memenuhi medan perang dengan hawa negatif. Berubah menjadi racun pengotor dan menodai kelembutan rembulan.
Angin lirih membungkam banyak rahasia dari pengguna sihir terlarang, meniup jauh abu mayat penuh dendam yang pada makhluk hidup apa pun itu jatuh, racun akan menggerogoti, pohon, semak, rumput, sampai kelinci ajaib yang lari membawa tuannya; menyisakan tulang-belulang setelah menyelamatkan pemiliknya yang melompat tepat waktu.
Tiada seorang pun tahu. Dengan bisunya orang-orang mati, tidak dapat membuktikan betapa kejam sosok Panglima Perang yang baru dinobatkan. Kecuali satu saksi.
Putri Candramaya yang bergegas menuju perbatasan setelah mengetahui niat tersembunyi Raja, tidak pernah menyangka akan menemukan lawan yang ditakdirkan. Dia meringkuk di balik jubah yang telah dimantrai pelindung dari hawa buruk, memandang kasihan kerangka kelinci tunggangannya yang telah tiada.
Tidak sedikit pun ia berkedip saat menemukan Dares yang berada dalam pengepungan musuh, mengeluarkan aura kegelapan untuk mengaktifkan diagram sihir terlarang. Keraguan sesaat muncul saat dia hendak menghentikan Dares, mengingat perbuatan terkutuknya tak lagi berarti. Setelah sang Putri merasakan dahsyatnya kekuatan sihir tingkat lima yang sempat berada dalam aliran inti sihir diikuti niat membunuh.
"Dia terlalu keji untuk menjadi Raja." Putri bergumam sendiri, menggenggam batu sihir teleportasi erat, memecahkan kekuatan mantra yang tersimpan.
Cahaya berpendar, menarik perhatian dalam kabut nan jauh. Dares yang masih diselimuti hawa kegelapan, berpindah tempat dengan sihir tatkala merasakan aura kehidupan dari seseorang yang sangat berbahaya. Namun hanya keheningan dan sebersit cahaya dari pecahan batu teleportasi yang tertinggal ketika dia tiba. Tidak menemukan jejak personal dalam alat sihir.
Kekesalan membuat Dares menunduk, meremas rumput di mana sang Putri pernah berpijak. Ia bersumpah untuk membunuh siapa pun yang telah mengetahui rahasia gelapnya.
Bisikan dendam dari antah-berantah telah membuat ia lupa diri. Pertikaian yang pernah terjadi di masa lalu, tiba-tiba merasuki diri Dares sebagai akibat membuka segel sihir yang dilarang. Seluruh tubuh terpaku diam, pikiran menerawang kisah yang bersumber dari kekosongan malam. Sebuah eksistensi yang dihapuskan. Sebuah wilayah yang melahirkan makhluk-makhluk tak berhati. Mereka disebut Pengambil Jiwa.
Jauh masa sebelum kerajaan sihir dan manusia memperoleh kejayaan, Pengambil Jiwa adalah julukan bagi makhluk mitologi dengan kekuatan kegelapan, salah satu wujud amerta yang hanya dengan jentikan jarinya mampu mengeringkan lautan serta menghancurkan gunung.
Tetapi ketika manusia menemukan kelemahan dari Pengambil Jiwa, para manusia yang tamak akan kekuatan pun memburu mereka dan pada suatu malam berdarah, para Pengambil Jiwa kehilangan seluruh anggota keluarga yang kuat. Beberapa makhluk yang tersisa, dibawa ke alam neraka dan terpaksa meninggalkan wujud fisik.
Dares merupakan keturunan dari Pengambil Jiwa yang ikut menyerah. Berhasil lolos ketika pintu neraka dibuka dengan mengorbankan keabadian kedua orang tuanya dan lebih awal menyegel kekuatan Dares yang saat itu masih tak mengerti apa pun.
"Keturunan Pengambil Jiwa ...." Kalimat itu bergema getar demi membangunkan kesadaran Dares dari masa lampau.
"Bebaskan anak-anakku dari neraka. Kembalikan kejayaan keluargamu yang telah direnggut oleh manusia!"
Senyap, seketika hilang panggilan yang sempat melintas di benak Dares. Ia berhasil tersadar dari pengaruh sihir terlarang dan mendapatkan kembali dirinya. Aroma kebencian nan mencekik dari tanah medan perang yang menguat sontak menengadah. Dia menatap langsung langit tanpa rasa kasihan yang acuh. Dares mengulurkan tangan kiri yang berlumuran darah musuh seakan tengah menangkap bulan yang bersinar di cakrawala.
"Wahai Putri yang pesonanya bak rembulan, 'kan kujadikan dikau hiasan paling cemerlang dalam istanaku kelak."
Dares memacu kuda melewati daratan-daratan yang tak seberapa jaraknya bagi seorang penyihir berbakat. Dia yang seorang diri melewati tumpukan debu mayat dan hawa kebencian, terhenti kakinya ketika sesuatu bergerak di balik belukar yang terpatahkan.
Dengan pedang di tangan, ia menyibak dan menemukan siluman rubah bermata abu yang baru lahir. Entah pikiran apa yang ia miliki, Dares mengulurkan tangan kanannya dan membawa rubah itu bersama, kembali ke istana Kerajaan Sihir.
Malam suram ini terabaikan. Binatang-binatang kecil telah berdiam di sarang sejak awal ketika sang Putri mendengar berita kemenangan dari perang melawan raksasa pemberontak di perbatasan Utara. Panglima Perang yang baru dinobatkan akan tiba dalam waktu satu jam. Sesingkat itulah waktu yang harus dimanfaatkan oleh Putri setelah memutuskan untuk melarikan diri.
Tanpa kekuatan sihir yang stabil, tidak mudah bagi sang putri untuk bersembunyi di antara para penyihir. Lebih tidak mungkin memasuki wilayah para raksasa dan bertarung seperti binatang buas. Satu-satunya jalan adalah melewati area terlarang yang terhubung ke wilayah manusia.
Batu sihir hanya dapat membawa ia melintas ke depan gerbang di mana sulur merambat perlahan setiap kali ada yang berani menginjakkan kaki di dekatnya. Putri yang terbiasa dimanjakan dengan kemewahan harus memaksakan kedua kakinya yang lelah dari perjalanan jauh untuk berlari di antara pepohonan, hutan gelap tak terjamah, rumah bagi binatang-binatang liar yang asing kepada makhluk luar.
Permintaan tolong yang diteriakkan gentar di hatinya tak terdengar. Dia menerima akibat dari mengambil keputusan berdasar perasaan, mengabaikan pertentangan Raja, menyetujui pernikahan dengan orang yang hatinya tak akan pernah boleh dia miliki.
Sementara dia berlari, dua prajurit setia Dares yang berjaga di dekat istana telah memacu kuda, turut memasuki area terlarang untuk mengejar dan menangkap sang Putri. Sulur tanaman bergerak cepat tanpa mereka sadari, mengintai dua prajurit yang tidak memiliki niat apa pun selain mengikuti.
"Seperti yang diduga. Putri sama seperti bangsawan yang membuat kesepakatan hanya untuk mengalihkan kewaspadaan kita. Dia akan mengingkari janji dan melarikan diri begitu Tuan Panglima kembali ke ibu kota."
"Hentikan omong kosongmu. Kita sedang berada dalam area terlarang. Cepat kirimkan pesan kepada Panglima dan beritahu dia untuk segera kemari sebelum Tuan Putri keluar dari wilayah penyihir!" perintah salah satu Prajurit.
"Baik!" Prajurit yang lain menarik tali kekang kuda dan berbalik, meninggalkan rekan yang masih mengejar siluet Putri.
Belum lama Prajurit itu pergi, sebuah bayangan hitam muncul bersama pedang yang menerobos jantung lawannya. Raungan penderitaan sebelum Prajurit itu lenyap dan berubah menjadi abu, membuat Prajurit lain menoleh dan terlambat menghindari serangan yang juga melukai inti sihir, pecah dalam hawa kegelapan. Kedua prajurit seketika hilang dalam area terlarang. Kuda-kuda yang mereka kendarai pun panik dan berlari kembali ke istana.
"Putri yang menarik." Bayangan hitam itu menghilang bersama seringainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Magic Land
FantasySebuah kisah ajaib tentang dua insan di Negeri Sihir yang saling mengagumi namun tak saling memahami. Kekuatan yang menakjubkan, pesona yang luar biasa, perebutan kekuasaan dan perjuangan keadilan, serta cinta tulus yang tak terlukiskan. Kisah ini d...