Chapter 22 - 3

2 2 0
                                    

Di bawah gerbang kota yang menjulang tinggi berturut lingkaran-lingkaran teleportasi, belasan penyihir sedang menyiapkan perangkap mematikan ada titik teleportasi.

"Lanjutkan pemasangan perangkap di ruas pintu masuk. Malam ini juga kita harus memastikan tidak ada binatang buas yang terlewatkan!" perintah penjaga gerbang yang bertubuh tinggi.

Prajurit kerajaan yang ditugaskan pun segera menjawab patuh. Salah satunya yang sedang menyusun perangkap, bertemu tatap dengan Dares yang sedang bersembunyi di atas pepohonan, memberi isyarat mata padanya agar tidak masuk ke dalam gerbang

Kecurigaannya terbukti. Dares enggan menunggu hingga persiapan perangkap itu selesai. Dia berbalik dan menghilang dalam lingkaran hitam yang tidak terdeteksi sihir.

Kemarahan yang tersembunyi dalam lingkaran kegelapan itu mengambil energi kehidupan di tumbuhan sekitar, serupa hawa racun dari arwah-arwah yang mati sengsara.

Arifin terlambat mengantisipasi kekuatan yang dipancarkan Dares hingga terpelanting jatuh dari pohon. Lingkaran hitam teleportasi menghilang. Dia yang kembali ke wujud rubah perak segera bersembunyi di antara rerumputan.

Rubah itu hendak mengejar jejak lingkaran sihir. Namun seorang penjaga gerbang yang sedang memeriksa sekitar menemukannya.

"Alego! Lihat apa yang aku temukan di sini!" soraknya setelah mengeluarkan perangkap jaring.

Rubah perak gagal meloloskan diri karena pengaruh kekuatan Dares sebelumnya. Dia meringkuk diam hingga prajurit bernama Alego datang dan mengenalinya.

"Tunggu! Apa yang kau lakukan. Cepat lepaskan makhluk itu. Apa kau tidak tahu hewan peliharaan siapa itu"

Alego mematahkan sihir perangkap jaring, melepas pergi rubah perak ke arah hutan.

Penjaga gerbang yang marah karena buruan berharganya dilepas tanpa seizinnya, seketika mengeluarkan senjata dan menghunus Alego.

"Rasakan itu! Beraninya kaum jelata sepertimu mengajariku. Aku juga tahu rubah perak itu saat ini dimiliki Panglima. Tapi sebentar lagi, dia akan binasa. Karena kau setia padanya. Maka aku harus mengirimmu pergi lebih dulu. Sambut dia di alam bawah sana."

Penjaga gerbang kembali ke gerbang dalam dan mengubah lokasi perangkap yang telah disiapkan Alego.

Setelah kepergiannya, Arifin muncul dalam wujud pemuda, membantu Alego yang hampir meregang nyawa dengan sihir penyembuh.

"Bertahanlah! Tuan akan segera tiba," ucap Arifin ketakutan. Dia mempertahankan sihir penyembuh sembari memantrakan sihir teleportasi yang membawa Alego bersamanya.

Setelah matahari terbit di Negeri Sihir, penjaga gerbang keluar dari pos penjagaan dengan mata merah. Tidak hanya kehilangan rubah perak yang langka, dia juga gagal menjebak Dares.

Awal pagi ini, dia mendapat kabar bahwa perbatasan Utara juga diserang raksasa. Dalam perjalanan kembalinya, pasukan Dares langsung berangkat lagi ke perbatasan Utara dan terhindar dari perangkap yang mereka persiapkan. Dia terpaksa membongkar semua perangkat sebelum ada penyihir lain yang curiga.

Di tengah amarah yang melanda, salah satu pengikutnya masuk dan berbisik, "Mayat Alego tidak dapat ditemukan."

"Tidak berguna!" Tumpukan perangkap sihir dilempar hingga rusak. "Memangnya dewi terkutuk mana yang melindungi keparat itu sampai semua rencana kita gagal!" maki penjaga yang dikuasai emosi.

Pengikut yang mendengar ucapannya sontak berlutut ketakutan.

"Jangan ... jangan sebut namanya. Jangan menghinanya."

Rasa takut yang ditunjukkan pengikut itu sontak menyadarkan si penjaga. Dia menampar wajahnya sendiri dan berlutut tanpa berani beranjak. Hingga menjelang siang, keduanya ditemukan tak bernyawa.

Cahaya surya nan terik di Negeri Sihir tidak menyilaukan semangat rakyat yang keluar rumah ketika gendang ditabuh, menyambut hadir gelombang prajurit kerajaan yang pengawal sang Panglima Perang dari kemenangan mutlak di perbatasan Timur serta Utara.

Jauh sebelum mereka tiba, berbagai tempat umum telah menyebarluaskan kisah perangnya yang dengan gagah berani mengalahkan Raja Raksasa. Kemudian berangkat tanpa istirahat untuk membereskan sisa perlawanan di Utara.

Dari arah gerbang utama, seorang prajurit mengumumkan kedatangan, memberi aba-aba pada kumpulan rakyat yang penasaran.

"Beri jalan untuk pahlawan kita!"

Gerbang utama yang kokoh terbuka. Dares mengangkat galah ajaib Raja Raksasa yang menutup lingkar matahari.

Penyihir-penyihir terkesima pada sosok yang mengingatkan mereka kepada sang Raja Negeri Sihir.

Dalam hati mereka, muncul dasar keyakinan bahwa sang Panglima akan menjadi raja yang bijak setelah menikahi Putri Sihir.

Harapan yang sempat melemah saat mendengar tentang lemahnya kekuatan Putri Sihir, bangkit kembali oleh ilusi kekuatan yang ditujukan Dares.

Enggan menunggu Menteri Perang mempersiapkan jebakan lain untuknya, Dares segera mengajukan permintaan untuk menemui Raja di istana.

Tidak begitu lama sampai dia memohon bersama para pejabat yang setuju untuk membantunya, bersama-sama menunggu kehadiran Raja di aula istana.

Pada singgasana yang kosong, cahaya sihir tingkat kelima berputar dengan manik-manik keemasan, mengantar kenangan masa lalu Dares sewaktu bertemu sang Putri di masa lalu.

Wajah yang telah dilupakannya itu seketika tampak begitu jelas.

Raja dan Menteri Perang muncul bersamaan dalam cahaya yang serta merta tersebar namun tak berjejak.

Dares menepis perasaan rindu yang muncul, beralih pada tujuan yang harus dia capai hari ini.

Dia maju dan menekuk lutut di hadapan Raja Sihir yang agung, mempersembahkan senjata galah raksasa yang dilapisi aura sihir. Demi mencegah gangguan aura raksasa yang menguarkan dari senjata ajaib, Dares telah menyegelnya sebelum memasuki kawasan kota.

"Yang Mulia, kekejaman para raksasa yang menyebabkan penderitaan pada penduduk perbatasan Timur telah berhasil ditumpas," ucap Dares keras, memberi isyarat.

Pejabat lain yang mendapatkan keuntungan, segera menghadap Raja dan mengungkapkan permohonannya.

"Yang Mulia. Panglima Perang telah melakukan tugasnya dengan baik. Alangkah bagusnya jika-."

Menteri Perang yang sejak tadi memperhatikan dalam diam, sontak memotong pembicaraan.

"Benar apa yang dikatakan pejabat itu, Yang Mulia. Seharusnya kita memberikan jabatan yang lebih tinggi. Hanya saja disayangkan, Panglima Perang Dares bukan berasal dari kaum bangsawan. Bahkan posisinya saat ini sudah cukup tinggi dan terhormat."

Raja mengiyakan ucapan Menteri Perang yang licik dengan anggukan.

"Pejabatku yang setia, katakanlah hadiah apa yang harus kuberikan." Raja menekankan kata setia pada pejabat yang baru saja maju untuk membantu Dares.

Nyali pejabat itu seketika ciut. Dia bersujud dengan gemetaran. Tanpa berani memandang ekspresi Raja saat ini, dia memohon ampun.

"Yang Mulia Raja yang paling bijak. Hamba tidak berani memberi saran."

Menteri Perang tertawa singkat, membuat pejabat itu lebih dari cemas.

Banyak dari mereka yang mengenal betapa tegasnya Menteri Perang saat ini memperlakukan pengkhianat. Ditambah dengan pengaruh Raja yang seolah mendukung kekejamannya, pejabat-pejabat lain tidak berani lagi menjalankan rencana Dares.

Di luar dugaan Menteri Perang yang memenangkan situasi. Peramal Istana yang biasanya penakut dan tak ikut campur justru hadir di aula istana, memohon Raja memberkati kemenangan Dares.

Mendengarkan pembelaan dari Peramal Istana, Menteri Perang terdiam. Meskipun menguasai inti sihir tingkat keempat, Salasika tidak ingin melawan Peramal Istana yang memiliki inti sihir tingkat kelima.

Menteri Perang menoleh kepada Raja yang bergeming. Tampak mendengarkan setiap kata Peramal Istana dengan sepenuh hati.

Hanya Raja sendiri yang tahu akan penilaiannya tentang Peramal Istana yang telah berkhianat.

Princess of Magic LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang