Malam sebelumnya, Candramaya telah menyusuri jalan di sisi Barat yang membawanya kembali ke arah danau. Sementara jalan yang mereka lalui justru membuatnya masuk lebih jauh ke dalam hutan, membuatnya semakin tersesat oleh perasaan asing.
Selain bunga-bunga putih yang hanya tumbuh di tempatnya terbangun, tiada makhluk hidup selain pepohonan serta rerumputan. Bahkan pada pohon yang berbuah manis pun tidak ada serangga.
Candramaya tidak dapat mengabaikan keanehan yang terlalu jelas pada hutan biasa. Kejadian tanah penyatuan hidup dan mati di desa seberang telah memperkuat intuisinya pada setiap wilayah manusia yang dia pijak.
"Di mana hutan ini berada? Apa kamu tahu di mana jalan keluar dari hutan ini?" tanya Candramaya setengah berbisik.
"Tentu saja aku tahu. Tapi kenapa aku harus memberitahumu?"
Orlen berbalik, mengabaikan Candramaya yang menatap dingin punggungnya. Tanda penyihir gelap muncul dan menyebar ke sisi kiri wajah Candramaya. Tetapi dengan cepat pudar saat Orlen menoleh, memberinya tatapan bersalah.
"Jalan keluar ada di sana." Orlen menunjuk ke arah Barat tanpa mengedipkan mata. "Aku tidak tahu bagaimana kamu bisa masuk. Tapi tidak mungkin untuk." Ucapan Orlen tidak dilanjutkan. Dia menunduk lama dengan wajah masam, sedikit pun enggan menoleh.
Sampai cahaya di teras mulai temaram, pintu rumah terdobrak keras. Sinar lampu ruangan menyilaukan pandangan Candramaya hingga Owen muncul dan menutupinya dengan senyum lebar.
"Kak, ayo berangkat!" ajak Owen seraya melompati anak tangga, menghampiri Orlen yang masih terdiam di bawah tatapan Candramaya.
Dia menepuk bahu Orlen, menariknya agar saudara itu menunjukkan wajah yang lesu dengan menggigit bibir.
Sekilas kakaknya terlihat seperti akan menangis. Namun Orlen mengubah ekspresi secara cepat, membalas ajakan Owen dengan menyeretnya ke jalan bebatuan.
"Ayo ikut kami jalan-jalan!" sorak Owen yang berpaling sembari ditarik maju oleh Orlen. "Eh, Kak. Tunggu aku!"
Setelah pergi dari jalan bebatuan, Candramaya melihat ke belakang. Tetapi rumah putih tidak lagi terlihat di bawah selimut kegelapan.
Mengikuti Orlen yang bergegas, Owen tidak mengeluh sedikit pun. Justru semangat menyamakan langkah kakaknya dengan setengah berlari.
Candramaya yang tidak ingin tertinggal pun ikut mengejar hingga mereka tiba di tepi danau. Dia mengambil tempat duduk di bawah pohon. Diam-diam mengendalikan sihir cahaya ke arah hutan yang sepi.
Bola cahaya itu terus beterbangan menyusuri jalan yang mengarah ke arah matahari terbenam. Berulang-kali berhenti untuk berpendar, meneriakkan cahaya. Memaparkan apa pun yang dilaluinya di mata Candramaya yang terpejam.
Orlen dan Owen mengira Candramaya sedang tertidur. Mereka segera melompat ke danau, berenang dengan senang hati.
Tak terduga, aura kegelapan melahap bola cahaya sihir. Candramaya sontak membuka mata dan hendak membacakan mantra sihir lain. Terhalang jeritan Owen yang melompat keluar dari danau dan menunjuk ke arah pepohonan.
"Ada monster dari sana!"
Orlen ikut melompat, terburu-buru mendekap adiknya yang tersungkur dengan tubuh gemetar.
Tanpa berkedip, Owen terus menggigil setiap kali angin menerpa dedaunan di sekitar mereka. Seakan dingin membawa serta aura kegelapan yang langsung mengenai tubuh Owen.
Sementara Orlen tidak berani bergerak sembarangan. Menyaksikan adiknya menderita dalam ketakutan, dia hampir putus asa dan memohon Candramaya yang kebingungan sedang berlari ke arah mereka.
Paras Owen semakin pucat selagi terpaan angin menjadi lebih kuat. Candramaya berdiri di depan mereka dan memantrakan sihir pelindung agar mereka tidak lagi terkena tiupan angin.
Biar begitu, Owen masih kedinginan dan Orlen mulai menunjukkan kepanikan yang sama dengan Owen. Keduanya terus melihat ke arah Barat di mana hutan rindang di depan kian lama kian gelap.
Candramaya turut merasakan keberadaan dari aura kegelapan yang melahap bola cahaya sihirnya melaju.
Khawatir jika makhluk yang menguarkan aura kegelapan itu adalah raksasa tingkat tinggi. Candramaya menambahkan mantra dan kekuatan sihir, memperkuat lapisan pelindung hingga pemandangan hutan tak lagi terlihat jelas.
Saat itu juga sesuatu terbang keluar dari tengah kegelapan, mengarah tajam pada dinding sihir pelindung Candramaya.
Hanya beberapa detik setelah Candramaya memusatkan kekuatan sihir, seluruh lapisan pelindung itu pecah. Serpihannya jatuh berhamburan, mengecil jadi debu cahaya sebelum mengenai apa pun.
Makhluk yang menabrak hancur sihir pelindung tingkat tinggi Candramaya mengikis keras dan jatuh tanpa suara. Aura kegelapan baru menghilang beberapa saat kemudian.
Candramaya maju untuk memeriksa keberadaan raksasa yang dia takutkan.
"Cahaya sihir," Kekuatan sihir Candramaya berguling di tanah dan kegelapan tersapu hingga ujung Barat. "Temukan ia yang mengacau mantra."
Debu cahaya berkilauan dan lingkup kekuatan sihir mengecil dalam sepersekian detik. Berikutnya bertahan sangat lama pada sebuah lingkaran kecil tepat di depan kaki Candramaya.
Seekor kelelawar mencicit lemah di atas akar pohon daldaru yang mencuat keluar. Mata kelelawar tertutup walau tubuhnya masih menunjukkan tanda kehidupan.
Candramaya berbalik untuk menenangkan Orlen dan Owen, menunjukkan hewan berbulu hitam yang lemah.
Kedua anak kecil itu melongo dengan bingung. Mereka tidak merasakan ancaman apa pun dari kelelawar di tangan Candramaya. Sebaliknya, justru merasa hewan itu sangat lucu dan segera mengambilnya dengan mata berbinar.
Jauh dari mereka, guncangan besar sedang bergemuruh dari perbatasan ujung Barat.
Owen menoleh sebentar dan melihat jauh ke dalam hutan rindang yang terang, lalu mengikuti Orlen yang mengajaknya dan Candramaya untuk membuat rumah pohon bagi kelelawar.
Makhluk hidup di hutan itu telah bertambah satu dan mereka akan selalu mengingat bagaimana Candramaya menggunakan sihir untuk membuat perisai. Tanda penyihir di tengkuknya terkuak ketika pecahan sihir beresonansi dengan cahaya sekitar.
Sebuah simbol yang tidak akan pernah luput dari pandangan maupun ingatan terdalam mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Magic Land
FantasySebuah kisah ajaib tentang dua insan di Negeri Sihir yang saling mengagumi namun tak saling memahami. Kekuatan yang menakjubkan, pesona yang luar biasa, perebutan kekuasaan dan perjuangan keadilan, serta cinta tulus yang tak terlukiskan. Kisah ini d...