Sepasang prajurit memapah masuk penyihir yang sekarat, berlutut di hadapan Raja.
"Katakan apa yang terjadi!" Menteri Perang mengabaikan korban yang berusaha menarik napas untuk menjawab. Dia menarik tanda pengawal yang dikenakan oleh penyihir yang terluka.
"Yang Mulia, Dia prajurit penjaga perbatasan. Tampaknya ada masalah besar di sana," memberi hormat, Menteri Perang melirik dengan licik ke arah Dares yang baru menyadari kandungan racun dalam sihir diagram.
"Meskipun perbatasan jauh dari Ibukota, tolong izinkan saya membawa pasukan Sayap Perak, menuju perbatasan untuk berperang melawan para raksasa yang telah berani menginjakkan kaki di tanah kekuasaan penyihir," kecam Menteri Perang diliputi kemarahan.
Dia adalah sosok wanita pemberani dan dikenal berterus terang bagi semua orang selain Raja yang dengan cepat dapat mengetahui maksud kalimatnya.
"Aku tahu maksud baikmu, Menteri. Tetapi perbatasan bukanlah medanmu. Lebih baik berikan kesempatan itu pada yang lebih cocok."
Ketika Raja menolak permintaan Menteri, cahaya pada diagram yang melingkupi Dares memudar dan hilang. Dia melangkah keluar dari simbol yang tergambar dan mengeluarkan kekuatan sihirnya secara tertutup untuk menahan aliran racun dalam tubuh.
"Perbatasan adalah medan Panglima Perang. Dengan mengirimnya, tidak diragukan lagi akan membawa kemenangan mutlak," ungkap Raja, mengalihkan perhatian seluruh penyihir yang sempat meragukan kekuatan Dares.
Dari samping, Menteri Perang segera memberi arahan.
"Cepat terima perintah dari Yang Mulia. Ini akan menjadi kehormatan pertamamu. Bawa seratus prajurit kerajaan dan tangkap para hewan buas itu!"
Segulung perintah muncul dalam cahaya sihir yang diserahkan pada Dares, untuk mengawal seratus prajurit kerajaan dengan jubah sihir serta pelindung tingkat tinggi yang tampak dapat menghancurkan sebuah menara.
Namun perkara di perbatasan nan jauh justru lain dari dugaan. Tidak ada kekacauan yang mengharuskan seseorang untuk melapor kepada Raja. Hanya beberapa buruan yang dilepaskan oleh para raksasa untuk mengacau pada kemah prajurit perbatasan yang telah usang. Saat Dares sadar dia jatuh dalam siasat, sebuah surat perintah yang tidak mungkin dikatakan di hadapan semua orang dalam menara sihir, datang kepadanya oleh burung hijau penyampai pesan bersama dengan lambang perintah yang mengharuskan ia membawa kembali kemenangan.
Ekspresi tenang di wajah Dares seketika luntur. Salah satu prajurit perbatasan menghampiri Dares dengan langkah tergopoh setelah lelah membereskan kekacauan, bertanya akan masalah yang mengharuskan dia datang membawa banyak prajurit kerajaan ke tanah perbatasan.
Dares memicingkan matanya pada sekelompok prajurit kerajaan yang tampak siap tempur dan terlalu angkuh untuk meletakkan tangan mereka dalam kesulitan para prajurit perbatasan. Sejauh perjalanan yang telah Dares lalui bersama mereka, dia tahu betul bahwa tidak ada satu pun dari keseratus orang ini yang dapat dibandingkan dengan kekuatan ketua pasukan di perbatasan. Membawa mereka untuk tugas menyerang sarang raksasa, tidak lain hanya melemparkan telur pada batu. Raja menginginkan kematiannya biarpun ia tidak memiliki ambisi untuk merebut takhta.
"Tuan! Kami siap bergabung denganmu untuk bertempur dalam taktik licik bangsawan bahkan bila kami harus mati." Prajurit Perbatasan mengikrarkan sumpah untuk membantu.
Tetapi Raja telah memutus segala kemungkinan lewat beberapa kata sederhana. Tidak dipungkiri bahwa nyawa ratusan prajurit bukanlah kepentingan dari tanggung jawab Penguasa Negeri Sihir, melainkan alat untuk ditukarkan pada keuntungan yang belum pasti.
Tugas yang harus dijalankan Panglima Perang adalah membawa gerombolan prajurit kerajaan, menyerang markas raksasa di mana kabarnya ada lebih dari seratus raksasa menyembunyikan diri dalam hutan perbukitan.
"Pertahankan formasi di barisan belakang. Jangan sampai ada raksasa yang tahu bahwa kita menyusup. Markas mereka berada tepat di goa tengah bukit. Kirim seseorang yang ahli untuk memantau situasi di depan sebelum kita mengambil langkah selanjutnya." Dares menjelaskan strategi yang paling penting ketika mereka berkumpul di kemah prajurit.
Hanya sampai seseorang di antara mereka yang merupakan keturunan bangsawan, membelot pada para raksasa, pertarungan pecah tepat di depan goa. Tidak hanya mayat para prajurit yang berserakan karena gigi tajam, bangkai raksasa yang mati di bawah ayunan pedang Dares ikut tercecer. Tumpukan tubuh hampir setinggi pintu goa itu sendiri.
"Apa katamu? Tidak ada pemimpin di dalam goa?" kata salah satu prajurit, mengacaukan fokus Dares yang sedang bertarung.
Dalam kekacauan yang berdarah, Panglima Perang akhirnya berhasil menemukan kejanggalan. Dari seratus prajurit yang dia bawa, tidak mungkin mengalahkan sebagian raksasa yang menampakkan diri. Perbandingan jumlah dan kekuatan mereka terlalu drastis. Jika beruntung, maka mereka telah digertak dengan perkiraan daya tempur raksasa yang tidak nyata, jika tidak, maka itu menjadi yang terburuk.
Dares belum menemukan keberanian untuk mengatakan dugaannya ketika tanah bergejolak dan raungan menggema hingga tulang-tulang yang mati turut bergetar.
Awan hitam datang membawa gemuruh badai yang tak terlupakan bagi Dares. Ratusan raksasa dari segala sisi mengintai para prajurit kerajaan seperti sepotong kue siap saji di tanah medan perang. Jantung Dares berdegup kencang bersama kekuatan sihir yang habis. Racun sihir menyerang di saat terpenting, masuk ke dalam pikiran untuk mencari secercah masa lalu, mengingatkan secara samar siapa sesungguhnya dia.
Malam ketika bulan sepenuhnya muncul, menghidupkan lolongan paling menyesakkan di perbatasan Utara. Tidak memandang kawan maupun lawan, Dares yang terjebak dalam jebakan lawan, mau tak mau menunjukkan kekuatan yang tersembunyi dalam inti jiwa.
Sayatan menebas dalam kegelapan seolah bayangan mereka sendiri yang memohon kematian.
"Panglima! Hentikan kekuatan sihir yang amat dahsyat ini! Prajurit kita tidak akan sanggup bertahan dalam barikade kekuatanmu," mohon seorang Prajurit sembari berlutut pada Dares yang terus memanggil kekuatan gelap dalam sihir terlarangnya.
"Nyawa para prajurit siapa?" cerca Dares ambigu. Kebencian dari kekuatannya telah menguasai pikiran. Mata merah membuktikan ambisi tak terbendung serta niat membunuh yang tak terpungkiri. "Jika ingin menyalahkan seseorang, salahkan Raja yang mengirim kalian bersamaku menuju kematian."
Asap hitam meluas. Lingkaran sihir yang berdarah-darah berputar, mengumpulkan semua jerit musuh. Satu per satu raksasa dijatuhkan. Melolong bagai serigala yang tercabik punggungnya. Habis raungan mereka, api hitam berkobar dan membakar dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Princess of Magic Land
FantasySebuah kisah ajaib tentang dua insan di Negeri Sihir yang saling mengagumi namun tak saling memahami. Kekuatan yang menakjubkan, pesona yang luar biasa, perebutan kekuasaan dan perjuangan keadilan, serta cinta tulus yang tak terlukiskan. Kisah ini d...