Chapter 27 - 1

0 0 0
                                    

Asap gelap mengosongkan titik-titik cahaya yang tersebar di udara. Kesenyapan yang mana sesekali terdengar retak kayu bakar menjadi satu-satunya suara yang dia kenal. Kemanapun dia menoleh, kesenduan dan pilu telah menyatu dengan udara. Keputusasaan dari hati-hati yang dingin seolah menjadi latar dari suasana tatkala itu.

Dares mengabaikan perasaan yang mendesaknya untuk kabur. Dia langkahkan kakinya pada butiran debu yang terasa seperti tumpukan abu. Mulai-mulai terlihat sekelompok orang yang terlilit rantai, berjalan ke arah lubang hitam yang menanggalkan daksa.

Dingin dari lubang hitam itu seketika mengirim gigil yang membuat punggung Dares membeku, menahannya yang saat itu seharusnya dapat melangkah lebih jauh. Sewaktu suhu dingin yang tak terlihat memaku pergerakannya, Dares mendengar suara lolongan yang halus seperti helaan napas, mencoba berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dia tangkap kosakatanya.

Sekiranya setengah menit berlalu, Dares berhasil mengendalikan tubuhnya dan berupaya mencari sumber suara. Tetapi dirinya seolah ditarik oleh kesadaran yang lebih kuat, melemparnya jauh dari kegelapan lubang hitam yang perlahan-lahan mengecil.

Cahaya redup masuk dan mengembalikan Dares pada pemandangan ruangannya yang sunyi. Dia menoleh dengan bingung saat menyadari sihir terlarang hampir membekukan seluruh tubuhnya dalam asap gelap yang menguar. Hanya dalam sekejap, Dares berhasil mengendalikan kekuatan sihirnya dan mengambil tempat duduk.

Tiba-tiba saja dia bangkit dan menyadari bahwa dia tidak boleh terlena oleh lamunan sesaat itu dan malah jatuh dalam kuasa sihir terlarang. Dia mendorong pintu keluar, memanggil seorang penjaga agar melepaskan tahanan yang mereka tangkap pagi ini dan membawanya ke hadapan Dares.

Telah lama menunggu, prajurit yang diutus Dares justru kembali seorang diri dengan kepala tertunduk. Dia menyerahkan sebuah surat kepada Dares yang melirik sekilas, menghancurkannya dengan sihir.

"Malam ini kau tetap di sini dan memantau situasi. Jangan izinkan siapapun masuk ke ruanganku!" perintah Dares yang melangkah pergi melalui lingkaran sihir teleportasi.

Dia yang secara terbuka meninggalkan istana, masuk dengan tersembunyi ke kedai minuman di mana beberapa prajurit sayap perak telah ditugaskan untuk memantau pergerakannya.

Walau begitu, mereka masih harus belajar satu dekade lagi untuk dapat mengikuti Dares yang kini telah lenyap dari pantauan.

Pada bangunan tersembunyi di tengah hutan Utara, Dares menemukan penyihir yang meninggalkan suara untuknya di penjara.

Dalam surat itu, Dares mengingat setiap kata-katanya seolah terukir pada panggung penyihir yang berdiri diam di ujung teras, memandang rembulan yang mengabaikan kesepian seperti dia yang tak menyadari kedatangan Dares.

"Tuanku. Rumahku remuk di bawah kaki raksasa yang mengerikan. Aku dan keluargaku berhasil selamat. Kami mengungsi ke ibu kota tepat waktu saat mendengar kabar penyerangan di perbatasan yang rancu. Namun banyak di antara kenalan kami yang tak seberuntung itu. Mereka mati bersama prajurit perbatasan yang tidak memiliki bala bantuan. Kami merasa seperti pengecut di sana. Namun berada di ibu kota, kami tidaklah sesiapa yang patut dipercaya. Gema senjata telah melengking di perbatasan. Sayang prajurit ibu kota memilih untuk menutup mata. Tidak satu pun bersedia melaporkan situasi ini kepada Raja yang sekarang."

Sebelum melihat isi suratnya pun, Dares tahu Alego tidak akan tiba-tiba muncul di luar gerbang dan memprovokasinya begitu saja. Dia yakin penyihir itu akan membawakan berita yang penting. Tetapi tidak menyangka akan menerima informasi segenting ini dalam selembar surat yang dia tinggalkan di lantai penjara.

"Alego," panggil Dares.

Penyihir di hadapannya segera menoleh. Bukannya menyapa atau memberi salam seperti biasa, penyihir itu justru dengan cepat menerjang ke arah Dares yang sontak mengelak. Belum sempat menanyakan keterkejutannya, Alego berbalik dan kembali menyerang Dares yang tidak memberi perlawanan, berusaha mengelak dari serangan berbahaya yang dilakukan Alego.

"Apa yang kau perbuat! Hentikan sekarang juga!"

Cahaya sihir kebiruan melilit kaki Alego hingga penyihir itu terjatuh dengan keras di lantai kayu.

"Ampun, Tuanku. Saya hanya mau membuktikan identitas Tuan sahaja," jawab Alego yang kelelahan setelah mengeluarkan banyak energi agar dapat mengikuti kecepatan Dares.

Dares menatap dengan curiga, dan kecurigaan itu terpampang jelas di mata Alego yang berdiri setelah merangkap sihir dilepaskan. Dia dengan serius menjelaskan sumber kecurigaannya yang membuat dia memutuskan untuk menyerang Dares.

Beberapa jam yang lalu, ketika penjaga menangkapnya yang bersembunyi di antara rakyat Negeri Sihir. Dia dimasukkan ke penjara dan menunggu di balik jeruji dengan tenang.

Rencananya adalah menetap sebentar hingga Dares meluangkan waktu untuk menemuinya, barulah dia mengungkapkan informasi yang telah dia bawa. Namun baru saja dimasukkan ke penjara, seorang prajurit penjara yang angkuh segera menginterogasinya dengan kasar.

Demi menyembunyikan kekuatannya, dia biarkan lukanya membekas hingga petugas itu mengira dia lemah. Dengan terpaksa memanggil tabib yang bertugas di penjara.

Pada saat bertemu, dia lantas mengenali Arifin dan mengajaknya berbicara. Tetapi Arifin pada saat itu tidak dapat melihat dengan benar. Kekuatan sihirnya terkuras dan ia bahkan kesulitan mengenali Alego yang sedang menyamar.

Alego semakin mencurigai adanya mata-mata dalam penjara istana, mencari cara untuk kabur saat mendengar kedatangan Panglima Perang. Takut membocorkan informasi yang tidak seharusnya di penjara, Alego meninggalkan surat yang hanya dapat dibaca Dares. Pergi dari penjara dengan kemampuan penyamaran yang tinggi.

Dares mendengarkan penjelasan Alego dengan anggukan. Sebenarnya dia sendiri pun tidak tahu bagaimana Arifin yang dikirimkannya ke Tabib Istana akan berakhir di penjara. Saat melihatnya tadi, dia memberi isyarat agar Arifo' menemui dia malam ini. Setelah mendengar pendapat Alego, dia mulai ragu untuk pergi bertemu.

"Tidak tahu apa yang sedang anak itu lakukan di sana. Semoga saja tidak terjadi hal yang buruk."

Dares memalingkan wajah saat mendengar ucapan Alego.

Alego memang dapat mengkhawatirkan siapa pun tanpa tahu bahwa Arifin sebaliknya sedang menerima ujian dari Dares. Dia ingin tahu seberapa jauh raksasa dengan kekuatan ramalan itu akan setia kepadanya.

Princess of Magic LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang