Chapter 2 - 2

8 5 2
                                    

"Kedua wanita itu mencurigakan," ungkap pemuda yang berbincang lama dengan pemilik toko pelana.

"Ketua, bukankah hanya putrinya saja? Dia sangat aneh karena mewarisi sihir tingkat tiga. Mata-mata kita menemukan bahwa anak itu bekerja sebagai dayang di istana. Sedangkan prajurit di istana raja tidak pernah melihatnya. Ada juga yang melaporkan dugaan bahwa dia bekerja sebagai dayang istana putri yang kabarnya terisolasi." Prajurit itu terdiam setelah melihat raut wajah ketuanya. Dia ceroboh dan lupa bahwa tuannya tidak senang saat mereka membicarakan sang Putri.

"Wanita itu juga tidak sederhana." Pemuda itu menunjuk ke arah papan nama toko pelana. "Hanya penyihir tingkat dua, berani menampilkan diri di ibu kota. Juga mampu menggunakan mantra ruang penyimpanan yang mampu menyimpan sepuluh ribu perangkap jaring. Jenis sihir ruang yang hanya dapat dilakukan penyihir tingkat tiga, dia tidak kesulitan saat memantrakannya."

Dia melepaskan penyamaran. Sebuah tanda pengenal terpasang di punggung, menampilkan identitas ketua pasukan, nama Dares terukir di atas.

Prajurit di belakang sontak berlutut dengan satu kaki, menengadah dengan sikap siap menerima perintah. "Saya akan mengikuti mereka."

"Tidak." Dares berucap seraya mengangkat tudung jubah. "Tugas utama pasukan kita adalah mempersiapkan perburuan. Abaikan mereka saat ini."

Wajahnya berpaling, dia berjalan sendirian di gang gelap. Setiap langkah tegapnya menjauh dari prajurit yang telah berteleportasi. Genangan air memercik sepatu coklat berulang kali ketika ia berpijak, menengadah pada bulan yang memesona dengan kiri-kanan gedung tinggi menghalangi pandangan.

Dia, dalam hati nurani hendak berjumpa lagi dengan gadis itu. Gadis yang pada masa lalunya tersenyum bagai rembulan. Dia merindukan aura sihir bak angin sejuk taman istana, bunga mekar musim semi yang beterbangan. Tenangnya air di tengah jalan, mencerminkan bulan di cakrawala serta dirinya yang berjalan seorang diri, memunggungi. Saat suara embun di atap jatuh, tak sekali pun ia menoleh kembali.

Hari ketiga perayaan menggemparkan semua penyihir yang menunggu untuk menikmati keindahan bulan di tepi sungai, mereka mematikan berbagai lentera sihir dan berdiam dengan antusias dalam keremangan. Beberapa embusan napas sebelum awan berpindah dan menyingkap bulan yang bersinar, kegelapan datang melingkup total. Suasana mencekam belum menjadi keributan sampai teriakan seseorang memecah keheningan.

"Raksasa ganas telah memakan bulan!"

Gerhana bulan sontak menakuti para penyihir. Sebagian besar yang tidak sanggup berlari, menggunakan seluruh kekuatan sihir mereka untuk melakukan teleportasi darurat.

Ketika kabar itu tiba di istana, putri yang masih dalam pertapaan tersentak. Biarpun ia tahu bahwa gerhana matahari hanya fenomena alam yang sering terjadi beberapa kali di dunia manusia. Dia tidak tahu bagaimana menghentikan pergolakan rakyat di malam puncak perayaan yang gaduh.

"Di mana Ayahanda? Apakah Ayah telah memberikan titah agar rakyat yang terluka diungsikan?" Candramaya bergegas mencari informasi dari dayang yang berjaga.

Dayang itu menggeleng tak tahu. Sebelum pergi, dia menyerahkan sebuah kunci pada Candramaya dengan takut-takut.

"Ada apa dengan kunci ini? Mengapa menyerahkannya padaku?" Candramaya bingung ketika dayang itu telah meninggalkannya.

"Wahai Tuan Putri ...."

Sapaan itu mengarahkan Candramaya ke luar jendela, di mana seseorang yang ramping dengan rambut hitam panjang terbang dimainkan angin, membalas tatapannya dari balik dedaunan yang berlapis.

Belasan prajurit berlari melewati Candramaya yang terpaku. Keberadaannya tidak dapat dirasakan siapa pun.

"Apa yang terjadi?"

Candramaya tertegun saat orang di hadapannya menghilang bagai seutas ilusi. Segenggam ranting melayang ke arahnya dengan keras, tertahan oleh tiang jendela yang kokoh. Tabrakan itu memecah lingkaran mantra di sekitar. Figur Candramaya seketika muncul di koridor istana.

"Salam, Putri. Tidak ada yang perlu Putri cemaskan. Yang Mulia Raja telah mengirim Pasukan Sayap Perak untuk membawa kembali cahaya bulan. Rakyat yang terluka telah disembuhkan oleh ...."

Prajurit itu belum selesai berbicara, gerhana matahari yang menakutkan telah berlalu.

Candramaya kembali ke kamar di puncak istana, masuk dalam perenungan serta mengabaikan segala firasat yang merisaukan hati. Percobaan kali ini, ia harus berhasil menguasai kekuatan sihir yang terus meluap.

Jauh dari istana, keributan baru saja mereda, seorang gadis tak dapat lagi menahan nyeri di balik jubah. Beberapa saat ketika awan gelap melewati kepalanya, ia jatuh terkapar dengan mulut berdarah dan wajah biru. Jatuhnya dia di tempat yang tiada seorang pun berlalu.

Bunyi ketukan pintu di toko pelana mengalihkan wanita yang sedang mengemas bekal makanan untuk putrinya. Dia merenung sejenak dan merasa telah memasang tanda tutup di depan pintu. Pelanggan tidak akan datang. Penyihir yang mencarinya di saat seperti ini cukup jarang. Wanita itu berhati-hati, membuka pintu untuk pemuda berwajah sumringah yang sedikit membungkuk, menyamakan tatapan lawan bicara.

"Nyonya, maaf telah mengganggu Anda di saat seperti ini." Dares berujar tanpa menyembunyikan ekspresi sungkan.

Seandainya para bangsawan tidak datang padanya dan mengambil perbekalan perangkap jaring pasukan mereka hanya demi pertunjukan menangkap raksasa pemakan bulan, tidak akan ada dia yang berdiri di posisi ini, berbincang di depan tanda tutup yang terlihat dari ujung jalan.

"Ini," ucap wanita itu terhenti. Dia menghela napas gusar setelah Dares mengungkapkan alasan kunjungannya. "Pesanan ini sulit diselesaikan tepat waktu."

Wanita pemilik toko pelana melirik perlahan ke balik tirai, di mana anak gadisnya yang telah berkemas dengan busana dayang bersembunyi.

"Pesanan sebelumnya dapat Anda selesaikan dalam satu minggu. Mungkinkah bagi putri Anda untuk membantu pembuatannya dalam dua minggu?" tawar Dares.

Sejak masuk, dia telah merasakan keberadaan seseorang yang tidak menyembunyikan inti kekuatannya dengan baik. Lingkaran sihir miliknya terlihat bagi penyihir tingkat tiga lain yang lebih mahir, menandakan pemiliknya bukan masalah yang harus dia singkirkan.

Princess of Magic LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang