Chapter 11

5.6K 962 54
                                    

Ceklek!

Seon-ho dan Tae-hee menoleh ke arah pintu setelah mendengar pintu terbuka dari luar, mereka berpikir itu perawat atau Lisa, tapi mereka salah karena yang datang adalah Jennie.

Senyum manis menyambut kedatangan Jennie, namun dia mengabaikan itu karena tatapannya hanya tertuju pada satu orang yaitu; Brian.

Brian masih membuka mata, pria kecil itu pun tersenyum senang melihat kehadiran ibunya. Tidak peduli bagaimana galaknya Jennie, bagaimana seringnya Jennie membentak atau memarahinya, bagi Brian, Jennie adalah dunia terbaiknya.

Gelagat Jennie membuat Seon-ho dan Tae-hee merasa heran, tapi mereka tidak mungkin bertanya sekarang karena fokus Jennie hanya pada Brian saja. Tae-hee segera berdiri, dia membiarkan Jennie duduk di tepi ranjang perawatan anaknya lalu dia beralih ke ujung ranjang.

Tanpa mengatakan apa pun Jennie membawa kepala sang anak ke pelukannya, dia memejamkan mata seraya mengelus kepala Brian dengan penuh kasih. Tingkah Jennie membuat Brian ikut merasa heran, tidak biasanya Jennie terlihat sangat sendu saat pulang setelah bekerja.

"Mom, what's going on? Did someone hurt you? Who's it? Tell me, I'll hit him for you."

Jennie POV

Aku mengkhawatirkannya, tapi dia mengkhawatirkan ku. Rasanya semua terlalu menyakitkan, tapi sebisanya aku menahan agar tidak menangis meski pun di dalam, aku menjerit dan sangat ingin menangis tersedu.

Aku tidak tahu apa salahku pada Tuhan, rasanya ujian untukku terus datang bertubi-tubi. Baru saja luka yang aku miliki sembuh, kini aku harus kembali terluka karena darah dagingku tidak baik-baik saja.

Aku rasa Tuhan tidak mungkin sedang mengantuk saat Dia menuliskan takdirnya untukku. Atau mungkin, Dia ingin terus mengajakku bercanda? Atau Dia ingin menguji kekuatanku? Entah, aku tidak pernah tahu, saat ini aku hanya bisa bersabar dan melihat sampai mana Dia menguji batasku. Tapi...

Kenapa Brian?

Brian adalah anak baik yang tidak berdosa. Dulu, kehadirannya tidak anggap oleh ayahnya, bahkan aku menganggap Brian benar-benar di buang oleh ayah kandungnya sendiri, bukankah itu sangat menyakitkan jika dia mengetahuinya? Dan sekarang, apa lagi ini?

Aku tahu ujian hidup akan selalu ada, tapi kenapa harus selalu aku? Kenapa Brian? Aku tidak tahu bahagia seperti apa yang sedang Tuhan siapkan, tapi yang pasti semua ini benar-benar sulit aku terima. Jika bisa, bolehkah aku saja?

Rasa bersalah menyeruak begitu saja, membuatku merasa sesak jika aku ingat, aku sangat sering meninggalkan Brian, sering mengomelinya, bersikap tegas padanya. Entah.. Sangat banyak kesalahan yang sudah aku lakukan pada Brian, rasanya sangat sakit jika aku mengingat itu semua.

"Mom, apa mommy marah padaku? Kenapa mommy hanya diam?"

Aku menggeleng dan tersenyum, "Tidak sayang, Brian anak baik. Maafkan mommy, hm?" Kataku.

"Maaf untuk apa? Mommy tidak salah."

Aku mengangguk dan tersenyum, aku melepaskan dia dari pelukanku, tapi setelah itu aku segera naik ke ranjang perawatan lalu aku membiarkan dia duduk di pangkuanku, menghadap padaku. Kami diam saling menatap, tapi dia tersenyum manis seraya menangkup kedua pipiku.

"Apa aku tampan? Kenapa mommy terus menatapku?"

Sakit, nak. Mommy sakit melihat bagaimana pucatnya kau saat ini, mommy sakit melihat senyum manismu, mommy sakit karena mommy merasa, mommy gagal menjadi ibu yang baik untukmu. Kau sakit, mommy tidak menerima itu.

"Iya, kau pria paling tampan. Apa masih ada yang sakit?" Tanyaku seraya merapikan rambutnya.

"Tidak ada, tidak usah khawatir dan bersedih. Aku akan segera sembuh dan akan menjadi jagoan mommy lagi." Jawabnya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang