Chapter 72

7.2K 1K 52
                                    

"Astaga.. Irene!" Tegur Joy.

Irene diam membeku di tempat, dia menunduk menatap Seulgi yang jatuh terlentang di hadapannya. Joy dan Wendy terbelalak, sementara Seulgi hanya bisa diam seraya menatap langit-langit teras rumah Joy dan Wendy.

Teplon masih sedikit panas dan pukulan yang Irene berikan cukup kencang, membuat kening dan ujung hidung Seulgi tampak memerah. Irene tidak bermaksud, tapi dia refleks melakukannya, karena dia kesal pada Seulgi yang terus menguntitnya.

Melihat Irene hanya diam, Wendy membuang napas lemah lalu dia berjongkok di sisi kanan Seulgi, dia menepuk lengan Seulgi membuat Seulgi menoleh padanya. Tanpa menunda Wendy segera membantu Seulgi untuk duduk.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Wendy.

Seulgi tersenyum tipis seraya menganggukkan kepala, dia berdiri di bantu oleh Wendy. Setelah berdiri berhadapan, Wendy segera meneliti wajah Seulgi. Sementara Irene? Dia masih diam karena terkejut dengan kelakuannya sendiri.

"Masuklah, aku akan mengobatimu." Ucap Wendy.

Seulgi menggeleng, "Tidak perlu, rasa sakitnya di dalam, kau tidak akan bisa mengobatinya."

Wendy dan Joy saling memandang setelah mendengar jawaban Seulgi, keduanya paham kalimat yang Seulgi katakan. Irene pun tersadar dari keterkejutannya, dia menjatuhkan teplon yang masih dia genggam.

"Jika begitu, masuk dulu untuk minum atau--"

"Tidak usah," Seulgi menatap Irene sekilas lalu dia menoleh pada Wendy, "Terima kasih untuk tawarannya. Sudah hampir larut, aku permisi untuk pulang saja." Pamitnya.

Wendy tersenyum seraya menganggukan kepala, tidak mungkin dia memaksa orang yang tidak dia kenal untuk masuk ke dalam rumahnya, meskipun dia merasa tidak tega, tapi dia membiarkan Seulgi berbalik untuk pergi. Irene menelan saliva dengan susah payah, dia sadar jika dia sudah keterlaluan.

Tanpa mengatakan apapun Seulgi berbalik dan melangkah untuk pulang. Kening yang Irene pukul, tapi hati yang terasa sakit dan berantakan. Jika diingat, semua terlalu menyedihkan bagi Seulgi. Mendekati Jennie terus ditolak, mendekati Irene pun sama.

"Tunggu." Irene berlari lalu dia meraih dan menggenggam tangan Seulgi.

Seulgi berhenti melangkah, dia menoleh pada Irene seraya menepis genggaman tangan Irene di tangannya. Seulgi hanya tersenyum, tanpa mengatakan apapun dia kembali melanjutkan langkahnya. Tingkah Seulgi membuat Irene merasa bersalah.

"Tunggu, aku minta maaf," Irene kembali berlari, lalu dia meraih dan menggenggam tangan Seulgi, "Itu tidak sengaja. Refleks." Lanjutnya.

"Kau tidak salah, aku yang tidak sadar diri. Maafkan aku jika aku membuatmu risih, dokter. Aku tidak akan mengganggumu lagi setelah ini, sekali lagi maafkan aku." Jawab Seulgi tanpa menoleh, dia kembali menepis tangan Irene dan melanjutkan langkahnya.

Irene diam di tempat, dia tidak mengejar meskipun matanya terus menatap punggung Seulgi yang perlahan menjauh dari pandangannya. Setelah mobil yang Seulgi kemudikan berlalu, Wendy dan Joy segera melangkah mendekati Irene.

"Rene, itu keterlaluan." Tegur Joy.

Irene membuang napas secara kasar seraya menyisir rambutnya ke belakang, "Itu refleks, Joy. Aku kesal karena dia terus saja menguntitku, entah darimana dia tahu nomor ponselku, tapi dia terus menerorku dengan berbagai macam perhatian dan kalimat manis. Dan barusan? Aku tidak nyaman."

Wendy dan Joy mengerti bagaimana kesalnya Irene, tapi tindakan Irene beberapa waktu lalu terasa sangat tidak pantas dan tetap salah. Wendy yakin Seulgi merasa sakit hati, tapi mau bagaimana lagi? Wendy takut salah memberi saran pada Irene, karena dia sudah memberi saran sebelumnya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang