Chapter 48

9K 1.1K 75
                                    

Suasana di dalam ruang operasi itu terasa cukup menegangkan. Suara berbagai macam alat medis terus berbunyi nyaring, dan para dokter pun terus berusaha fokus untuk melakukan pertolongan sebaik mungkin.

Rosé dan Jisoo pun tampak sangat serius, tangan keduanya bergerak cekatan untuk melakukan pertolongan. Rosé menyampingkan perasaannya, dia berusaha fokus tanpa melibatkan perasaan apa pun meski pasien yang sedang dia tangani adalah ayahnya sendiri.

Sudah lebih dari dua jam operasi berlangsung, bahkan Rosé bekerja sama dengan dokter spesialis bedah yang lain. Entah itu dokter dari spesialis bedah ortopedi, dan dokter bedah lainnya.

Kecelakaan yang orang tua Rosé alami cukup parah, mobil pengacara terkenal itu tertabrak oleh bus yang mengalami rem blong di persimpangan jalan, membuat mobil yang di kemudikan oleh ayah Rosé terpental dan berguling di aspal beberapa kali.

"Dok, tekanan darah terus menurun." Ucap Jisoo.

Rosé menggeleng, dia tetap berusaha fokus meski di dalam dia sudah tidak sanggup untuk tetap fokus. Jisoo bisa melihat mata Rosé memerah dan berkaca-kaca, tapi dia berusaha menenangkan dan menguatkan Rosé.

"Detak jantung dan kadar oksigen---"

Tiiiiiit!!

Rosé berhenti bergerak, dia menatap layar EKG yang menunjukan garis lurus. Pendarahan di otak, operasi itu cukup rumit dan beresiko. Dan apa ini? Rosé menggeleng, dia meminta alat kejut jantung pada Jisoo yang langsung Jisoo siapkan.

"Tidak appa. Appa harus kuat dan tetap bertahan untukku. Appa, aku masih mencintai Jisoo.. Appa, bangun! Bantu aku meyakinkan eomma agar aku dan Jisoo bisa kembali bersama."

Jisoo menggigit bibir bawah di balik masker yang dia gunakan, tapi dia tetap bergerak setiap Rosé memintanya melakukan ini dan itu. Tapi, sudah berkali-kali alat kejut jantung itu mengenai dada ayahnya, Rosé tidak kunjung bisa membuat jantung ayahnya kembali berdetak.

"Dok--"

Rosé menaruh alat kejut jantung itu di tempatnya, dia mencoba memberikan RJP di tengah kesadaran dan tenaganya yang hampir habis. Air mata Rosé sudah menetes, hatinya terlalu lembut untuk berpura-pura tegas.

"No, appa! Lihat, Jisoo di sini appa."

Mata Jisoo memerah dan berkaca-kaca setelah mendengar ucapan Rosé. Memang diluar ayah Rosé tampak mendukung istrinya, tapi di balik itu? Pria paruh baya itu sangat berharap Rosé dan Jisoo kembali bersama, dan diam-diam ayah Rosé yang membiayai kuliah Jisoo setelah Rosé dan Jisoo bercerai dulu.

Soal ini, hanya Jisoo yang tahu karena Rosé pun tidak mengetahuinya. Yang Rosé tahu, ayahnya diam-diam merestui hubungannya dengan Jisoo. Perasaan Jisoo pun jelas saja hancur melihat kondisi mantan mertuanya saat ini, dia terus menggeleng saat EKG terus menunjukan garis lurus dan alat medis lain terus mengeluarkan bunyi nyaring.

"Dokter Park, semua cukup. Beliau tidak mungkin kembali."

"Tidak, tidak mungkin!" Teriak Rosé, "Appa tidak akan meninggalkan aku! Aku dokter hebat, tidak mungkin aku tidak bisa menolong ayahku!" Lanjutnya.

Semua menatap iba pada Rosé, tapi ucapan salah satu dokter tadi memang terbukti. Sudah lebih dari tiga menit Rosé memberikan RJP dan melakukan berbagai macam cara untuk membawa ayahnya kembali, tapi detak jantung dan nafas pria paruh baya itu tidak kunjung kembali.

"APPAAAAA!"

Jisoo sigap menahan dan memeluk tubuh Rosé saat Rosé melemas dan jatuh terduduk di lantai, Rosé menangis sejadinya. Selain merasa sakit, jelas dia merasa gagal dan tidak becus. Saat dokter lain mengumumkan waktu kematian, tangis Rosé semakin menjadi, air mata Jisoo pun menetes begitu saja.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang