Chapter 14

4.9K 855 22
                                    

Tit!

Pintu kaca itu terbuka lebar, detik berikutnya Rosé melangkah keluar diikuti oleh Jisoo dan rekannya yang lain. Rosé memang dokter spesialis bedah, tapi jika di ruang operasi jelas saja dia tidak bekerja sendiri karena dia selalu bekerja secara tim.

Rasa lelah mereka rasakan, bukan tanpa alasan tapi karena rumitnya operasi yang mereka jalani hari ini. Hanya satu pasien, tapi operasi transplantasi jelas membutuhkan waktu yang sangat lama. Dari pukul 8 pagi mereka di ruang operasi, dan mereka keluar pukul 1.30 siang.

"Saya selalu merasa senang saat bekerja satu tim dengan anda, dokter Park." Ucap seorang dokter seraya melepas maskernya."

Rosé tersenyum, "Begitu pun sebaliknya, saya pun merasa senang bisa bekerja sama dengan tim yang luar biasa seperti kalian." Jawabnya.

Mereka terus berbincang, membahas tentang operasi transplantasi yang baru selesai mereka kerjaan. Kerumitan operasi cukup menguras tenaga, tapi mereka senang karena operasi berjalan lancar, memang belum bisa di katakan berhasil karena pasien masih dalam pemantauan 1x24 jam.

"Karena sudah waktunya makan siang, bagaimana jika kita makan bersama, dok?" Saran salah satu dokter.

Rosé mengangkat sebelah alis, "Sebenarnya saya ingin, tapi ada yang harus saya lakukan dulu di ruangan, jadi duluan saja." Jawabnya sesopan mungkin.

"Begitu, baiklah. Jika begitu, kami permisi, dok."

Rosé mengangguk dan tersenyum tanpa mengatakan apa pun, dia dan Jisoo berlalu ke arah tangga. Ruang operasi ada di lantai 4, ruangan Rosé ada di lantai 3. Rasanya terlalu menghabiskan waktu jika menggunakan lift, jadi menggunakan tangga lebih baik walau pun dokter yang lain menggunakan lift.

Beberapa saat kemudian Jisoo dan Rosé sampai di lantai tiga, Jisoo diam tapi dia terus melangkah mengikuti Rosé ke ruangannya. Selain Rosé, jelas saja Jisoo pun merasa sangat lelah karena dia setia mendampingi Rosé.

Sampai detik ini Rosé masih berusaha untuk menyingkirkan Jisoo, cara pada direktur gagal, jadi Rosé selalu bersikap semaunya agar Jisoo lelah berada di sampingnya. Tapi sayangnya, sampai saat ini Jisoo selalu bertahan dan setia di sampingnya tanpa memedulikan semua tingkah seenaknya Rosé, dan semua kalimat tajam yang selalu Rosé ucapkan.

Tidak berselang lama Jisoo dan Rosé sampai di depan ruangan Rosé, setelah membuka pintu Rosé segera masuk diikuti oleh Jisoo. Rosé membuang nafas lemah seraya melangkah ke arah meja kerjanya, setelah itu dia duduk dan menerima rekam medis yang Jisoo berikan.

"Ada waktu kosong dua jam, jika tidak ada keadaan darurat, semua jadwal sesuai. Dan besok, anda akan menghadapi 6 operasi." Ucap Jisoo.

Rosé mengangguk, "Terus pantau kondisi pasien barusan."

"Saya mengerti." Jawab Jisoo.

Rosé kembali mengangguk, tapi setelah itu dia melambaikan tangan sebagai kode pengusiran. Jisoo tidak keberatan, setelah membungkuk hormat sekilas, dia segera berbalik dan keluar dari ruangan Rosé begitu saja.

Rosé sendiri tidak peduli dengan kepergian Jisoo, setelah pintu tertutup dia segera memeriksa dan menandatangani beberapa berkas di atas meja kerjanya. Dia terlihat fokus agar semua bisa segera selesai.

Menit-menit berganti, rasa lapar sangat sulit Rosé kendalikan. Karena perut yang terasa lapar membuat Rosé sulit konsentrasi, jadi dia memutuskan untuk pergi makan siang dulu sebelum melanjutkan kegiatannya, setelah dia menaruh semua berkas penting di dalam brankas, dia segera berdiri lalu dia menyambar ponselnya dan berlalu begitu saja.

Rosé turun ke lantai satu, karena lelah dan tidak memiliki waktu terlalu banyak, jadi dia memilih untuk makan di kafetaria rumah sakit saja. Tiba di lantai satu, Rosé segera melangkah ke arah kafetaria, diiringi oleh senyum dan anggukan ramah pada semua orang yang berpapasan dengannya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang