Chapter 21

5.7K 976 46
                                    

Cipratan air terlihat saat mobil-mobil itu melaju membelah jalanan kota. Hujan memang sudah reda, tapi genangan belum kering sepenuhnya karena masih ada badan jalan yang basah oleh sisa air hujan. Tidak ada mobil yang melaju sangat kencang, hampir semua mobil melaju dengan kecepatan sedang, termasuk mobil yang Lisa kemudikan.

Lisa diam dan fokus menatap jalanan, tapi isi kepala? Dia sibuk memikirkan yang terjadi beberapa waktu lalu, dia merasa sakit setelah mendengar Brian diledek oleh Se Jong. Rasa sakit itu memancing Lisa untuk maju, mengatakan dia ayah Brian padahal dia tidak memiliki niat untuk berbicara seperti itu sebelumya.

Diamnya Lisa membuat Brian merasa heran, dia menoleh pada Ryujin di belakang tapi Ryujin sedang sibuk melihat keluar jendela. Detik berikutnya Brian menoleh pada Lisa, dia membuang napas lemah seraya menundukkan kepala dan memainkan jari tangannya.

"Lili."

"Iya?" Lisa menoleh sekilas pada Brian, "Kenapa jagoan? Apa ada yang sakit?" Tanyanya.

"Tidak," Brian menggeleng lalu menoleh pada Lisa, "Apa kau marah?"

Alis Lisa berkerut, "Tidak, apa yang harus membuatku marah?" Balasnya.

"Maaf karena aku lancang memanggilmu daddy."
 

Lisa POV

'Aku dengar kau tidak memiliki ayah, kasihan sekali.'

Anak-anak, semua akan tumbuh dengan baik jika mendapat didikan yang tepat. Lingkungan memang berpengaruh besar, tapi anak kecil? Aku rasa, anak berusia empat tahun tidak akan berbicara seperti itu jika mendapat didikan yang baik dan tepat.

Tapi yang aku dengar tadi?

Dengan mudahnya anak itu berbicara, aku tahu anak kecil belum memiliki beban hidup, tapi bagaimana bisa anak sekecil itu tega mengatakan kalimat yang menyakitkan? Sungguh, aku salut karena Brian tidak marah, karena jujur saja.. Aku sakit mendengar kalimat itu.

Rasa sakit itu yang memancingku untuk maju. Tidak peduli jika ayah Brian akan marah karena aku mengaku jika aku ayah Brian. Tapi sungguh, aku merasa sakit untuk Brian, mengaku jika aku ayah Brian adalah cara terbaik untuk menampar mulut anak kecil itu tanpa mengotori tanganku.

"Maaf karena aku lancang memanggilmu daddy."

Kemarin kami bermain seharian di rumah, tapi kami tidak membahas apa pun tentang ke mana dan di mana ayah Brian. Karena aku membelikan dia PS5, jadi seharian kemarin kami bermain PS dan bermain bola bersama walau pun tidak lama. Jadi sampai detik ini, aku belum tahu ke mana ayah Brian karena di rumah pun tidak ada.

Aku juga tidak tahu bagaimana cara Jennie mendidik Brian hingga Brian tumbuh menjadi pria kecil yang begitu pintar. Tapi yang jelas, aku merasa Brian dewasa sebelum waktunya. Apa mungkin Brian di dewasakan oleh keadaan? Jika begitu, apa yang terjadi hingga membuat Brian menjadi sosok pria kecil yang dewasa?

"Tidak usah meminta maaf," Kataku, aku mengulurkan tangan mengelus kepalanya, "Aku senang kau memanggilku daddy, tapi.. Maafkan aku juga karena aku mengaku sebagai ayahmu."

"Tidak apa-apa, aku senang mendengarnya. Karena seperti yang Se Jong ucapkan, aku tidak memiliki daddy."

Hatiku tercubit setelah mendengar ucapan Brian, tidak memiliki ayah? Tanda tanya besar memenuhi kepalaku. Tapi aku menunda untuk menjawab karena traffic light berubah merah. Setelah mobil berhenti dan transisi mobil aku ganti, aku segera menoleh pada Brian.

"Jika aku boleh tahu, ke mana ayahmu?" Tanyaku ragu, ya.. Aku ragu karena takut membuat Brian bersedih.

"Aku tidak tahu," Brian menoleh menatapku, matanya sedikit memerah dan berkaca-kaca, "Aku pernah bertanya pada mommy saat pentas seni kemarin-kemarin, tapi bukan menjawab, mommy malah marah dan melarangku untuk menanyakan tentang itu. Karena tidak mau mommy bersedih, jadi aku tidak bertanya lagi."

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang