Chapter 22

4.7K 853 25
                                    

Riiing~ Riiing~

Suara alarm dari sebuah ponsel mengusik tidur nyenyak Jennie pagi ini. Tanpa membuka mata, Jennie meraba ponselnya lalu dia mematikan alarm itu karena dari ponselnya lah suara itu berasal.

Selain Jennie, tapi rekan sekamarnya pun terusik. Layaknya adik kakak yang lahir dari rahim yang sama, Jennie dan rekannya bergerak bersama, mereka merentangkan tangan menggeliat seraya melenguh pelan di atas tempat tidur.

"Kau seperti mesin fotocopy, Jennie eonni."

Jennie hanya terkekeh pelan tanpa mengatakan apa pun, dia sibuk mengusap wajah dan membersihkan area matanya. Tidak ada perbincangan, kedua pramugari cantik itu sibuk mengumpulkan kesadaran mereka karena mereka sudah ingat jika alarm itu sengaja di buat karena mereka akan kembali ke basecamp hari ini, setelah satu minggu lamanya mereka RON di Jeju.

"Apa kau akan mandi lebih dulu, eon?"

Jennie mengangguk seraya duduk di atas tempat tidur, "Iya, tidak akan lama." Jawabnya, dia bergerak meraih sebotol air minum setelah berbicara.

"Ah, baiklah. Aku akan menyiapkan seragamku dulu saja."

Jennie kembali mengangguk tapi dia diam tanpa mengatakan apa pun karena dia sedang meminum air putih yang dia siapkan semalam. Setelah setengah botol air putih itu dia habiskan, dia segera turun dari atas tempat tidur lalu dia melangkah ke arah kamar mandi seraya menyanggul asal rambutnya.

"Kabari miss Jeon, dia yang meminta sarapan bersama. Jadi, jangan sampai dia belum bangun." Perintah Jennie.

"Baik, eon."
  

Jennie POV

Tidak selalu ada di rumah. Jadwal bekerja tidak menentu, begitu pun dengan jadwal libur. Itulah salah satu resiko dari Flight Attendant sepertiku. Bahkan terkadang, hari libur besar pun kami tetap bekerja. Di saat orang lain memilih pesawat untuk mode transportasi saat pulang kampung, tapi kami sibuk mengantarkan penumpang pulang tanpa peduli kami belum bisa pulang.

Memang ada bonusnya, seperti keliling dunia atau keliling kota, namun semua tidak semenyenangkan yang orang lain lihat. Aku tahu semua pekerjaan memiliki risiko tersendiri, namun menjadi pramugari atau cabin crew? Bisa pulang dengan keadaan utuh adalah kebahagiaan yang kami harapkan. Saat pesawat take-off, saat itu juga kami mempercayakan hidup kami pada langit. Berharap langit tetap baik dan memberikan kami kesempatan untuk terus bernapas.

Tapi aku tidak bisa mengeluh karena ini pilihanku, bahkan saat kondisiku sedang tidak baik, aku harus tetap memberikan senyum terbaik. Sama halnya seperti yang sedang terjadi sekarang. Kondisi anakku sedang tidak baik dan membutuhkan kehadiranku, tapi aku malah meninggalkannya demi tugas dan tanggung jawabku yang lain.

Hah.. Dunia kejam, dan kehidupan memang sangat keras.

"Jadi, mommy akan pulang hari ini?"

"Iya sayang, kenapa? Apa kau tidak senang mommy pulang?" Tanyaku, aku membuka pintu kamar hotel setelah berbicara lalu aku keluar dan mengangguk pada rekanku yang sudah menunggu di depan kamar.

Benar. Aku akan pulang hari ini, RON di Jeju sudah berakhir, dan hari ini aku bersama rekanku yang lain akan kembali ke basecamp kami di Incheon. Leaving time memang pukul 10 pagi nanti, namun sekarang aku sudah bangun karena aku membuat janji untuk sarapan bersama rekan mugari-ku yang lain.

Jarum jam baru menunjuk angka 7 pagi saat aku keluar dari kamar. Karena ingat pada Brian jadi aku menghubunginya melalui Ryujin. Sudah dari tadi kami berbincang, dan syukurlah kondisi Brian baik-baik saja, bahkan selama aku tinggal, kanker sialan itu tidak membuat ulah.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang