Chapter 28

4.9K 885 30
                                    

The next day...

Jennie POV

Cabin one.

Memang membanggakan bisa menyabet gelar tersebut, tapi gelar itu membuatku tidak bisa semena-mena. Bagaimana pun kondisinya, aku harus profesional dan bertanggung jawab. Semakin tinggi jabatan, semakin besar pula tanggung jawabnya.

Karena tanggung jawab besar yang aku miliki, terpaksa aku harus meninggalkan Brian lagi. Rasanya tentu sangat berat, tapi tidak mungkin aku mengambil cuti karena jatah cutiku bulan ini sudah habis, aku harus mengudara untuk memenuhi jam kerjaku bulan ini.

Saat ini aku akan mengudara dengan rute Incheon-Manila, Manila-Incheon. Estime time departure pukul 10 nanti, tapi sekarang aku sudah siap untuk berangkat meski pun jarum jam baru menunjuk angka 6.30 pagi. Bukan tanpa alasan, tapi karena aku selalu di jemput tiga jam sebelum jam penerbangan.

"Mom."

Tepat saat aku selesai memasukan makanan yang Ryujin bawakan ke dalam travel bag-ku, suara panggilan yang terdengar sangat lemah itu terdengar. Saat aku menoleh, aku refleks tersenyum karena melihat Brian sudah bangun, dia menatapku dan tersenyum lemah.

Tanpa menunda aku segera menghampirinya, aku membungkuk seraya meraih dan menggenggam tangannya, lalu aku mengecup kedua pipi dan keningnya. Kecupan selamat pagi yang selalu aku berikan jika saat dia bangun aku ada di dekatnya.

"Good morning sayang." Sapaku.

"Morning." Dia menggeser kepalanya lalu meneliti penampilanku, "Mommy akan bekerja?"

"Iya, maafkan mommy karena harus meninggalkanmu untuk bekerja." Kataku.

"Tidak apa-apa." Brian tersenyum tapi dia menggenggam erat tanganku seolah dia ingin mengatakan 'jangan'.

"Maafkan mommy, nak." Kataku.

"Tidak apa-apa. Tapi.. Bolehkah aku bermain bersama Lili di sini?" Tanyanya, mata yang tampak memerah itu menatapku dengan tatapan memohon.

"Boleh." Aku mengangguk dan tersenyum, "Tapi, jangan merepotkannya, mengerti?"

"Hm, tidak akan."

"Pintar." Aku mengecup keningnya dan memberikan elusan di kepalanya.

Kami diam untuk beberapa saat, tapi ingat jika waktuku terbatas, aku segera melepas kecupanku lalu aku berdiri tanpa melepas genggaman tanganku di tangan Brian.

"Selagi masih ada waktu, sarapan dulu, hm? Mommy akan menyuapimu." Kataku.

Brian hanya mengangguk tanpa mengatakan apa pun, tapi karena dia mengangguk jadi aku segera melepaskan genggaman tanganku lalu aku beralih ke arah meja. Beruntung Ryujin membawakan bubur dari rumah, jadi sudah ada makanan juga untuk Brian nikmati pagi ini.

Setelah semua siap, aku segera duduk di tepi ranjang perawatan, lalu aku menyuapi anakku sarapan tanpa peduli dia belum mencuci wajahnya. Anemia membuat Brian terus merasa lemas dan semakin pucat hampir di setiap harinya, ini cukup menyesakan meski pun aku tidak menunjukan itu di hadapan Brian.

"Mom."

"Hm?" Aku mengulurkan tangan merapikan rambut Brian.

"Aku takut oleh Se Jong, aku tidak mau sekolah lagi. Apa mommy marah jika aku tidak mau sekolah?"

Se Jong..

Nama yang Brian sebut membuatku kembali ingat siapa pemilik nama itu, membuatku ingat juga siapa ayah dari anak yang kemarin menyakiti anakku. Seandainya saja aku ratu tega, pasti aku tidak akan memberi toleransi lagi. Tapi mengingat jika itu anak-anak, aku berusaha mengendalikan emosi untuk tidak membalas apa yang anak itu lakukan pada anakku.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang