Chapter 44 [M]

15K 1.2K 187
                                    

"Hi... Hehe.. Aku horny--- Eh, aku bisa menjelaskan."

Glek!

Jennie menelan saliva dengan susah payah, dia tersadar dari keterkejutannya setelah mendengar ucapan Lisa. Jennie menggeleng untuk mengalihkan arah pandanganya, detik berikutnya dia berbalik lalu dia berlari ke arah tangga untuk pergi ke lantai satu seraya menghapus air matanya.

"Percuma aku menangis! Sialan, Lalisa. Jam berapa ini?" Gerutu Jennie seraya melangkah cepat menuruni anak tangga.

Tiba di lantai satu, Jennie segera berlari ke arah dapur. Dia melepas scarf  yang dia gunakan, setelah dia menaruh scarf di atas meja makan, dia segera membuka kulkas lalu dia mengambil sebotol air mineral dingin. Jennie membuka penutup botol dengan tergesa, lalu dia meminum air dingin itu begitu saja hingga menghabiskan setengah botol.

Jennie mengusap bibirnya menggunakan punggung tangan, lalu dia melepas kancing kemeja bagian atasnya karena tubuhnya terasa panas dan napasnya terasa cukup sesak.

"Ya Tuhan."

Lisa yang baru saja orgasme, tapi Jennie yang merasa lemas luar biasa. Jennie duduk secara kasar di kursi meja makan, dia menunduk seraya memejamkan mata dan menyanggah keningnya menggunakan tangan kiri, sementara tangan kanan tetap menggenggam botol air minum.

Tapi, saat mata Jennie terpejam, saat itu juga bayangan milik Lisa muncul begitu saja, kembali dia lihat secara jelas membuatnya tersentak dan langsung membuka mata. Jennie menepuk-nepuk keningnya sendiri, merasa bodoh karena milik Lisa terus terbayang di matanya.

"Besar dan panjang.. Eh!"

Jennie menggeleng lalu dia berdiri, dia pergi ke arah wastafel lalu dia membungkuk dan mencuci wajahnya. Jennie mengusap-ngusap wajahnya secara kasar, untuk menyadarkannya dari pikiran liar yang mengisi otaknya saat ini.

Niat Jennie untuk bercerita tentang pengakuan Seulgi buyar, dia lupa dan benar-benar tidak ingat tentang itu sama sekali. Semua karena keterkejutan yang dia rasakan setelah melihat apa yang Lisa lakukan beberapa waktu lalu.

Setelah di rasa cukup, Jennie kembali melangkah ke arah meja makan, kembali duduk, dan kembali meminum air dingin di botol hingga tandas. Setelah sebotol air dingin habis, Jennie menunduk dan memegang kepalanya menggunakan kedua tangan.

Beberapa saat kemudian, suara langkah mendekat terdengar. Jennie memejamkan mata erat karena dia yakin Lisa yang datang menghampirinya. Jennie tidak salah, karena memang Lisa lah yang datang menghampiri Jennie di dapur setelah dia tidak menemukan Jennie living room atau pun di ruang tamu.

Lisa terlihat segar meski kedua pipi bersemu merah saat melihat kehadiran Jennie, bukan karena nafsu yang akhirnya terobati dia tampak segar, tapi karena dia baru mencuci muka sebelum menemui Jennie. Lisa diam dan terus menatap Jennie, tapi detik berikutnya dia menelan saliva dengan susah payah lalu berdehem dan memberanikan menyapa Jennie.

"J-Je-J--" Lisa memukul bibirnya yang terasa sangat kaku, lalu dia meremas ujung T-shirt yang dia gunakan menggunakan kedua tangan, dia menunduk karena tidak berani menatap Jennie, "J-Jennie."

"Sial. Aku malu sekali. Ya Tuhan, harus apa aku setelah ini?" - Batin Lisa.

Lisa pernah menjadi anak yang sangat konyol semasa sekolah dulu, dia terkenal hiperaktif karena tidak mau diam. Tapi rasanya, kejadian beberapa waktu yang lalu adalah kejadian paling memalukan dalam seumur hidupnya. Bagaimana tidak? Orang yang memergoki tingkah mesumnya adalah wanita incarannya sendiri.

"Ya?" Jennie mengangkat kepala, dia menatap Lisa meski dia tetap memegang kepalanya.

Lisa mengangkat kepala menatap Jennie, "M-maaf, itu.. Aku.. A-aku..."

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang