Chapter 37

6.4K 1.1K 92
                                    

Mulut terkunci rapat, kepala terus menunduk, dan tangan terus bergerak memainkan ujung selimut yang dia gunakan. Itulah kegiatan yang sedang Se Jong lakukan pagi ini.

Kehadiran sang ayah dia abaikan, makanan yang ayahnya siapkan pun dia tolak. Pria kecil itu sakit, demam pun masih dia rasakan, karena itu dia merasa tidak nafsu untuk makan. Rayuan sang ayah tidak dia dengar, dia tetap menutup mulut dan menolak untuk makan.

"Apa yang kau mau? Appa hanya bisa memasak sedikit menu untuk sarapan." Ucap Tae-Joon.

"Eomma."

Tae-Joon membuang napas lemah, dia merasa sedikit kesal setelah mendengar permintaan anaknya. Bukan kesal pada Se Jong, tapi dia kesal pada Na Eun yang tidak kunjung pulang dari semalam, tidak bisa dihubungi, dan tidak tahu di mana keberadaannya saat ini.

Sudah lebih dari sepuluh kali Tae-joon mencoba menghubungi Na Eun, dan lebih dari sepuluh chat dia kirim pada Na Eun, namun semua nihil karena nomor Na Eun tidak aktif. Panggilan tidak masuk, dan chat pun tidak terkirim.

"Eomma sedang bekerja dulu, nak. Kau bersama appa dulu, hm? Makanlah, agar sakitmu tidak semakin parah." Ucap Tae-Joon selembut mungkin.

Tae-Joon sebenarnya pria yang sangat peduli pada anak dan keluarga, namun rayuan yang Na Eun berikan dulu membuatnya goyah. Apa yang Jennie katakan benar, alasan utama Tae-joon goyah adalah; Karena Jennie sibuk dengan karir, dan terus menunda untuk memiliki anak.

Saat Jennie bersedia memiliki anak, Jennie tidak mengurangi aktifitasnya. Bertepatan dengan itu Na Eun datang, memberikan semua yang Tae-Joon butuhkan hingga akhirnya dia tergoda dan melupakan Jennie begitu saja.

"Jika aku sakit, apa eomma akan peduli padaku?"

Hati Tae-joon terasa perih setelah mendengar ucapan anaknya. Selama ini Na Eun berubah, sangat jarang Na Eun peduli pada anaknya, menjemput Se Jong ke sekolah pun harus di paksa terlebih dahulu oleh Tae-joon.

Ceklek!

Belum sempat Tae-joon membuka suara, pintu kamar Se Jong terbuka dari luar. Tae-Joon dan Se Jong kompak menoleh ke arah pintu, keduanya diam melihat kehadiran Na Eun yang tampak lesu dan tidak memiliki tenaga.

"Kenapa kau tidak bersekolah?" Tanya Na Eun seraya melangkah menghampiri anak dan suaminya, "Ini baru hari kamis, seharusnya--"

"Dia sakit, jadi dia tidak aku izinkan sekolah." Ucap Tae-Joon memotong kalimat Na Eun.

"Tsss~ manja sekali."

Tae-Joon membuang napas lemah, dia tidak menyangka Na Eun akan memberi respon seperti itu. Se Jong mencebikkan bibir, matanya berkaca-kaca dan terus menatap ibunya.

"Eomma, aku merindukan eomma."

Na Eun tersenyum, "Ow, manis sekali. Eomma juga merindukanmu, buddy." Dia membungkuk mengelus kepala Se Jong.

"Aku belum makan, aku ingin eomma menyuapiku."

"Maaf, eomma sedang merasa sangat lelah sekarang. Eomma bekerja hampir sepanjang malam, semua untukmu. Eomma harap kau mengerti, jadi.. Suapi oleh appa saja, oke? Eomma ingin beristirahat."

Belum sempat Se Jong memberi respons, Na Eun kembali berdiri tegak lalu dia berbalik dan keluar dari kamar anaknya. Bukan lelah bekerja sepanjang malam, tapi dia lelah menemani dan melayani Sehun sepanjang malam. Tapi tidak mungkin dia mengatakannya, bukan?

Tae-Joon mengepalkan kedua tangannya, tidak peduli Se Jong menangis di kamarnya, Tae-joon memilih keluar dari kamar anaknya lalu dia menyusul Na Eun ke kamar mereka. Pertengkaran dan perdebatan itu terjadi lagi, tapi Na Eun tidak mau kalah.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang