Chapter 15

6.3K 958 56
                                    

Langit kembali menghitam, malam sudah tiba dan jam kerja sudah berakhir. Sebagian besar dokter sudah selesai dengan jam kerja mereka, tapi ada sebagian dokter yang masih mengemban tugas mereka.

Satu dari beberapa dokter yang masih berada di rumah sakit dan baru selesai bertugas adalah Rosé. Saat ini dokter spesialis bedah itu sedang melangkah menuju ruangannya, terlihat lesu karena lelah dia rasakan. Sesekali Rosé memijat pundaknya, atau menggerakkan tangan untuk meregangkan otot-ototnya.

Jisoo ada di sana, dia setia mengikuti Rosé walau pun mereka melangkah cukup berjarak dan terus saling mendiami. Tidak berselang lama mereka sampai di depan ruangan Rosé, setelah pintu terbuka Rosé bergegas masuk diikuti oleh Jisoo.

"Ini berkas rekam medis semua pasien anda hari ini, besok ada dua janji temu dengan pasien yang akan check up pasca operasi." Ujar Jisoo seraya menaruh setumpuk rekam medis di atas meja kerja Rosé.

Rosé hanya mengangguk seraya bersandar pada kursi kerjanya, dia memejamkan mata seraya memijat pangkal hidungnya. Jisoo diam menunggu instruksi selanjutnya, dia memperhatikan Rosé yang tampak kelelahan tapi dia diam dan langsung menoleh ke arah lain setelah melihat Rosé membuka mata.

"Hah~" Rosé membuang napas lemah seraya menegakkan duduknya, "Berat untuk aku katakan, tapi terima kasih untuk kerja samanya hari ini." Ucapnya ketus.

"Ya, sama-sama. Untuk hari ini semua sudah selesai, jadi saya permisi untuk pulang, dok." Jawab Jisoo.

Rosé mengangguk seraya melambaikan tangan sebagai kode pengusiran, karena kode itu Jisoo terima dengan baik jadi dia segera berbalik dan melangkah untuk pergi. Tapi, tepat saat Jisoo memegang knop pintu..

"Kim Jisoo."

Jisoo berhenti melangkah, dia kembali berbalik menghadap pada Rosé, "Saya?"

"Apa kau berpacaran dengan dokter Ahn spesialis saraf itu?"
 
 
Jisoo POV

Kita tidak akan bisa memilih dalam hal apa kita akan mengalami kegagalan, tapi kita bisa memilih untuk belajar membuat pilihan yang terbaik. Dan mengakhiri semuanya adalah pilihan terbaik saat itu.

Apa yang aku akhiri?

Kisah cintaku, pernikahan yang baru seumur jagung. Ya, aku mengakhirinya karena sudah tidak ada cara untuk mempertahankannya. Lebih tepatnya, aku masih terlalu muda untuk mengerti, dan aku mengikuti ego karena rasa sakit yang sudah sulit untuk aku pahami.

Tapi, ini hanya kisah cinta yang gagal. Bukan tentang kisah hidup yang terhenti. Faktanya, kesalahan terbesar bukanlah saat kita mengalami kegagalan, tetapi saat kita berhenti dan menyerah sebelum merasakan keberhasilan.

Aku tidak beruntung dalam kisah cinta, tidak beruntung juga dalam hal keluarga karena kedua orang tuaku pun bercerai. Tapi ketidakberuntungan itu tidak bisa membuatku berhenti, hingga akhirnya aku berhasil meraih gelar PA atau rekan dokter dari department bedah.

"Apa kau berpacaran dengan dokter Ahn spesialis saraf itu?"

Siapa yang bertanya? Mantan suamiku.

Rosé atau Park Chaeyoung. Dia adalah mantan suamiku, orang yang dulu sangat aku cintai namun kini menjadi orang yang aku hindari, tapi.. Aku tidak tahu apa yang Tuhan inginkan, karena kini Dia mempertemukan kami kembali. Sialnya aku tidak bisa menghindar lagi karena kami menjadi rekan kerja. Dia dokterku, dan aku adalah asistennya.

Awal pertemuan tidak begitu baik, bukan tanpa alasan tapi karena dia terus membentakku, mengancam akan memecatku, dan selalu berkata kasar padaku. Tapi aku mengabaikan semuanya, dia berusaha membuatku lelah dengan sikapnya tapi siapa yang kalah? Dengan masih berdirinya aku di hadapannya, itu sudah menjadi jawaban, bukan?

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang