Chapter 23

4.7K 901 9
                                    

"Apa semua sudah baik-baik saja?" Tanya Ahn Bo-Hyun.

Jisoo mengangguk namun dia menunda untuk menjawab, dia mengunyah dulu makanan yang ada di dalam mulutnya, karena memang dia dan Bo-Hyun sedang menyantap makan siang bersama. Setelah makanan itu Jisoo telan, barulah dia tersenyum dan menjawab pertanyaan Bo-Hyun.

"Sudah. Terkadang masih sedikit ngilu jika terlalu banyak bergerak, tapi semua sudah jauh lebih baik." Jawab Jisoo.

"Syukurlah." Bo-Hyun mengangguk dan tersenyum, "Aku senang mendengarnya. Lain kali, hati-hati."

Jisoo kembali mengangguk dan tersenyum, dia dan Bo-Hyun terus berbincang seraya menikmati makan siang mereka bersama. Awalnya Jisoo dan Bo-hyun berteman biasa saja, berteman karena mereka rekan sejawat. Namun karena seringnya mereka bertemu, mereka berteman dekat tanpa tujuan yang pasti. Satu hal, diam-diam Bo-Hyun menaruh rasa pada Jisoo, hanya saja dia memendam karena tidak ingin buru-buru dan ingin meyakinkan perasaannya terlebih dahulu.

Dari arah pintu kafetaria, Rosé melihat semuanya. Dia melihat Jisoo makan siang bersama Bo-Hyun, rasa cemburu itu sangat kental terasa namun dia menepis semuanya.

Hari-hari berlalu tidak membawa banyak perubahan bagi Jisoo dan Rosé, juteknya Jisoo meski Rosé sudah bersikap baik membuat Rosé kembali terbawa emosinya, dia dan Jisoo kembali saling jutek meski memang sudah lebih jarang berdebat.

"Aku curiga kau cemburu melihat kebersamaan mereka."
  
Rosé POV

Cemburu? Aku rasa itu tidak mungkin.

Ya, aku dan Jisoo sudah berakhir, aku tidak suka padanya karena dia egois dan selalu saja menuduhku berselingkuh. Jadi aku rasa, tidak mungkin aku merasa cemburu.

Tapi, entah kenapa aku tidak suka melihat kedekatan dia bersama orang lain. Rasa itu tidak bisa aku tepis walau pun aku sudah berusaha mencobanya. Melihat dia tertawa bersama orang lain, rasanya aku ingin mengamuk dan menariknya agar dia tertawa bersamaku saja, tapi aku menahan karena tidak mungkin aku melakukan itu.

Cemburu, perasaan menjijikan yang pastinya tidak mungkin aku rasakan. Ya, aku tidak mungkin cemburu.

Kurang lebih satu minggu berlalu dari semenjak aku dan Jisoo mengalami kecelakaan kecil, sejauh ini aku mencoba bersikap baik padanya, merawat dia karena aku merasa bertanggung jawab. Aku yang membuatnya terluka, jelas saja aku harus bertanggung jawab, bukan? Tapi sialnya, Jisoo selalu marah-marah, dan itu membuatku malas untuk bersikap baik padanya.

"Kenapa aku harus merasa cemburu? Siapa dia?" Aku melangkah ke arah alat makan setelah menjawab pertanyaan Lisa.

Aku yakin Lisa tersenyum meledek sekarang, tapi aku membiarkan itu dan segera melangkah ke arah barisan makanan. Tetap diam mengambil makanan untuk aku nikmati siang ini walau pun Lisa sudah berada di sampingku.

"Chaeng, sudah lebih dari dua tahun kita berteman bahkan katakan saja, kita bersahabat. Kenapa kau tidak percaya untuk terbuka padaku?"

Sebenarnya bukan tidak percaya, tapi lebih tepatnya aku malu untuk mengakui apa statusku sekarang. Aku merasa semua adalah aib yang harus aku tutupi, bukan prestasi yang harus aku sombongkan atau aku pamerkan. Lagi pula, semua tidak terlihat, bukan?

"Aku tidak memiliki rahasia apa pun, Lisa." Kataku.

"Aku juga. Bahkan kau tahu aku pernah menikah, itu bukan sebuah aib bagiku, karena bersama atau berpisah, semua sudah ada yang menentukan dan pasti ada sebuah alasan. Jadi, katakan padaku.. Apa kau dan Jisoo pernah dekat sebelumnya?" Tanya Lisa.

Aku membuang napas lemah lalu menoleh pada Lisa, tapi belum sempat aku mengatakan apa pun, aku melihat kehadiran Irene di sisi kiri Lisa. Tidak mungkin aku berbicara dan membuka semuanya di hadapan orang lain, jadi aku memilih tersenyum seraya melambaikan tangan membuat Lisa menoleh ke sisi kirinya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang