Chapter 17

5.4K 934 30
                                    

Mata memerah dan berkaca-kaca, hati terasa sangat sakit dan terluka, itulah kondisi dan perasaan Jennie saat ini. Bukan tanpa alasan, tapi dia tidak tega saat melihat Brian muntah-muntah. Tahu, Jennie tahu ini efek kemoterapi karena Seon-ho sudah memberitahunya tadi. Tapi, ini pertama bagi Jennie jadi dia tetap panik dan khawatir.

Huek!

Jennie memejamkan mata seraya menoleh ke arah lain walau pun dia tetap berjongkok dan memegang kedua tangan anaknya dari samping. Bukan karena jijik, tapi Jennie benar-benar tidak tega melihat Brian terus muntah-muntah.

"Sudah?" Tanya Tae-hee seraya menghapus air mata dari sudut matanya.

"Hm." Brian mengangguk tanpa mengatakan apa pun karena mual masih pria kecil itu rasakan.

Jennie kembali membuka mata, karena ada Tae-hee di sana jadi dia segera berdiri lalu menggendong Brian dan membawa Brian ke arah wastafel, membiarkan Tae-hee yang membersihkan muntahan anaknya di kloset.

Tanpa mengatakan apa pun Jennie segera mendudukkan Brian di table wastafel, dia menyuruh Brian kumur-kumur lalu dia mencuci wajah Brian. Karena Jennie diam, Brian menoleh menatap ibunya, bibirnya melengkung ke bawah saat melihat mata Jennie memerah dan berkaca-kaca.

"Mom?"

"Hm?" Jennie tersenyum seraya mengeringkan wajah Brian menggunakan handuk kecil yang dia dapat dari Tae-hee.

"Apa aku membuat mommy marah?" Tanya Brian.

Jennie mengkhawatirkan kondisi Brian, bukan marah pada Brian. Tapi, pria kecil itu beranggapan Jennie masih marah karena kenakalannya di rumah sakit tadi. Sempat mengamuk dan menangis karena ingin bersama Lisa, itulah yang Brian anggap sebuah kenakalan yang membuat Jennie kesal dan marah.

"Tidak, sayang." Jawab Jennie tanpa menatap Brian, Jennie sulit mengendalikan perasaannya, apalagi jika harus melihat wajah pucat Brian.

"Lalu, kenapa mata mommy berkaca-kaca? Jangan menangis, mommy." Brian mengulurkan kedua tangan, dia menghapus air mata yang membendung di pelupuk mata Jennie.

Brian melarang, tapi yang Jennie dengar itu adalah perintah. Jennie menggeleng dan segera menggendong Brian, dia memeluk erat tubuh rapuh Brian dan menangis dalam diam. Brian pun membalas pelukan ibunya, walau pun tanpa isakan tapi Brian tahu Jennie menangis karena napas Jennie menunjukan semuanya.

Tae-hee jelas tahu bagaimana perasaan Jennie saat ini, dia mencoba tegar saat tangannya bergerak mengelus kepala Jennie. Sebagai seorang ibu, jelas saja Tae-hee merasakan sakit dan hancur yang Jennie rasakan saat ini. Tae-hee merasa dunia tidak adil pada anak semata wayangnya, setelah tertatih sembuh dari sakit karena pengkhianatan, tapi kenapa rasa sakit itu harus kembali Jennie rasakan karena sakitnya Brian.

"Jangan tinggalkan mommy." Bisik Jennie seraya mengelus kepala bagian belakang anaknya.

"Jangan menangis mommy."

Brian melarang tapi detik berikutnya dia malah menangis histeris di pelukan Jennie. Ulu hatinya terasa sakit karena muntah, tubuhnya pun terasa lemas, dan kepala terasa sedikit pusing. Brian tidak bisa berpura-pura tegar lagi, tangis Jennie membuatnya sulit menahan tangis juga.

Tae-hee mendongak menatap langit-langit, tadi dia hanya mengelus kepala Jennie tapi sekarang dia bergerak memeluk Jennie dan Brian secara bersamaan dari belakang.

"Kuat, kalian kuat." Bisik Tae-hee.

Kalimat penguat yang Tae-hee bisikan memang Jennie angguki, tapi kalimat itu tidak mampu membuat Jennie menahan tangis, dia terus menangis seraya memeluk erat tubuh anaknya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang