Chapter 40

7.4K 1.1K 82
                                    

Satu tangan berada di dalam saku celana, sementara tangan yang lain sedikit terangkat karena dia sedang menggenggam dan memainkan ponselnya. Tidak ada chat yang manis atau mesra, tapi kedua sudut bibir dokter spesialis kanker anak itu terus terangkat.

"Selamat siang, dokter Manoban."

"Eh, ya.. Siang." Jawab Lisa.

Hanya jawaban singkat itu yang Lisa berikan, dia tidak mengangkat kepala atau mengalihkan perhatian dari ponselnya. Seolah chat bersama seseorang yang dia sukai adalah hal penting, dia memilih mengabaikan orang lain dan asyik bertukar chat bersama seseorang di ujung sana.

Jennie✈️

Aku akan segera boarding.
Landing pukul 12 malam di basecamp, Incheon.
Happy working, dokter.
11.36 am

Lisa tersenyum lebar seraya menghentikan langkahnya, tanpa menunda dia segera membalas chat masuk tersebut.

Oke.
Jangan pulang sebelum aku menjemput.
Happy working too and have a safe flight mugari cantikku.
Aku.. merindukanmu
11.36 am✓

Lisa terkekeh seperti orang bodoh tanpa peduli chatnya tidak terkirim, dia tidak mempermasalahkan karena yakin Jennie sudah menonaktifkan ponselnya. Chat akan tetap diterima, 'kan? Jennie akan membaca chat itu nanti. Begitu pikir Lisa.

"Apa kau gila?"

Lisa tersentak seraya memegang dadanya, dia terkejut bukan main karena Rosé tiba-tiba muncul di hadapannya dan menyapanya. Sebenarnya tidak tiba-tiba, karena Rosé sudah melihat Lisa sedari, sayangnya Lisa tidak melihat kehadiran Rosé karena dia asyik dengan ponselnya.

"Kau yang gila!" Gerutu Lisa.

"Tentu saja tidak, kau yang gila. Lihat dirimu, kau berjalan sendiri tapi kau terus tersenyum seperti orang gila. Jadi kau yang gila, bukan aku." Jawab Rosé.

Lisa diam menatap Rosé, beberapa detik kemudian dia kembali terkekeh. Tanpa mengatakan apa pun, dia segera bergeser lalu dia melanjutkan langkahnya. Rosé menoleh menatap kepergian Lisa, dia membuat garis di kening menggunakan jari telunjuknya, tapi setelah itu dia berbalik dan segera mengejar Lisa.

"Jika kau tidak gila, ah.. Biar aku tebak. Kau sedang jatuh cinta, Nalalisa?"
 

Lisa POV

Bahagia..

Satu rasa yang aku rasakan saat aku, Jennie, dan Brian menyantap makan malam bersama semalam. Bahagia karena Jennie yang memasak, bahagia karena bisa merasakan bagaimana nikmatnya makan bersama seorang anak.

Aku tidak akan lupa jika Brian bukankah anak kandungku, dan aku juga ingat Jennie bukanlah istriku. Tapi semalam, aku benar-benar merasa lengkap dan sempurna karena kehadiran Brian dan Jennie. Biasanya aku akan makan malam di luar, atau makan sendiri di unitku. Tapi semalam?

Hah.. Aku akan menganggap jika semalam adalah latihan.

Ya, latihan untuk meraih bahagia yang aku inginkan. Kenapa? Karena kini aku sudah yakin dengan perasaanku. Semalam aku sudah melepaskan Tzuyu untuk terakhir kalinya, aku sudah mengikhlaskannya dan aku meminta kebebasan darinya. Kebebasan untuk apa? Untuk jatuh cinta lagi, dan memiliki pendamping baru.

"Jika kau tidak gila, ah.. Biar aku tebak. Kau sedang jatuh cinta, Nalalisa?"

Aku tersenyum setelah mendengar pertanyaan Rosé, apa yang dia katakan memang tepat. Aku sedang jatuh cinta. Aku sudah yakin dengan perasaanku, aku menyukai Jennie dan jatuh cinta pada Jennie. Karena itu aku meminta kebebasan dari Tzuyu dan melepaskan cincin pernikahanku sebagai tanda jika aku siap untuk memulai kisah baru.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang