Chapter 31

5.9K 1K 44
                                    

Hening...

Lisa diam, Brian pun diam, apalagi Jennie. Keheningan itu mengiringi perjalanan ketiganya. Mood Lisa tidak terlalu baik karena pertemuannya bersama Rosé tadi. Marah tidak begitu, tapi Lisa sedikit kecewa karena Rosé menutupi sesuatu darinya.

Memang itu hak Rosé, tapi Lisa berpikir; Bukankah mereka sahabat? Rosé tahu tentang masa lalu Lisa, lantas kenapa Rosé tidak terbuka tentang masa lalunya. Itu sangat menyebalkan dan membuat Lisa merasa marah pada sahabatnya.

Diamnya Lisa membuat Jennie merasa sedikit heran, karena Lisa menggunakan mobil serie coupe, jadi Jennie duduk berdampingan bersama Lisa dan Brian duduk di pangkuannya. Awalnya Jennie tidak begitu peduli, tapi rasa penasaran membuatnya memberanikan diri menoleh pada Lisa.

"Fokus sekali." Ledek Jennie.

Lisa menoleh sekilas pada Jennie, dia tersenyum seraya menggeleng pelan, "Tidak juga." Jawabnya singkat.

Jennie mengangkat sebelah alis, "Kau bertengkar dengan sahabatmu?" Tanyanya penasaran.

Lisa membuang napas lemah, dia mengangguk tanpa mengatakan apa pun. Anggukan Lisa membuat Jennie pun ikut mengangguk-anggukkan kepala, lagi-lagi dia sulit menahan rasa penasarannya. Bukan tanpa alasan, tapi karena yang dia tahu sejauh ini, Lisa dan Rosé bersahabat baik. Bertengkar? Karena apa?

"Karena?"

Lisa kembali membuang napas lemah, dia kembali menoleh sekilas pada Jennie. Setelah itu Lisa menceritakan apa alasannya mendiami Rosé, memang tidak secara detail karena bagaimanapun, semua masih menyangkut privasi Rosé.

"Aku terbuka padanya, selalu bercerita tentang apa pun. Tapi, kenapa dia menaruh rahasia? Dia tidak percaya padaku, atau tidak menganggapku sahabat?" Ujar Lisa seraya membelokan stir ke kiri.

"Kau sensi sekali." Ledek Jennie.

"Sensi bagaimana?" Lisa menoleh sekilas pada Jennie setelah berbicara.

"Katakan; Kalian hanya sahabat, bukan saudara. Terkadang, ada rahasia antara saudara. Aku paham, kau bercerita padanya karena kau percaya padanya, tapi ada masanya seseorang tidak bercerita bukan karena tidak percaya, melainkan karena dia merasa itu sebuah aib, mungkin juga dia merasa, rahasia itu tidak ingin dia ungkit karena semua terlalu menyakitinya, atau bisa saja rahasia itu sebuah masalah, dia tidak ingin kau memikirkan masalahnya karena dia tidak ingin menyusahkan sahabatnya." Jawab Jennie panjang lebar.

Tidak biasanya Jennie berbicara panjang lebar pada seseorang yang belum lama dia kenal. Bahkan, pada teman kerja nya pun dia selalu berbicara seperlunya sekali pun mereka cukup dekat dan sudah berkali-kali mengudara bersama. Tapi pada Lisa? Tidak ada maksud lain, Jennie hanya berusaha bersikap ramah karena bagaimana pun, Lisa sudah baik sejauh ini.

Lisa tersenyum setelah mendengar kalimat panjang lebar yang Jennie ucapkan. Rasanya ini kali pertama Jennie berbicara serius dan panjang lebar. Biasanya mereka akan berbicara panjang lebar jika membahas tentang kondisi Brian, tapi sekarang? Lisa merasa senang karena Jennie terbuka padanya. Terbuka dalam artian, tidak lagi jutek dan terus marah-marah.

"Aku tidak menyangka kau memiliki pemikiran seperti itu, aku pikir kau hanya bisa marah-marah, galak, dan jutek saja."

Bugh!

Jennie memukul kencang lengan Lisa, dia mendengus sebal seraya menoleh keluar jendela dan memeluk perut Brian. Dia merasa menyesal karena sudah berbicara panjang lebar pada Lisa, tapi tidak mungkin dia menarik kalimatnya, bukan?

"Aku akan diam." Ketus Jennie.

Lisa tertawa, "Aku atau kau yang sensi?"

"Ck! Diamlah." Sebal Jennie.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang