Chapter 69

6.6K 1K 29
                                    

Ceklek!

Pintu kamar mandi di ruang rawat inap itu terbuka dari dalam, detik berikutnya Jennie keluar seraya mengeringkan tangannya menggunakan handuk kecil yang dia bawa. Kedua sudut bibir Jennie terangkat, dia menaruh handuk di atas meja makan lalu dia mendekati dua ranjang perawatan yang ada di ruangan tersebut.

Jennie membuang napas lemah karena Brian masih tidur nyenyak, dia menunda untuk membangunkan Brian karena dia memilih untuk membangunkan Lisa terlebih dahulu. Tanpa membuat kebisingan, Jennie membungkuk lalu mengecup kening dan pipi Lisa.

"Sayang, bangun." Bisik Jennie di dekat telinga Lisa.

Lisa tidak terusik, tapi Jennie tetap berusaha membangunkan Lisa dengan cara yang lembut, agar Lisa tidak terkejut. Lebih dari dua kali Jennie menepuk dan mengecup pipi Lisa, dia terus melakukannya hingga akhirnya Lisa terusik dari tidur nyenyaknya.

Jennie kembali tersenyum, tapi dia tetap membungkuk seraya mengelus pipi Lisa. Lisa mengedip-ngedipkan matanya berkali-kali, lalu dia menguap membuat Jennie refleks menutup mulut calon suaminya. Apa yang Jennie lakukan membuat Lisa menoleh, dia tersenyum lalu membuang napas lemah, dia kembali memejamkan mata seraya menggenggam tangan Jennie yang berada di pipinya.

"Morning." Sapa Jennie.

Lisa tersenyum, "Morning, jam berapa ini?"

"Setiap jam aku selalu mencintaimu, begitu?"

"Iya." Lisa terkekeh pelan, "Tapi aku serius sayang, ini jam berapa? Kenapa sudah bangun?"

"Baru pukul 6 pagi. Biasa, baby menunjukan tanda cintanya." Jawab Jennie.

Ya, sudah bukan hal asing bagi Jennie, setiap pagi Jennie selalu terbangun oleh rasa mual dan ingin muntah yang sulit dia tahan. Tanda cinta dari janin kecil yang tumbuh di rahimnya cukup menyiksa Jennie setiap pagi, tapi tidak mungkin Jennie protes, bukan? Jennie selalu menikmati tanda cinta yang anaknya berikan.

Jawaban yang Jennie berikan membuat Lisa membuka mata, dia membuang napas lemah dan tersenyum lalu dia menangkup dan mengelus lembut pipi Jennie. Lisa diam, tapi dia menatap lekat wajah Jennie. Rasanya tidak tega karena Jennie terus muntah-muntah disetiap paginya, bahkan terkadang Jennie muntah setelah makan, meski memang tidak selalu dan hanya sesekali saja.

"Maaf karena aku belum bisa membantumu setiap kau tersiksa karena muntah-muntah. Apa kau marah?" Tanya Lisa setelah beberapa saat dia diam.

"Tidak." Jennie tersenyum lalu mengecup bibir Lisa sekilas, "Aku akan marah jika kau baik-baik saja tapi kau acuh, sekarang? Sayang, aku terlalu kejam jika banyak menuntut saat kondisimu tidak baik. Tidak usah dipikirkan, aku baik-baik saja dan tidak mungkin marah."

Lisa tersenyum, "Setelah Brian pulih, aku akan langsung menikahimu."

"Aku akan menantikan hari itu. Tapi untuk sekarang, lebih baik kita mandi dulu. Kau ingat tentang hari ini, 'kan?"

Lisa mengangguk dan tersenyum tanpa mengatakan apapun. Anggukan yang Lisa berikan membuat Jennie segera membantu Lisa untuk duduk di ranjang perawatan, setelah membuka selimut yang Lisa gunakan, dengan sangat hati-hati Jennie membantu Lisa menggerakan kedua kakinya hingga akhirnya Lisa berhasil duduk di tepi perawatan.

Tepat saat Jennie akan meraih kantung infus untuk di bawa ke kamar mandi, Lisa malah memeluk pinggang Jennie dan menyembunyikan wajahnya di sela kedua payudara Jennie. Apa yang Lisa lakukan membuat Jennie terkekeh, tapi dia tidak mempermasalahkan.

"Maafkan aku." Ucap Lisa tiba-tiba.

Alis Jennie berkerut, dia menunduk menatap Lisa, "Maaf? Untuk apa, dad? Kau tidak memiliki salah."

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang