Chapter 47

7.1K 1K 38
                                    

Jennie POV

'Seseorang yang menolongmu meminta pihak rumah sakit untuk menghubungi kami, dan dia meninggalkan catatan ini.'

Kini aku kembali ingat kalimat yang eomma sampaikan pagi itu. Pagi di mana aku terbangun setelah hampir satu malam penuh aku tidak sadarkan diri. Setelah berbincang ke sana dan kemari, akhirnya eomma mengatakan kalimat itu dan memberikan catatan yang orang asing itu tinggalkan untukku.

Aku merasa catatan itu sangat berharga karena ada nama si penolong di sana, jadi aku menyimpannya, bahkan aku menaruh di dalam brankas yang selalu aku bawa ke mana pun aku berpindah tempat tinggal. Aku berharap bisa bertemu dengan manusia baik hati itu, untuk mengucapkan kata terima kasih yang tidak sempat aku ucapan dulu.

Tapi, setelah membaca satu kali, aku tidak pernah membacanya lagi. Dan aku benar-benar melupakan catatan itu. Banyak alasan yang membuatku lupa, dan merawat Brian adalah salah satunya. Aku tidak sangat mencari manusia berhati malaikat baik hati itu, tapi siapa yang akan menduga jika kami kembali di pertemukan.

Lisa...

Seseorang yang hadir di hidupku dan Brian, dialah manusia berhati malaikat baik hati itu. Awalnya aku tidak menyangka jika Lisa adalah orangnya. Lisa tidak pernah menunjukan jika dia adalah orangnya, tidak pernah mengatakan juga agar aku mengetahuinya sebelum ini.

"Jadi mata ini, mata yang aku lihat malam itu."

Ya. Kami masih bersama, aku melarang Lisa pulang jadi dia ada di hadapanku sekarang, sedang berbaring miring menghadap padaku, dan berbaring di atas tempat tidurku.

Aku mengelus alisnya menggunakan jari telunjukku, seraya menatap lekat mata bulat yang tampak indah ini. Tatapan Lisa sangat tajam, apalagi jika dia sedang marah atau.. bernafsu. Tapi, tatapan tajam itu sangat indah dan menenangkan.

"Kau melihatku?" Tanya Lisa.

"Aku sempat sadar, tapi tidak lama. Yang pasti, aku melihat mata ini. Sekilas dan buram, jadi aku tidak begitu yakin jika mata itu adalah matamu. Aku pikir, semua mimpi." Jawabku.

Lisa tersenyum, "Kejadian itu sudah berlalu sangat lama, aku pun lupa kita pernah bertemu. Tapi aku merasa tidak asing saat melihatmu, hanya saja aku diam karena aku takut salah. Hingga akhirnya Rosé mengingatkanku."

"Mengingatkan bagaimana?" Tanyaku.

Lisa menceritakan tentang masalah di sekolah Brian, saat aku sedang RON di Jeju. Karena masalah itu dia tahu jika aku berasal dari Busan, bukan asli Seoul. Dan setelah tahu aku dari Busan, dia menanyakan pada Rosé yang menjadi salah satu malaikat penolongku juga malam itu.

Hah...

Aku rasa dunia sangat sempit, tapi jujur.. Aku bahagia bisa bertemu dengan Lisa. Senang juga bisa tahu yang mana seseorang yang bernama Rosé itu. Aku rasa, setelah ini aku harus meminta Lisa untuk membawaku bertemu dengan sahabatnya, aku perlu menyampaikan kata terima kasih juga pada Rosé.

"Jika Rosé tidak bercerita, rasanya aku tidak akan ingat kejadian itu karena aku bukan manusia yang memiliki daya ingat tinggi tentang beberapa hal. Semenjak hari itu, hari di mana istriku meninggal.. Aku berusaha melupakan banyak hal. Jadi aku mudah lupa jika semua di luar pekerjaan." Tuturnya di akhir cerita.

"Sepertinya kita harus mengakhiri pembahasan ini." Kataku, bukan cemburu.. tidak mungkin aku cemburu pada seseorang yang sudah menjadi abu, tapi aku tidak ingin membuat Lisa bersedih karena mengingat masa lalu kelamnya.

Lisa tersenyum dan mengangguk, dia merapikan beberapa helai rambutku dan menyelipkannya ke belakang telinga, "Aku mencintaimu."

Aku tersenyum dan mengangguk, "Aku menyukaimu."

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang