Chapter 61

6.1K 960 185
                                    

Malam sudah semakin larut, tapi belum sedetik pun mata Jennie terpejam. Bahkan Jennie masih memakai pakaian kerjanya, meski sanggulan rambut sudah dia lepas dan membiarkan rambutnya diikat rapi saja.

Jennie diam di depan ruang ICU seorang diri, karena kedua orang tuanya sudah dia minta untuk pulang dan beristirahat, sementara kedua orang tua Lisa ada di ruangan Ji-Sub, sedang beristirahat karena keduanya tampak kelelahan. Lisa sedang pergi ke kafetaria untuk membelikan Jennie makan, jadi Jennie benar-benar sedang sendiri.

Dinginnya udara di luar terasa hingga ke dalam gedung bercat putih itu, membuat Jennie terus memeluk dirinya sendiri, dan sesekali dia mengelus lengan atasnya. Lelah hanya menatap ke depan, Jennie mencoba menoleh ke sembarang arah, namun hanya ada beberapa perawat dan tidak ada kehadiran Lisa.

Mengingat Lisa, Jennie membuang napas lemah seraya menundukkan kepala, dia tersenyum karena semakin tahu bagaimana dalamnya cinta yang Lisa miliki Brian. Semakin yakin jika Lisa adalah manusia terbaik di dunia, manusia yang sangat tulus tanpa memandang apa pun.

"Brian, bukankah kita akan selalu membahagiakan daddy, sayang? Bangun, nak. Apa kau tidak kasihan pada mommy dan daddy?"

Ya. Dari siang, dan malam sudah cukup larut sekarang, tapi Brian masih betah memejamkan mata, dia belum berhasil melewati semuanya, dan masih tidak sadarkan diri. Masker oksigen masih dia pakai, dan berbagai macam alat medis masih menempel di tubuh rapuhnya.

Tapi, selemah apa pun kondisi Brian saat ini, Jennie tetap menaruh keyakinan anaknya akan segera sembuh. Meski pun sel tulang sumsum Lisa dan Brian tidak cocok juga, tapi Jennie percaya suatu hari nanti pendonor itu ada dan akan membantu anaknya.

"Apa kau tidak membawa jaket?"

Jennie tersentak, lamunannya pun buyar. Dia menoleh pada seseorang yang tiba-tiba datang, menyelimuti bahunya menggunakan coat, dan duduk di sampingnya begitu saja. Jennie langsung melepas coat tersebut, karena yang datang dan menyelimutinya menggunakan coat tidak lain dan tidak bukan adalah Tae-joon.

Tae-Joon tersenyum lemah seraya menundukkan kepala seraya menatap coat yang kembali ada di tangannya, dia tidak memaksa karena dia tahu bagaimana Jennie, dia juga tidak mempermasalahkan saat Jennie bergeser dan menjaga jarak dengannya.

Keheningan tercipta karena Jennie diam, begitu pun dengan Tae-Joon. Keduanya hanya saling mendiami seraya menatap lurus ke arah pintu ruang ICU, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tapi beberapa saat kemudian, Tae-joon menoleh pada Jennie.

"Dibuang, dicampakan, dan dilupakan begitu saja. Semua benar-benar terasa menyakitkan. Kau hebat bisa melewati semuanya, bahkan harus merawat Brian juga. Aku salut padamu, karena kau berhasil mendidik anak kita dengan baik." Ucap Tae-Joon.

Hening...

Jennie hanya diam dan mengabaikan ucapan Tae-joon, tapi keheningan itu tidak membuat Tae-Joon berhenti apalagi pergi, dia tetap diam di sana dan tetap pada posisinya. Duduk di sebelah Jennie dan menatap side face Jennie.

"Betapa bodohnya aku, dan betapa beruntungnya orang yang mendapatkan mu."

"Bukan dia yang beruntung mendapatkan aku, tapi aku yang beruntung mendapatkan dia. Aku berterima kasih sekarang," Jennie menoleh pada Tae-joon, "Terima kasih karena sudah membuangku, berkatmu sekarang aku bertemu dengan seseorang yang mampu memberikan dunianya padaku, dan mencintaiku serta Brian dengan sangat hebat."

Tae-joon mengangguk, "Kalian sama-sama beruntung, tapi tidak denganku yang sangat sial. Istriku direbut oleh orang lain, dan meninggalkan aku begitu saja."

Jennie kembali diam tanpa mengatakan apa pun, dia menunduk dan mengalihkan tatapannya. Tae-Joon pun kembali diam, tapi hanya sebentar saja diam karena setelahnya dia kembali membuka suara.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang