Chapter 38

6.3K 1.1K 44
                                    

Tidak memiliki hak untuk ikut campur, tidak berhak juga untuk tahu. Tapi, Jennie ada di ruang tamu. Dia mendampingi Lisa untuk berbicara dengan Jisoo dan Rosé. Awalnya dia memilih untuk pulang, tapi Lisa melarang dan memintanya untuk mendampingi.

Brian pun mendukung Jennie untuk tetap di sana, karena dia masih merindukan Lisa dan masih ingin bermain bersama Lisa. Jennie kembali mengalah, jadi di unit Lisa lah dia berada saat ini. Perjalanan yang mereka tempuh pun tidak terlalu panjang, karena unit Lisa memang tidak jauh dari rumah sakit.

Lisa baru saja duduk setelah menyiapkan makanan dan minuman terlebih dahulu. Meski pun tidak meminta, tapi Brian tidak menolak saat Lisa kembali menggendong dan mendudukkannya di pangkuan Lisa. Yang ada Brian merasa senang, karena dia duduk menghadap pada Lisa jadi dia memeluk erat leher Lisa.

Rosé terus tersenyum menatap pemandangan itu, dia tahu betul bagaimana Lisa sangat ingin memiliki anak. Dia tahu Brian memang bukan anak Lisa, tapi kehadiran Brian benar-benar mengisi kekosongan Lisa sejauh ini.
 
 
Rosé POV

Tidak sangat setia kawan, tapi jika aku ada, maka aku akan selalu ada untuk sahabatku. Ya, bagiku teman dan sahabat sangat penting. Saat orang tua atau keluarga tidak paham, terkadang sahabat yang lebih memahami.

Mungkin di luar sana dan bagi sebagian orang persahabatan itu hanya omong kosong, tapi tidak bagiku. Teman ku memang bukan hanya Lisa, dan sahabatku pun jelas bukan hanya Lisa. Tapi didiami oleh Lisa? Tuhan.. Rasanya lebih memusingkan dibanding dengan berdebat dengan Jisoo.

Kami tidak bersahabat dari semenjak kami kecil atau sekolah, bahkan baru beberapa tahun ini kami bersahabat. Tapi, karena kami merantau bersama, selalu menghabiskan waktu bersama. Lisa memiliki tempat tersendiri di hidupku. Jangan salah paham, aku memang mencintai Lisa, tapi cinta sebagai sahabat.

Karena perasaan-perasaan itu aku merasa tersiksa saat Lisa mendiamiku. Sejujurnya, aku tidak bermaksud untuk menutupi semuanya dari Lisa. Tapi rasanya, semua adalah aib yang akan selalu aku tutupi, aku tidak ingin Lisa tahu karena aku merasa malu. Memang status kami sama, kami sama-sama pernah menikah. Tapi Lisa berpisah dengan istrinya karena maut, sementara aku? Karena itu aku memilih bungkam, perceraian itu bukan sebuah prestasi yang harus aku umbar dan banggakan.

Meski begitu, aku sadar aku salah. Karena mengaku salah jadi aku minta maaf, tapi Lisa mengabaikan kata maafku. Dan di sinilah aku sekarang, di tempat tinggal Lisa untuk meminta maaf lagi. Meminta maaf untuk semua salahku padanya, karena aku ingin kami seperti dulu, selalu bersama dan berbagi bahagia. Bukan seperti sekarang.

"Dokter Manoban--"

"Panggil Lisa saja, kita tidak di rumah sakit sekarang."

Aku menoleh pada Jisoo, dia mengangguk setelah mendengar ucapan Lisa. Karena ini menyangkut Jisoo juga, jadi dia pun ada di sini. Aku sudah hampir menyerah merayu Lisa, jadi aku mengizinkan Jisoo untuk ikut campur.

"Lisa, jangan terus mendiami Rosé. Aku tahu, mungkin cara dia menutupi semua yang terjadi antara kami memang membuatmu kecewa dan marah. Tapi, Rosé memiliki alasan. Kau tidak membutuhkan alasannya? Tidak masalah, aku mengerti. Tapi alasan Rosé menutupinya, karena dia merasa malu olehmu."

Aku mengangguk dan menatap Lisa setelah mendengar ucapan Jisoo. Yang dia katakan memang benar, aku malu oleh Lisa. Malu karena gagal menjadi suami, gagal mempertahankan rumah tangga. Padahal masalahku dan Jisoo bukan karena orang ketiga, tapi aku gagal dan menyerah hingga akhirnya pisah menjadi akhir dari pernikahan kami.

Jika aku pikir sekarang, aku benar-benar payah karena mengkhianati perjuanganku. Aku payah karena kalah oleh masalah. Tapi saat itu usiaku masih sangat muda, aku tidak memikirkan cinta kami, aku tidak memikirkan perjuanganku. Aku merasa tidak di hargai, jadi aku memilih mengakhiri tanpa berpikir lebih panjang lagi.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang