Chapter 18

4.7K 877 18
                                    

Keheningan tercipta di penthouse besar itu. Irene masih diam menatap Lisa, begitu pun dengan Lisa yang memilih diam setelah berbicara tegas pada Irene. Bagaimana ramahnya Lisa benar-benar mengecoh Irene, dia tidak menyangka Lisa bisa berbicara tegas yang membuatnya kehilangan kata-kata untuk menjawab.

Dengan percaya dirinya Irene datang, dia yakin Lisa tidak akan menolaknya. Tapi ternyata? Ini kali pertama Irene merasa patah hati karena sebuah penolakan, namun dia tidak bisa marah karena jelas semua berawal karena ulahnya sendiri.
  

Irene POV

'Tidak dicintai memang menyedihkan, tapi lebih menyedihkan tidak bisa bersama ketika sudah saling mencintai.'

Tidak semua orang, tapi ada yang menerapkan pemikiran seperti itu untuk menjalani hidup, dan aku adalah salah satunya. Aku tidak pernah gagal menjalin kasih, tapi banyak sekali contoh yang bisa aku pelajari agar tidak merasa sakit karena gagalnya kisah cinta.

Usiaku 34 tahun sekarang, tapi baru dua kali aku menjalin kasih, itu pun saat masa sekolah dulu. Kenapa? Karena aku bukan seseorang yang senang melibatkan cinta saat sedang berusaha untuk meraih cita-cita.

Di Korea Selatan, cita-cita dan cinta selalu menjadi masalah yang cukup rumit. Tidak sedikit orang yang gagal dalam cita-cita karena cinta. Begitu pun sebaliknya, banyak yang gagal dalam kisah cinta karena ingin menggapai cita-cita. Itulah alasan kenapa aku memilih menunda untuk bermain cinta, sebelum aku bisa meraih cita-cita.

Namun tidak selamanya aku tetap menunda bermain cinta, bukan? Dan ya, sekarang aku sudah meraih cita-cita, maka aku lebih dari siap untuk bermain cinta dan menjalin kisah asmara. Lagi pula, kedua orang tuaku pun sudah mulai mempertanyakan tentang kisah cintaku. Aku mewajarkan, karena aku mengerti jika mereka menantikan keturunan dariku.

"Maaf jika kalimatku menyakitimu, Bae. Aku hanya berusaha jujur karena tidak ingin kau menaruh harapan yang jelas akhirnya akan lebih menyakitkan."

Tapi, kenapa di saat aku siap aku malah merasa terluka? Bukan karena pengkhianatan, tapi karena sebuah penolakan yang diberikan. Sial.. Ingin rasanya aku mengamuk, tapi aku sadar semua bermula karena kesalahanku sendiri.

Niat hati ingin menjalin kasih karena pendekatan tanpa perjodohan, itulah kenapa aku membohongi orang tuaku dengan mengandalkan sahabatku untuk datang ke kencan buta yang mereka atur. Dan, karena kebohongan itu juga aku merasa menyesal sekarang.

Lalisa Manoban.

Aku rasa kalian tahu siapa dia, selain rekan dokterku tapi dia adalah orang yang seharusnya pergi kencan buta bersamaku. Jujur aku katakan, aku menyukai Lisa karena dia sosok pasangan ideal. Tidak peduli dia pernah menikah sebelumnya, terpenting sekarang dia sendiri dan aku tidak merebut dia dari orang lain.

Aku menyesal karena hari itu aku tidak datang, tapi mau bagaimana lagi? Aku tidak tahu siapa yang akan menjadi pasangan kencan buta-ku. Seandainya aku tahu jika Lisa orangnya, aku pasti akan datang tanpa mempedulikan jadwal pekerjaan yang cukup menumpuk.

"Tidak masalah, tidak usah meminta maaf. Aku tahu aku salah, tapi.. Kita masih bisa berteman, 'kan?" Tanyaku.

"Tentu. Aku tidak pernah hidup untuk mencari musuh. Kita masih bisa berteman, tapi jangan melibatkan perasaan."

Aku mengangguk dan tersenyum, hanya bisa pasrah dan tidak bisa memaksa. Meski aku menyukai Lisa, tapi aku tidak akan bisa memaksa dia agar menyukaiku. Sesuatu yang dipaksakan tidak selalu baik akhirnya, apalagi itu menyangkut perasaan dan sebuah hubungan. Aku tidak mau Lisa menerimaku hanya karena terpaksa apa lagi karena rasa kasihan.

Sial..

Memang tidak selalu, tapi kini aku sadar jika terkadang orang tua akan menyiapkan yang terbaik untuk anaknya. Huh.. Aku hanya mendapat pelajarannya saja, aku harus menunda untuk menjalin kisah asmara yang aku harapkan.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang