Chapter 24

5.7K 1K 77
                                    

Derap langkah terdengar, mengisi keheningan di gedung besar itu. Cahaya redup dari lampu-lampu kecil mengiringi setiap langkah dari kaki berbalut Dunk Low 'Plump Eclipse' Shoes dari brand Nike itu.

Tidak berselang lama kaki berhenti di depan barisan rak, pemilik kaki mengangkat tangan lalu membuka pintu kaca salah satu rak. Tangan itu terulur mengelus sebuah guci berwarna putih di sana.

Chou Tzuyu

Nama itu terukir indah di guci putih tersebut. Jari telunjuk panjang itu mengelus lembut setiap huruf dari ukiran nama Tzuyu, diiringi oleh senyum tipis yang terlihat begitu lirih, senyum yang tercipta menghiasi bibir tebal Lisa.

Benar, Lisa lah orang itu. Tidak peduli langit sudah menghitam, setelah Jennie mengusirnya memang dia langsung berpamitan untuk pulang. Namun, bukan penthouse tujuan Lisa, melainkan Columbarium yang menjadi tempat abu jenazah istrinya disemayamkan.

Kedekatannya dengan Brian akhir-akhir ini belum Lisa ceritakan pada Tzuyu, karena sibuk bekerja dan mengurus Brian juga dia baru sempat datang lagi menemui Tzuyu. Sedikit merasa bersalah, tapi Lisa berharap Tzuyu mengerti dan tidak marah padanya.

"Selamat malam, sayang." Sapa Lisa.

Mata memang memerah, namun tidak ada air mata yang jatuh membasahi pipi Lisa. Senyum tipis pun tetap terukir, karena dia sedang merasa bahagia setelah menghabiskan waktu bersama Brian.

"Maaf aku baru datang, aku harap kau tidak marah. Tapi sayang, aku datang untuk bercerita padamu."

Lisa membuang napas lemah, dia tersenyum lalu dia menceritakan tentang Brian pada Tzuyu. Mulai dari awal pertemuannya dengan Brian, berapa usia Brian, sakit yang Brian derita, hingga sekarang dia dekat dengan Brian.

"Aku gagal menjadi papa, tapi aku bahagia saat dia memanggilku daddy. Apa kau marah? Aku harap tidak, bebaskan aku dalam hal ini, hm?"

Lisa menunduk setelah bermonolog, entahlah apa yang terjadi, namun rasa sayangnya pada Brian tumbuh begitu saja setelah dia mendengar Brian memanggilnya daddy, terlebih setelah akhir-akhir ini dia menghabiskan waktu bersama Brian.

Awalnya Lisa tidak berharap akan sangat dekat dengan Brian, namun kini dia berharap besar bisa semakin dekat dengan Brian. Tidak peduli bagaimana respons Jennie, tapi dia ingin dekat dengan Brian karena dia amat sangat ingin memiliki anak, dan hatinya jatuh pada Brian.

"Jika anak kita ada, pasti usianya tidak jauh dari Brian, bukan? Karena itu aku merasa melihat anak kita saat aku melihat Brian."

Lisa tersenyum seraya mengangkat kepalanya dan kembali menatap ukiran nama Tzuyu di guci yang ada di hadapannya. Rasa sakit kembali Lisa rasakan saat dia mengingat bagaimana bahagianya dirinya setelah tahu jika Tzuyu mengandung anak mereka.

"Sayang, bagaimana kabarmu dan anak kita di sana?"

Di sisi lain...

Mulut tertutup rapat, namun tangan terus bergerak mengelus kepala anaknya, dan mata pun terkunci menatap lekat wajah pucat sang anak yang sudah terlelap tepat di hadapannya. Itulah yang sedang Jennie lakukan saat ini.

Jennie sudah mendengar tentang Brian, dia merasa sakit setelah mendengar jika Brian di ejek oleh teman-teman sekolahnya. Rasanya tidak menyangka Brian mendapat ejekan itu, tapi Ryujin mengatakan jika anak baru yang mengejek Brian, yang itu artinya semua aman sebelum anak baru itu datang.

Jennie tidak peduli jika ada yang mengejek atau menghinanya, tapi dia tidak terima jika Brian yang menjadi sasaran ledekan orang lain. Brian tidak pernah tahu apa pun, sakitnya Brian pun jelas bukan sebuah keinginan, haruskah itu menjadi bahan ejekan?

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang