Chapter 52

5.8K 1K 39
                                    

Langit semakin mengabu, angin pun kembali berhembus kencang. Daun-daun kering berjatuhan, berterbangan dan tersebar hampir di beberapa bagian area parkir rumah sakit tersebut.

Selain menyebabkan dedaunan berjatuhan dan berterbangan, tapi angin pun membuat rambut Lisa dan Jennie berayun. Mereka masih berada di ruangan terbuka, di area parkir rumah sakit. Jennie diam menatap lekat wajah Tae-joon setelah dia mengungkapkan sesuatu yang dia sembunyikan sejauh ini.

Seon-ho hanya menunduk dan diam, dia mengepalkan kedua tangannya. Ingin rasanya dia marah, namun dia meredam amarahnya, dia menghargai keputusan Jennie untuk mengungkapkan semua kebenaran yang ada, meski hati kecil merasa tidak rela.

Sementara Lisa? Lisa tersenyum lega, dia terus merangkul bahu Jennie dan memberikan elusan penenang menggunakan jempol tangannya. Lisa senang karena Jennie mengungkapkan semuanya, bukan tidak mengerti bagaimana Jennie sebelum ini, tapi Lisa berpikir; Percuma di tutup, karena lambat laun semua pasti akan terungkap juga.

Brian sakit.
Tidak mendoakan agar usianya pendek, tapi bukankah hidup dan mati adalah rahasia? Lisa hanya tidak mau, jika pahitnya Brian kalah, Brian pergi tanpa pernah merasakan pelukan ayah kandungnya. Itu terlalu menyakitkan untuk Brian.

"A-anakku--"

Tae-joon tidak bisa melanjutkan kalimatnya, dia malah jatuh berlutut di hadapan Jennie. Awalnya Tae-Joon bergerak untuk memeluk kedua kaki Jennie, namun Lisa menarik dan membawa Jennie mundur. Mengizinkan untuk berinteraksi, bukan berarti tidak cemburu. Lisa tetap tidak rela jika Jennie dan Tae-joon kembali bersentuhan tepat di depan matanya.

"Maafkan aku, Jennie. Ampuni aku."

Jennie menoleh ke arah lain, tangannya bergerak menghapus air matanya sendiri. Tae-Joon berlutut, bukan membuatnya merasa iba dan terharu, yang ada Jennie kembali mengingat bagaimana dia memohon di bawah guyuran hujan malam itu.

"Kau sudah tahu sekarang, jadi.. Pergilah. Tidak usah menggangguku dan Brian lagi." Ucap Jennie.

Tae-joon menggeleng, dia tetap berlutut tanpa peduli kedua lututnya terasa sakit. Tidak peduli apa pun, dia terus meminta maaf, memohon agar Jennie mengizinkannya menemui Brian.

"Untuk apa kau menemuinya? Bukankah kau tidak percaya jika dia anakmu? Bukankah kau sudah membuangnya? Pergilah! Aku muak melihat wajahmu!" Tegas Seon-ho.

Tae-Joon menggeleng lalu menoleh pada Seon-ho, "Tidak, aku tidak akan pergi dari sini. Aku tahu aku salah, tapi aku mohon.. Ampuni aku, maafkan aku, dan izinkan aku menemui anakku."

Seon-ho mendengus kesal, ingin rasanya dia menendang wajah Tae-joon saat ini juga. Tangis dan semua ucapan Tae-joon tidak membuatnya merasa iba, yang ada dia merasa semakin geram karena tingkah tidak tahu diri Tae-joon.

"Izinkan dia menemui Brian." Bisik Lisa di telinga Jennie.

Jennie menoleh secara kasar pada Lisa, dia menatap tidak percaya karena ucapan Lisa membuatnya merasa heran. Lisa tersenyum, dia membawa Jennie sedikit menjauh dari sana. Setelah menjauh dari Seon-ho dan Tae-joon, Jennie menepis kasar tangan Lisa.

"Apa kau gila?" Tanya Jennie.

Lisa menggeleng, "Tidak, tapi bagaimana pun itu, dia adalah ayah kandung Brian. Sekuat apa pun kau memutus ikatan antara Brian dan ayahnya, darah pria itu tetap mengalir di tubuh Brian."

"Tidak." Jennie menggeleng lalu menoleh ke arah lain, "Aku tidak akan mengizinkan dia menemui Brian."

"Sayang." Lisa membuang napas lemah, dia memegang kedua bahu Jennie, "Kau tidak bisa egois seperti ini. Aku tahu luka yang dia ciptakan tidak sederhana, membuatmu tertekan dan trauma. Tapi Brian? Apa kau tidak kasihan padanya? Selagi dia tidak merebut Brian darimu, izinkan dia menemui Brian, dan izinkan Brian merasakan pelukan ayah kandungnya."

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang