Chapter 63

7.4K 1.2K 131
                                    

"Daddy~"

Brian merengek lemah saat melihat kehadiran Lisa, membuat Lisa tersenyum dan langsung membungkuk mengecup keningnya. Kedua sudut bibir Brian terangkat, dia tersenyum lemah seraya memejamkan mata merasakan kecupan yang Lisa berikan.

Lisa pergi meninggalkan Rosé bukan untuk menyusul Jennie, karena dia yakin Jennie masih bekerja. Tapi dia menemui Brian, karena sedari tadi Lisa belum menemui Brian lagi.

Setelah merasa cukup, Lisa melepas kecupan itu meski dia tetap membungkuk dan tetap menatap Brian. Tangan kanan Lisa menggenggam tangan Brian, sementara tangan kiri bergerak mengelus kepala Brian yang ditutup oleh beanie.

"Masih ada yang sakit?" Tanya Lisa.

Brian menggeleng, "Aku kuat daddy, aku jagoan mommy. Sakitnya aku lawan."

Lisa tersenyum setelah mendengar jawaban Brian, jawaban yang membuat dia semakin sadar. Brian kuat, Brian pasti bisa menunggu dan akan segera sembuh. Tapi, kenapa dia putus asa? Melibatkan perasaan memang harus, namun ada sebagian kondisi yang tidak pantas melibatkan perasaan.

Lisa bisa profesional, lantas kenapa perasaannya terlibat saat menangani Brian? Rasa cinta dan sayangnya pada Brian membuatnya lupa tentang apa itu profesional. Seharusnya Lisa ingat jika dirinya dokter terbaik, seharusnya dia percaya jika Brian akan baik-baik saja dan lebih dari mampu menunggu sampai pendonor itu ada.

"Benar, kau jagoan." Lisa mengangguk tanpa menghentikan elusannya, "Teruslah kuat, daddy akan berusaha lebih keras untuk menyembuhkanmu."

Brian mengangguk, "Apa mommy mengudara?"

"Iya, mommy mengudara. Nanti daddy akan menjemputnya." Jawab Lisa.

"Mommy pasti kelelahan karena harus bekerja dan tetap merawatku. Daddy," Brian kembali menoleh pada Lisa, "Jangan tinggalkan aku dan mommy seperti appa. Aku dan mommy membutuhkan daddy. Aku berjanji akan selalu kuat dan melawan sakitnya demi mommy, bantu aku menjaga dan membahagiakan mommy, daddy."

Lisa menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba saja air matanya membendung di pelupuk mata, membuat pandangannya buram dan tenggorokkannya terasa sakit. Tidak ingin menangis di hadapan Brian, Lisa hanya mampu mengangguk dan kembali mengecup kening Brian.

"Kau bodoh, Lalisa."

Di sisi lain...

Langit sudah menghitam, selain cahaya kilat yang menjadi penanda jika cuaca tidak begitu baik, tidak ada pemandangan apa pun yang bisa Jennie lihat. Karena tidak semua kursi penuh, Jennie duduk di salah satu kursi penumpang yang kosong, menatap keluar jendela tanpa peduli dengan sekitar karena pekerjaannya untuk melayani penumpang sudah selesai.

Ya. Jennie masih dalam tugas meski dia sudah bersantai. Kurang lebih satu jam sudah pesawat mengudara, dengan rute Philippines to Incheon. Waktu landing masih 3jam lagi, masih cukup lama dan bisa Jennie gunakan untuk bersantai selagi tidak ada penumpang yang membutuhkan bantuannya.

Mungkin orang akan menilai Jennie sedang bersantai karena seperti itu yang terlihat, namun sebenarnya Jennie sedang sibuk. Sibuk dengan perasaannya sendiri yang tidak menentu. Jennie diam di dekat jendela pesawat, untuk menyembunyikan semua kesedihan yang dia rasakan saat ini. Sedih karena semakin hari Brian semakin rapuh. Sedih karena dia mengingat bagaimana kondisi hubungannya dengan Lisa saat ini.
 

Jennie POV

Aku memaksa diriku, memaksa untuk melawan rasa takut dan semua keraguan yang aku rasakan. Belum sepenuhnya berhasil, tapi sedikitnya rasa ragu dan takut itu bisa aku kendalikan, hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk membuka pintu hatiku, menerima Lisa bahkan menerima lamarannya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang