Chapter 59

7.5K 1.1K 93
                                    

Lisa POV

Melompat maju satu langkah, meyakinkan dengan sebuah ikatan, dan membuktikan jika semua pasti. Ya, aku bukan lagi remaja yang senang melewati fase pendekatan, lalu berpacaran. Karena itu aku memilih melompat, pendekatan lalu melamar.

Apa aku sudah siap?

Tentu saja sudah. Aku mencintai Jennie, dan Jennie mencintaiku, lantas apa lagi yang harus membuatku ragu? Alasan apa yang membuatku harus menunda? Tidak ada, terlebih Brian pun mengizinkan aku untuk menikahi ibunya, dan mengizinkan ibunya untuk menikah lagi.

Memang, aku tahu Brian tidak begitu mengerti tentang sebuah pernikahan, tapi izin yang dia berikan benar-benar berarti untukku. Dan kini aku siap. Siap memulai bahtera cinta yang baru, dengan kebahagiaan baru. Siap menjadi seorang suami, dan lebih dari siap untuk menjadi seorang ayah.

Hah...

Rasanya mimpi buruk itu sudah berakhir. Aku sudah bangun, untuk menjalani kehidupan yang lebih indah. Aku tidak menyangka akan secepat ini, tapi ya.. inilah cinta. Tidak bisa ditakar, namun selalu muncul secara tiba-tiba. Dan takdir? Siapa yang menyangka jika wanita lemah yang aku tolong malam itu akan menjadi istriku?

'Yes, I do.'

Jawaban singkat yang Jennie ucapkan beberapa waktu lalu, membuatnya mendapat gelar 'Calon istri Lisa'. Rasanya lucu, ucapan mommy benar-benar keramat, karena nyatanya sekarang Jennie benar-benar menjadi calon istriku, calon istri Lisa.

"Perhatikan jalan, sayang. Jangan terus tersenyum."

Aku terkekeh setelah mendengar teguran Jennie, karena aku sedang mengemudi jadi aku hanya menoleh sekilas padanya. Ya, aku sedang mengemudi karena kami masih dalam perjalanan untuk pulang setelah bersantai sejenak di taman beberapa waktu lalu.

"Hah... Aku bahagia sayang. Rasanya seperti mimpi, tapi aku sadar jika ini semua nyata. Aku tidak sabar ingin segera mengucap janji di atas altar bersamamu." Kataku.

Jennie meraih dan menggenggam tangan kananku, membuatku menoleh dan menatapnya sekilas. Lihatlah senyum itu, sebentar lagi aku akan selalu melihat senyum manis itu setiap pagi, setiap malam, setiap hari, meski memang tidak setiap waktu.

"Sabar. Ada prosedur yang harus aku urus sebelum kita melakukannya. Kenapa buru-buru sekali? Apa kau ragu jika aku bisa menjaga komitmen yang sudah kita buat?" Tanyanya.

Benar, aku tidak mungkin lupa tentang pekerjaan Jennie. Dia sudah mengatakan tadi, dia bisa menikah kapan saja karena dia sudah menjadi karyawan tetap. Tapi jelas ada prosedur yang dia urus untuk mengambil cuti menikah, jadi aku harus bersabar terlebih dahulu.

Aku menggeleng lalu mengecup punggung tangannya sekilas setelah mendengar pertanyaannya, "Tidak, aku tidak akan meragukanmu. Aku tidak sabar karena ingin menjadi pendampingmu secara resmi, menjadi ayah yang hebat untuk Brian. J, aku tidak sabar untuk melewati suka duka bersamamu."

"Kau sudah menjadi ayah yang hebat untuk Brian. Dan aku harap, lebih banyak suka yang mengelilingi kita." Jawabnya.

"I hope so.. I love you, Jennie."

Tidak ada manusia yang memiliki harapan buruk. Jelas saja semua manusia ingin selalu bahagia, tidak ada duka apalagi air mata. Tapi, ini hidup yang penuh dengan rahasia. Aku ingin selalu suka tanpa ada duka, tapi garis takdir? Apapun itu, aku berharap aku dan Jennie bisa melewati semuanya bersama.

Aku menjadi yang kedua untuk Jennie, dan Jennie pun menjadi yang kedua untukku. Kami sama-sama sudah pernah menikah, dan aku rasa pernikahan kami sebelumnya akan menjadi pelajaran berharga untuk menjaga keharmonisan rumah tangga kami di masa depan.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang