Chapter 13

5.6K 994 78
                                    

"Pesawat akan mendarat... Wiiiii~" Seru Lisa.

Jennie tersenyum seraya menyodorkan satu sendok makanan ke depan mulut anaknya, sementara Brian langsung membuka mulut dan menerima suapan dari ibunya. Setelah satu sendok makanan masuk ke dalam mulut Brian, Jennie dan Lisa diam memperhatikan reaksi Brian karena ini baru suapan pertama yang Brian terima.

Diamnya Jennie dan Lisa membuat Brian diam, dia menoleh pada Jennie dan Lisa karena kedua orang dewasa itu berdiri berhadapan, melihat Jennie dan Lisa menatap memohon padanya membuat dia tersenyum lalu mengunyah makanan di mulutnya.

"Ini enak. Aku tidak mual." Ucap Brian.

Jennie membuang nafas lega, sementara Lisa langsung terkekeh seraya memeluk Brian dan menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Pegal hanya memeluk menggunakan satu tangan, Lisa segera mengaitkan kantung infus di tempatnya, Jennie pun segera melangkah mendekati Lisa dan Brian agar dia bisa menyuapi anaknya lagi.
  

Jennie POV

Makanan yang sama, tidak di ganti apa lagi memesan makanan baru. Tapi entah kenapa, Brian mengatakan jika makanan itu enak padahal sebelumnya dia mengatakan makanan itu pahit lah, hambar lah, tidak enak, dan lain sebagainya.

Aku juga tidak mengerti kenapa Brian mudah sekali dekat dengan dokternya, mereka akrab seolah sudah saling mengenal sangat lama padahal belum lama ini mereka bertemu. Tapi tidak masalah untukku, demi kenyamanan anakku jadi aku akan sedikit menurunkan kewaspadaan ku terhadap orang asing.

Selain Brian, tapi aku pun tidak tahu apa yang terjadi padaku. Semalam aku melepas satu lapis topengku di hadapan Lisa yang tidak lain adalah dokter dari anakku. Bukan so kuat, tapi hanya di depan appa, eomma, dan Ryujin aku berani menangis, aku tidak pernah menangis di hadapan orang lain karena aku tidak ingin terlihat lemah. Tapi semalam? Entahlah.. Aku tidak peduli apa penilaian dokter anak ini terhadapku, semalam aku sulit menangkan emosiku.

"Lagi mom, mulutnya sudah kosong lagi." Ucap Lisa.

Aku tersenyum dan mengangguk, setelah dia berceloteh berbagai macam hal agar anakku mau membuka mulut, aku segera menyuapkan satu sendok makanan lagi ke dalam mulut anakku. Sudah lebih dari tiga suap, sejauh ini semua aman, aku bersyukur akan hal itu.

Brian terlihat ceria saat dia menerima suapan demi suapan dariku, bibir mungil yang terlihat selalu pucat itu terus mengukir senyuman. Senyumnya memang membuatku bahagia, tapi pucatnya Brian membuatku merasa cukup sakit dan sedih.

"Anak pintar."

Kedua sudut bibirku refleks terangkat saat melihat Lisa mengusap area bibir anakku menggunakan tissue, lalu dia mengeringkan sisa air mata dari pipi dan area rahang anakku, setelah itu dia menghapus keringat dari kening anakku, dan terakhir dia merapikan rambut Brian seraya mengecup pelipis Brian.

Tapi..
Cincin? Oh, baik.. Aku mengerti.
Rasanya tidak heran dia bisa memperlakukan Brian dengan baik, selain karena dia dokter anak pasti karena dia sudah menikah dan memiliki anak, jadi dia pintar mengambil hati anakku.

"Lihat, ada pramugari cantik akan masuk ke dalam pesawat. Buka pintu pesawatnya."

Aku mendelik pada Lisa, tapi dia hanya tertawa seraya memberi kode agar aku menyuapi Brian lagi. Karena Brian sudah membuka mulut, jadi aku segera menyuapi Brian lagi, dia menerima dengan baik membuatku kembali tersenyum senang.

"Iya, pramugari itu cantik."

Aku tersenyum setelah mendengar ucapan Brian, tapi saat aku mengangkat kepala, aku melihat Lisa dan Brian saling berbisik membuatku mengangkat sebelah alis dan menatap curiga pada keduanya.

MY PERFECT STRANGERS - JENLISA [G!P]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang