1

1.8K 89 2
                                    

Pagi hari, seperti biasa Dhisa pergi ke kantor dengan motor matic kesayangannya untuk menjalani hari-hari dengan rutinitas yang cukup membosankan menurutnya. Bertemu teman-teman kantor, mengerjakan jobdesk, menghadiri meeting sesekali, curi-curi waktu untuk scroll sosial media, dan hal-hal umum lainnya. Untungnya, ia bekerja dengan sistem mobile. Jadi, ada saatnya ia bekerja dari kantor dan bekerja dari rumah.

Kebetulan besok adalah weekend. Dhisa berencana untuk mengunjungi Jogja National Museum untuk sekedar melihat-lihat dan nongkrong saja sembari mencari suasana baru. Namun, mengingat suasana akhir pekan yang pastinya akan ramai oleh pengunjung maka ia berniat mengajak seseorang untuk menemaninya.

"Ra, ayolah temenin gue jalan. Malam Minggu sekali-kali sama gue, pacarannya besok aja," ucap Dhisa pada sepupunya melalui sambungan telepon.

"Yaelah, ganggu aja. Masih hangat-hangatnya nih gue sama Oman," jawab Noura.

"Ah, ngga asik lo. Pulangnya gue traktir nasi goreng notaris deh," bujuk Dhisa.

"Hmm, ya udah kalo maksa. Sama gelato, kan? Tau aja kesukaan gue. Gas, berangkat!" sahut Noura.

Mata Dhisa mendelik mendengar permintaan Noura. "Lah, gue nggak nawarin."

"Udah lah, sekali-sekali doang, Sa," ujar Noura.

Dhisa bergeming. "Ya udah, asal lo yang jemput gue."

"Gampang," jawab Noura.

"Ok. Ingat, jangan ngaret!" perintah Dhisa.

"Iya, iya, Sa. Udah dulu, ya, bye!" pamit Noura sepihak.

Tuuttt...

"Gila. Yang ada rugi bandar nih gue," keluh Dhisa.

***

Sabtu sore, Noura mendatangi rumah Dhisa sesuai kesepakatan mereka kemarin dengan mengendarai Vespa matic-nya. Ia bergegas melepas helm yang dipakainya, lalu berjalan dengan tergesa-gesa seakan tak sabar untuk menghabiskan waktu bersama sepupu kesayangannya itu. Karena dalam kurun waktu satu minggu ini mereka baru bertemu satu kali. Biasanya, hampir setiap hari mereka saling berkunjung ke rumah masing-masing walaupun hanya sekedar mengobrol santai atau hanya menumpang makan.

"Assalamualaikum, Mama," ucap Noura saat memasuki pintu depan rumah keluarga Dhisa.

"Waalaikumsalam, Ra. Piye? Apik to, Nduk?" sambut Mama Dita dengan ramah. (Gimana? Baik, kan, Nak?).

Noura mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Mama Dita, mamanya Dhisa. Lalu dilanjut dengan melakukan cipika-cipiki. "Alhamdulillah, sehat kok, Ma. Masih bisa ke sini sendirian naik motor." Senyum Noura terukir lebar.

"Alhamdulillah. Itu Dhisa masih di kamar, Ra," ujar Mama Dita.

"Ok, Ma. Aku langsung ke kamarnya Dhisa, ya," pamit Noura pada Mama Dita.

Mama Dita menganggukkan kepala. "Iya, Ra."

***

"Sa, ayo!" Seruan Noura terdengar saat memasuki kamar Dhisa.

"Kebiasaan, deh. Lo yang ajak main malah gue yang harus nunggu," cecar Noura.

Terlihat Dhisa yang berada di depan meja rias yang sedang memoles wajahnya dengan riasan natural. "Sabar dulu kali. Kangen banget kayaknya." Dhisa masih fokus melihat pantulan dirinya di cermin.

"Iya, kangen dikit," lirih Noura.

Dhisa menggeleng-gelengkan kepalanya. "Eh, lo udah kabarin pacar lo kan? Takutnya tantrum kalo ceweknya gue pinjem tanpa kabar."

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang