7

1.8K 107 3
                                    

Dari Stasiun Malang Kota Baru, Dhisa melangkahkan kakinya menuju warung makan yang berada tak jauh dari stasiun. Ia memilih nasi rawon untuk menu sarapan pertama di Malang. Nasi dengan potongan daging serta kuah berwarna gelap yang panas dan segar cocok dinikmati saat pagi hari.

Setelah menghabiskan sarapan, rencananya Dhisa ingin melanjutkan perjalanan di sekitaran Malang Kota saja. Mau tak mau ia memanfaatkan paginya sembari menunggu waktu check in hotel pada siang hari. Dhisa memilih destinasi pertamanya yaitu Kampoeng Heritage Kajoetangan. Ia pergi menggunakan ojek online, cukup dekat sekitar lima menit saja sampai.

Dhisa menyusuri perkampungan padat penduduk yang kebanyakan bangunan rumahnya masih dengan ciri khas zaman Belanda. Ia melangkahkan kakinya untuk menyusuri gang-gang kecil seperti di perkampungan pada umumnya. Namun, kampung yang satu ini memiliki nuansa yang berbeda. Terdapat beberapa kedai kopi, barang antik, dan sebagainya di dalam perkampungan ini. 

Dhisa tertarik untuk mencoba es kopi cokelat di Kios Mera. Sebenarnya, ada beberapa kedai kopi lainnya yang tak kalah menarik. Namun, Dhisa terlanjur melihat pengunjung yang berpapasan dengannya tadi. Dan ia menjadi tertarik untuk membelinya juga. Lalu lanjut mengeksplor kampung di sana, ia juga melewati Kanal Kayutangan, yaitu sungai yang melintasi perkampungan tetapi sudah dirombak dengan adanya pagar penghalang di tepinya.

Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 08.55, Dhisa memutuskan untuk menuju Kogu Cafe yang tak jauh dari area perkampungan tadi. Di cafe itu, ia memilih menempati area indoor supaya lebih nyaman. Kemudian Dhisa mengeluarkan laptop untuk mengecek pekerjaannya. Ia juga memesan menu dessert dan minuman non coffee.

Satu jam setelahnya, ponsel Dhisa berbunyi singkat tanda notifikasi pesan masuk. Lagi-lagi pesan dari Raden. Beberapa hari ini mereka menjadi lebih sering melakukan percakapan lewat pesan WhatsApp, tetapi tidak intens setiap saat. Hanya obrolan basa-basi dan membahas hal-hal random saja.

Raden (Teman Oman)
Sa, gue baru tau lo lagi ke Malang?

Iya, tadi pagi baru sampe nih gue

Raden (Teman Oman)
Sama siapa, Sa? Kok ga kasih tau gue?

Sendirian. Kenapa harus?
Btw sejauh ini Malang seru hehe

Raden (Teman Oman)
Iya ya?
Gue kaget aja lo tiba-tiba ke Malang

Besok Minggu gue udah balik sih

Raden (Teman Oman)
Minggu jam berapa? Gue jemput ya, Sa.

Den, ga perlu. Ga ngerepotin lo apa?

Raden (Teman Oman)
Besok kasih kabar gue kalo lo udah perjalanan balik ya

Dhisa hanya menggeleng-gelengkan kepala usai membaca chat dari Raden. Entah ada apa dengan temannya yang satu ini. Dhisa kembali fokus pada layar laptopnya. Sampai pukul 12.40, ia melihat keadaan cafe yang semakin ramai pengunjung. Setelah pekerjaannya dirasa bisa ditinggal untuk beberapa waktu nanti, ia memutuskan berpindah tempat dari cafe itu.

Bertepatan dengan jam makan siang, Sego Sambal Cak Uut yang dikunjungi oleh Dhisa saat ini terlihat ramai. Tempat makan ini memiliki dekorasi sederhana unsur pedesaan. Tanpa berlama-lama, ia segera memesan nasi dengan lauk sederhana ala rumahan dan pastinya persambalan. Ternyata antriannya cukup lama sehingga Dhisa akhirnya menuju mushola terlebih dahulu untuk melaksanakan ibadah sembari menunggu antriannya tiba.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang