39

1K 99 11
                                    

Dua bulanan berlalu. Kini, Raden dan Dhisa semakin disibukkan dengan rentetan persiapan untuk acara pernikahannya. Rencananya pernikahan mereka akan dilaksanakan sekitar satu setengah bulan lagi. Segala urusan pernikahan sudah dibicarakan dengan pihak WO dan beberapa vendor yang terlibat. Selain itu, kebutuhan-kebutuhan lainnya sudah diserahkan pada kerabat terdekat.

Belakangan ini Raden dan Dhisa lebih kerap berjumpa di luar akhir pekan. Ada saja kegiatan yang mengharuskan mereka untuk bertemu entah meeting dengan WO dan vendor, entah melepas penat dan rindu saja. Banyaknya pembahasan yang harus diselesaikan antar keluarga juga menjadi salah satunya. Bahkan perselisihan antara sejoli itu pun sudah menjadi makanan rutin di setiap minggunya.

Tadi pagi, Mama Dita dan Papa Adi meninggalkan Jogja dan menuju ke Surabaya. Malam sebelumnya, Mas Dhika mengabarkan kalau istrinya sudah di rumah sakit karena atas saran dokter kandungan yang mengharuskan Mbak Eva untuk berjaga-jaga dengan kondisi kandungannya yang mulai turun. Oleh karena itu, Mama Dita dan Papa Adi bermaksud untuk menengok menantu dan calon cucu pertamanya yang kemungkinan tak lama lagi akan hadir.

"Ra, besok Jumat gue kayaknya mau ke Surabaya juga, deh," ujar Dhisa.

"Sendiri?" tanya Noura.

"Iya. Ini barusan mama bilang kalo Mbak Eva udah pembukaan lima." Perempuan itu tengah mengoleskan wajahnya dengan berbagai jenis produk skincare.

"Sama gue aja, Sa. Jadwal gue pemotretan besok Sabtu biar diganti sama anak tim yang lain dulu, deh," ucap Noura.

"Serius ngga? Gue mau pesan tiket kereta, nih," sahut Dhisa.

"Iyalah. Gue juga mau lihat keponakan gue kali. Eh, tapi hari Minggunya balik, kan?" tanya Noura.

"Iya. Ini gue pesan tiket baliknya sekalian," jawab Dhisa.

"Ok. Makasih, Sa. Nanti gue ganti," ucap Noura.

"Halah, ganti pakai foto prewed aja," sahut Dhisa meringis.

"Ya udah, kapan? Gue biar gue masukin ke jadwal," tanya Noura.

"Lah, kok, serius?" tanya Dhisa terkejut.

"Gue kasih waktu dua hari buat lo kasih tanggal fix-nya ke gue, ya. Takut keburu bentrok soalnya," sahut Noura.

Dhisa tersenyum lebar berasa mendapatkan rezeki nomplok. "Ok, nanti gue tanya Raden dulu."

"Ya udah, gue mau tidur dulu. Lo kalo mau sleep call jangan berisik-berisik, pusing kepala gue," ujar Noura.

***

"Tuh, kan, kamu kalo mau pergi-pergi kenapa kasih tahunya mendadak, sih?" protes Raden.

"Ya, wajar aja namanya juga orang melahirkan, kan, emang biasanya dadakan. Lagian cuma sebentar, Sayang. Minggu sore aku udah sampai Jogja lagi, kok," jelas Dhisa.

"Ya, udahlah." Lelaki itu meraih secangkir kopi di meja untuk diseruputnya.

"Den, kita mau foto prewed kapan? Keburu jadwalnya Noura penuh, nih," tanya Dhisa.

"Minggu depan bisa ngga?" tanya Raden balik.

"Kalo weekend besok, sih, kayaknya dia udah ada jadwal. Atau mau ambil hari biasa?" usul Dhisa.

"Aku, sih, bisa-bisa aja. Kamu emang bisa kalo ambil hari biasa?" tanya Raden lagi.

"Bisa diatur, sih, kalo cuma sehari aja." Dhisa meraih cangkir kopi di tangan Raden untuk diletakkan di meja kembali.

"Kamis depan bisa?" tanya Raden.

Perempuan itu tampak berpikir sejenak. "Bisa, sih, harusnya. Nanti aku langsung kabari Noura, ya. Fix hari Kamis aja, kan?"

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang