Siang hari sekitar pukul 12.50, Dhisa dan Raden sudah merasa puas berada di Omah Latareombo. Akhirnya, mereka memutuskan untuk bergegas pulang. Jalur yang dilewati saat perjalanan pulang ini berbeda dengan jalur saat berangkat tadi karena lebih banyak melewati tikungan yang disertai tanjakan dan turunan. Tetapi selama perjalanan pun mereka tetap menikmatinya karena pemandangan yang disuguhkan itu sungguh menyejukkan mata. Lalu di depan sana ternyata mereka juga melewati tempat wisata lain seperti Ketep Pass Magelang. Cukup menarik, tapi mereka tak berniat mampir.
Ponsel Raden berdering. Oman melakukan panggilan video.
"Oy. Gimana, Bro?" tanya Raden saat ia menerima panggilan video dari Oman. Kebetulan ponselnya sudah terpasang di holder pada dashboard mobilnya.
"Gila, gila, gila, beneran main alus lo?" tanya Oman meledek.
"Maksud lo?" tanya Raden bingung.
"Minimal ceritalah, Den. Itu yang ada di postingan lo," ucap Oman.
"Oh. Iya, gue habis pergi sama dia, terus ini lagi otw pulang. Udah, kan?" jelas Raden seperlunya.
"Halo, Dhisa. Mana orangnya?" Suara sapaan dari Oman terdengar jelas
Dhisa yang tadinya menyimak obrolan dua laki-laki itu segara meraih handphone Raden untuk digenggamnya. "Halo, Oman. Ke mana aja lo? Sok sibuk dah."
"Biasalah, kerjaan gue ngikut jadwal bos aja. Sa, lo udah dibawa kemana aja sama tuh laki?" tanya Oman yang terlihat menahan senyumnya.
Dhisa mengerutkan keningnya. "Hah? Oh, ini tadi habis ke kondangan temannya Raden di Magelang, terus sekalian aja jalan-jalan ke daerah sini."
"Oh, KONDANGAN. Iya, iya, iya, iya. Tapi aman, kan, Sa?" tanya Oman dengan senyum tengilnya.
"Aman, kok. Lah, mana cewek lo? Katanya mau jalan hari ini?" tanya Dhisa yang mengalihkan.
"Ini udah mau jalan sebenarnya, tapi tiba-tiba kangen Raden makanya gue telepon dia dulu," celetuk Oman dengan tengilnya.
"Najis lo, jauh-jauh sana," sambar Raden yang sudah membawa ponselnya dari tangan Dhisa.
"Eh, ada Raden. Sukses terus, ya, Den," ucap Oman yang menaik-turunkan alisnya dan senyuman meledek.
"Udahlah, ngga jelas lo," kata Raden yang langsung mematikan panggilannya.
***
Pukul 14.10, posisi Dhisa dan Raden sudah mulai dekat dengan rumah Dhisa. Tapi Raden baru saja menerima pesan dari mamanya kalau ia minta tolong dijemput di rumah temannya yang tak jauh dari posisi mereka saat ini. Raden sempat menanyakan pada Dhisa apakah ia keberatan atau tidak kalau harus mampir menjemput mamanya terlebih dahulu. Mendapat jawaban Dhisa yang tak keberatan, Raden langsung melaju ke lokasi mamanya.
Setelah tiba di rumah teman mamanya Raden, Dhisa turun untuk pindah ke kursi belakang pengemudi. Awalnya, Raden sempat mencegah Dhisa supaya tetap duduk di kursi sebelahnya, tapi Dhisa merasa sungkan dan akhirnya perdebatan singkat itu dimenangkan oleh Dhisa. Tak menunggu lama, mamanya Raden datang dan membuka pintu mobil bagian penumpang depan. Lalu setelah duduk manis, mamanya Raden sedikit terkejut karena ternyata ada orang lain di dalam mobil itu.
"Lho, ada orang, to, di belakang? Ini siapa, Den?" tanya Mama Arum, mamanya Raden dengan raut bingung.
"Ma, kenalin ini temannya Raden, Dhisa namanya," jelas Raden. Dhisa yang berada di belakangnya tersenyum ramah dan segera mengulurkan tangannya ke Mama Arum.
"Oalah, Cah Ayu, tak kira siapa," ucap Mama Arum yang menerima uluran tangan Dhisa sembari mengelus kepala Dhisa.
"Saya Dhisa, Tante. Maaf tadi habis pergi sama Raden," ucap Dhisa .

KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
FanficDhisa adalah seorang wanita single yang menyukai traveling. Ya, bisa dibilang travelingnya masih yang dekat-dekat aja, sih, di sekitar Pulau Jawa. Dhisa memiliki saudara sepupu yang akrab sejak kecil sampai saat ini, yaitu Noura. Noura ini memiliki...