20

881 97 11
                                    

Raden yang tengah sibuk dengan motor-motor pelanggan di bengkelnya itu sampai tak menyadari bahwa ada Dhisa yang tengah duduk-duduk di ruang tunggu depan. Dhisa pun hanya diam mengamati aktivitas di bengkel Raden sembari sesekali memainkan ponselnya.

"Mbak, nunggu Mas Raden, ya? Masuk ke ruangan Mas bos aja, Mbak," sapa salah satu pegawai Raden, yaitu Putra.

"Gapapa, Mas. Di sini aja," jawab Dhisa ramah.

"Saya panggilkan orangnya, ya," ucap Putra. Belum sempat Dhisa menahan Putra untuk tak mengganggu aktivitas mereka di sana, tapi Putra sudah bergerak masuk ke area dalam.

"MAS BOS! Ini ceweknya udah nungguin dari tadi," ujar Putra yang berjalan ke dalam dengan suara lantangnya. Untungnya, sore itu hanya Dhisa dan seorang bapak-bapak yang sedang berada di ruang tunggu.

"Sebentar, Mbak. Mas bos lagi ke toilet dulu," ujar Putra lagi yang sudah berada di dekat Dhisa, lalu ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

"Sa, tumben? Mau servis motor lagi?" tanya Raden yang mendekat dan ikut duduk di sebelah Dhisa

"Ngga, tadi gue habis ada urusan kantor dekat sini, terus mampir aja, deh, mumpung belum tutup," ucap Dhisa meringis.

"Eh, tapi kayaknya pas banget Minggu ini memang udah jadwal servis motor, Den," ucap Dhisa.

"Ya udah, mau ditinggal di sini dulu motornya? Soalnya ini udah mau jam tutup, Sa. Tinggal selesaiin motor yang ini doang. Ya, paling besok siang udah bereslah motor lo," ucap Raden.

"Lah, terus gue gimana pulangnya?" tanya Dhisa.

"Ya, sama gue lah," sahut Raden tersenyum dengan menaik-turunkan alisnya.

"Ok!" ucap Dhisa bersemangat.

Setelah selesai dengan urusan bengkel dan bersiap-siap untuk pulang, Raden segera menaiki motornya bersama Dhisa yang duduk di belakangnya. Namun, sebelum menyalakan mesin motor, Raden malah mendapat panggilan telepon dari mamanya. Ternyata mamanya itu meminta tolong pada Raden untuk mampir membeli obat diare sebelum pulang. Mengetahui itu, Dhisa menyuruh Raden untuk mengantar obat diare terlebih dahulu agar keluhan mamanya segera teratasi.

***

"Assalamualaikum, Ma," ucap Raden saat memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam, Mas," jawab Gendhis, adik tirinya.

"Mama dimana? Ini obat diarenya," ujar Raden yang menyerahkan obatnya pada si adik.

"Mama di kamar, lagi lemes tuh, Mas. Tadi habis makan yang sembarangan terus makan yang pedas-pedas juga," jelas Gendhis.

"Eh, Mas, di depan ada siapa?" tanya Gendhis yang sekilas melihat seseorang yang berada di teras rumahnya, lalu Gendhis membuka pintunya lebar-lebar untuk melihat seseorang di balik pintu itu.

"Loh? Ini mbak yang waktu itu ikut nongkrong di cafe, kan?" tanya Gendhis pada Dhisa.

"Hai, kamu Gendhis, ya?" tanya Dhisa memastikan.

"Bener, Mbak. Ya ampun, ternyata kamu pacarnya Mas Raden," ucap Gendhis terperangah, sedang Dhisa hanya tersenyum kikuk.

"Kamu kasih obatnya dulu sana ke mama. Mas mau antar Dhisa dulu," sahut Raden.

"Bentar, Mas. Aku mau kasih obat ke mama, tapi jangan pergi dulu," perintah Gendhis yang langsung terbirit-birit menuju kamar mamanya.

"Sini, Sa, masuk dulu," Raden yang mempersilahkan Dhisa untuk duduk di kursi ruang tamu. Mereka duduk bersebelahan. Namun, baru sebentar, tiba-tiba saja ada sesuatu yang datang dan mengganggu.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang