28

513 73 6
                                    

Usai menikmati pemandangan danau serta gunung-gunung di sekitarnya, kedua pasangan itu kembali melanjutkan perjalanannya karena tak terasa, hari pun mulai beranjak sore. Sesuai rencana saat berangkat tadi, sebelum melanjutkan perjalanan pulang, mereka akan mampir dulu ke Wisma Kampoeng Durian. Waktu tempuhnya hanya sekitar 20 menitan dari Kampoeng Rawa.

Sesampainya di sana, mereka memesan dua mangkok kolak durian, satu buah durian lokal, dan satu buah durian musang king dengan ukuran sedang. Tentu duriannya tak langsung mereka habiskan di sana karena sebagiannya akan disisihkan untuk dibawa pulang.

"Oh, gini nikmatnya makan durian setelah lama ngga makan durian?" ucap Mbak Eva saat menyuap durian pertamanya.

"Apalagi kalo buahnya masih fresh kayak gini bikin tambah nikmat, Mbak," jawab Dhisa yang juga melahap secuil durian musang king.

"Jangan kebanyakan, Yang. Maksimal tiga biji aja, ya," perintah Mas Dhika yang juga asyik menyantap kolak durian.

"Iya, iya, Mas. Eh, yang ini musang king, ya, Sa?" tanya Mbak Eva pada Dhisa.

"Iya, Mbak. Ini enak puol," jawab Dhisa.

Lalu Mbak Eva segera mencomot durian yang berada di hadapan Dhisa.

"Den, anteng banget dari tadi," panggil Dhisa yang menyikut Raden di sebelahnya.

"Lagi menikmati ini, eh, kamu mau?" tawar Raden yang meringis.

"Mau," sahut Dhisa yang sudah memperhatikan Raden dengan kolak duriannya.

"Nih," ucap Raden yang menyodorkan mangkok kolak duriannya ke hadapan Dhisa, lalu ia beralih mencomot satu biji durian musang king.

"Hmm, lumayan," komentar Dhisa usai menyuapkan tiga sendok kolak durian itu.

"Buat kamu aja kalo suka," jawab Raden.

"Ngga, cuma mau cicip aja, kok, Den," ucap Dhisa.

Beberapa menit berlalu, terpantau Mas Dhika dan Raden yang masih menikmati durian dengan lahap. Sementara itu, Dhisa dan Mbak Eva hanya melihat-lihat sekitar sembari menunggu dua lelaki itu karena mereka sudah merasa cukup untuk sesi makan duriannya. Apalagi Mbak Eva yang menahan diri untuk tak mencomot durian lagi demi menjaga diri dan kandungannya.

"Ini pada kelaparan apa doyan, sih?" tanya Dhisa.

"Doyan," sahut Raden.

"Enak, Dek. Pintar kamu cari tempat kayak gini," puji Mas Dhika.

"Aku dapat rekomendasi dari teman kantor, sih, Mas," jawab Dhisa meringis.

Kemudian Dhisa yang memperhatikan Raden yang masih menikmati suapan durian terakhirnya itu sontak membuatnya refleks mengambil selembar tisu dan membersihkan ujung bibir Raden yang sedikit belepotan oleh daging buah durian yang dimakannya.

"Eh, kotor, ya? Makasih, Sa," ucap Raden yang mendapat perlakuan mendadak dari Dhisa.

"Iya, dikit. Cuci tangan dulu sana, udah habis juga, tuh, duriannya," perintah Dhisa pada Raden.

Sedangkan yang disuruh pun langsung menurut dan mulai bergegas untuk cuci tangan, lalu disusul juga oleh Mas Dhika yang ikut beranjak untuk mencuci tangannya.

"Mbak, sebagian duriannya tadi udah ditaruh di wadah ini, ya. Nanti buat Mama sama Papa biar ikut cobain duriannya," ucap Dhisa yang menunjukkan tas tentengan dengan isian sekotak durian.

"Iya, Sa. Besok Mbak masih mau icip secuil lagi kalo Mas Dhika lagi mandi atau tidur," ucap Mbak Eva meringis.

"Jangan lupa sikat gigi sama kumur-kumur, ya, Mbak, biar ngga ada jejak," jawab Dhisa yang turut mendukung rencana kakak iparnya, lalu Mbak Eva membalas dengan memberi acungan jempol.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang