16

1.5K 113 8
                                    

Kamis sore, Dhisa sedang berkumpul bersama keluarga besarnya di rumah untuk persiapan keberangkatan ke Surabaya. Rencananya, hanya ada tiga mobil yang berangkat terlebih dahulu ke Surabaya karena beberapa rombongan lainnya akan menyusul esok hari. Acara pernikahan Mas Dhika dan Mbak Eva ini akan diadakan pada hari Sabtu di sebuah gedung dekat dengan rumah calon istri Mas Dhika.

Beberapa orang sedang berlalu lalang untuk menata barang bawaan yang akan disusun di dalam mobil. Setelah berhasil memasukkan semua barang, mereka ada yang kembali bergabung dengan anggota keluarga lain yang sedang berkumpul di dalam rumah untuk menyiapkan makan malam sebelum keberangkatan dan ada pula yang berbincang santai sambil menyeruput teh dan kopi, serta menyulutkan rokok bagi pakde dan omnya Dhisa yang berada di teras rumahnya.

Tak lupa, ada keponakan Dhisa juga, Nala dan Kama yang akan ikut dalam perjalanan ini. Mereka masih sibuk dengan aktivitas bermainnya di kamar Dhisa. Kalau sudah begini, Noura dan Dhisalah yang ikut bagian untuk mengawasi dua bocah itu. Untung saja anak-anak ini sedang dalam mood yang baik. Selain itu, ini menjadi alibi Dhisa dan Noura daripada ikut membantu kesibukan di dapur untuk menyiapkan makan malam, mereka lebih baik menjaga dua bocil ini. Dasar.

Noura sedang memangku Nala sembari melakukan panggilan video dengan kekasihnya, Oman. Mereka bertukar kabar untuk meng-update kesehariannya, seperti biasa. Sesekali Noura mengarahkan kameranya ke arah dua keponakannya, lantas Oman dengan senang hati menyapa bocah-bocah itu.

"Om, pacarnya tante Rara, ya?" tanya Kama pada Oman.

"Kok anak kecil tau pacar-pacaran?" tanya Oman balik.

"Kan teman Kama juga pacar-pacaran di sekolah, Om. Ssstt, tapi jangan bilang-bilang bunda aku, ya," ucap Kama lirih dengan ekspresi yang menggemaskan. Dhisa, Noura, dan Oman yang mendengar itu melongo dan seketika terkekeh. Mengingat Kama yang baru saja masuk di TK kecil.

"Loh, Kama pacaran di sekolah?" tanya Dhisa dengan raut sedih yang dibuat-buat karena berniat menggoda keponakannya.

"Teman Kama, Tante. Beneran!" seru Kama sedikit panik, lalu mendekat ke Dhisa untuk memeluknya.

"Apa? Beneran pacaran? Tante bilangin bunda, ya," ancam Dhisa dengan maksud menjahili.

"No! Kama tidak bohong. Kama tidak cinta-cintaan, Tante. Kan Kama cintanya sama Tante Dhisa," rayuan maut dari bocah yang baru masuk TK sontak membuat Dhisa, Noura, dan Oman kembali tertawa mendengar celetukan dari Kama.

Perdebatan kecil itu tak berlangsung lama karena Mama Dita keburu datang untuk mengajak Dhisa dan Noura ikut berkumpul makan bersama. Kemudian mereka beranjak dari kamar dengan Dhisa menggandeng Kama dan Noura membawa Nala dalam gendongannya saat menuju ruang tengah yang menjadi tempat berkumpul. Sesampainya, Kama langsung lepas dari gandengan Dhisa karena ia untuk lari mencari bundanya. Lalu Nala juga sudah merengek karena mencari mamanya untuk meminta ASI setelah lelah bermain.

Situasi yang ramai dan hangat saat kumpul keluarga ini terkadang sangat dirindukan. Rasanya susah untuk mengumpulkan semua keluarga kalau tidak ada acara khusus atau penting. Bahkan jika di saat suasana lebaran pun ada yang berhalangan untuk hadir maka momen-momen seperti inilah yang perlu dinikmati walaupun baru sebagian yang turut berkumpul.

***

Usai makan malam dan doa bersama pada pukul 18.30 tadi, lalu rombongan keluarga Dhisa mulai melaju satu persatu. Dhisa berada di mobil yang sama dengan orang tuanya dan Noura yang sengaja hanya terisi empat orang karena di barisan belakang penuh dengan barang seserahan dan tas pakaian. Meskipun perjalanan malam, mereka tetap ada yang terjaga untuk menemani Papa Adi yang sedang menyetir karena perjalanan ini kurang lebih akan ditempuh selama lima sampai enam jam.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang