3

968 69 2
                                    

"Ma, aku pamit ke kantor dulu, ya. Minggu lalu udah banyak WFH, nih," pamit Dhisa pada Mama Dita.

"Hati-hati, ya, sayang. Bekalnya jangan lupa dibawa, lho, ya," sahut Mama Dita dengan penuh perhatian. Ya, itulah seorang ibu yang walaupun anaknya sudah di kepala dua, tetapi bentuk perhatian ke anaknya masih seperti umur lima tahun.

"Iya, makasih mamaku sayang. Assalamualaikum," pamit Dhisa sekali lagi yang langsung mencium punggung tangan juga pipi kanan-kiri mamanya.

"Waalaikumsalam. Sa, jangan lupa pulang kerja ke rumah uti, ya. Ada pengajian di sana," pesan Mama Dita yang mengingatkan Dhisa. Uti adalah sebutan untuk nenek yang asalnya dari kata mbah putri.

Dhisa yang sedikit tergesa dan ribet dengan barang bawaannya hanya menganggukkan kepala dan mengacungkan jempol sembari bersiap di atas motornya.

"Iya, Ma."

***

Dhisa tiba di kantor. Ia akan memulai aktivitasnya dengan mengeluarkan laptop dan segelas kopi dingin yang ia bawa dari rumah menggunakan tumblr. Segala perintilan ia tata agar terlihat nyaman dan tenang saat fokusnya sudah ada pada pekerjaannya.

Sebelum memulai, ia melihat sticky notes yang ia tempel pada meja kerjanya. Kertas itu berisikan 'Malang I'm coming!'. Ya, itu salah satu wishlist Dhisa yang sengaja ia pampang untuk memotivasinya agar tetap semangat di saat dirinya mulai merasa lelah dan jenuh. Seketika ia jadi menimbang-nimbang lagi untuk pergi ke Malang dalam waktu dekat dan mungkin hanya melakukan short trip sekitar tiga hari saja.

Ah, jadi ngga sabar pengen cepat-cepat pulang buat susun rencana perjalanan ke Malang, batin Dhisa yang tampak sumringah.

***

Pukul 16.00, Dhisa sudah berkemas untuk pulang. Ia teringat pesan mamanya tadi pagi untuk ke rumah uti. Tetapi setelah dipikir-pikir ia memutuskan akan pulang ke rumah terlebih dahulu untuk menaruh barang-barang bawaan sekaligus membersihkan diri supaya terasa lebih segar. Lagi pula, ke rumah uti hanya butuh waktu sepuluh menitan saja dari rumahnya. Sebenarnya, rumah uti jaraknya dekat dengan rumah Noura. Hanya berjarak tiga rumah dan satu gang kecil.

Sesampainya di rumah, ia melihat suasana rumahnya yang terasa sepi. Dhisa mengecek ponselnya, ternyata mama dan papanya mengabari kalau sudah berada di rumah uti. Mengetahui hal itu, ia segera bergegas ke kamar untuk bersiap-siap diri secepat mungkin agar tak terlambat dan mendapat omelan dari mamanya.

Dan sesaat kemudian, ia telah siap dengan dirinya yang menggunakan tunik abu-abu dan hijabnya yang senada. Wajahnya sudah kembali segar setelah beraktivitas sedari pagi. Dhisa segera mengunci pintu ruang depan dan pintu gerbang untuk menyusul mama dan papanya.

***

"Assalamualaikum," ucap Dhisa saat memasuki rumah uti. 

Di sana sudah terlihat kehadiran dari beberapa saudaranya. Ada bude, pakde, bulik, om, sepupu, serta keponakan yang masih batita & balita. Ia menyimpulkan begitu karena dari depan samar-samar terdengar suara-suara yang familiar baginya. Suasana di dalam cukup ramai walaupun tak semua keluarganya dapat hadir karena ada beberapa yang merantau ke luar kota.

"Waalaikumsalam. Lho, akhirnya dateng cah iki," sambut pakdenya yang tengah duduk-duduk di ruang tamu bersama beberapa pria lainnya yang sudah pasti adalah saudara-saudaranya.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang