24

580 84 10
                                    

Besok Sabtu Dhisa akhirnya kembali menemani Noura untuk sesi pemotretan di Kaliurang. Seperti biasa, Noura akan menginap di rumah Dhisa di malam sebelumnya. Tadinya Noura akan langsung menjemput Dhisa pada Sabtu pagi, tetapi ia mengurungkan niatnya. Noura lebih memilih untuk menginap saja supaya dapat menghabiskan malam dengan merumpi sekaligus saling berbagi cerita untuk meng-update seputar kehidupannya belakangan ini bersama Dhisa.

"Oman apa kabar, Ra? Lo masih akur sama dia?" tanya Dhisa.

"Gila lo, ya. Mentang-mentang udah ngga ngenes, ngomongnya jadi asal nyeplos gitu," protes Noura.

Dhisa mengerutkan keningnya heran. "Lah? Ya udah, gimana? Aman ngga sejauh ini?"

"Alhamdulillah banget walaupun kemarin sempat ada benalu bentar. Untungnya, sekarang udah gue bersihin, sih," ucap Noura.

"Hah? Serius?" kaget Dhisa.

"Iya, Sa. Kemarin sempat ada yang mau dekatin Oman, terus kenalnya juga dari galeri batiknya Pak Cokro, bosnya Oman. Nah, untung aja Oman ngga peduli sama yang gitu-gitu, sih. Dicuekin doang, tuh, cewek ujung-ujungnya. Mungkin cintanya Oman udah mentok banget ke gue," ucap Noura.

"Oh, bagus, deh. Gue kira Oman yang berani main belakang sama lo," jawab Dhisa.

"Ih, amit-amit, naudzubillah," sambar Noura yang bergidik ngeri.

"Oh iya, kalian udah ada obrolan buat ke hubungan yang lebih serius belum, Ra?" tanya Dhisa.

"Sejauh ini baru saling komitmen aja, sih. Kalo ngomongin rencana nikah ya belum. Lagian kita juga masih mau nabung sama tentuin rencana-rencana ke depan dulu. Oman juga masih sibuk-sibuknya jadi driver keluarga Pak Cokro," jawab Noura.

"Tapi memang mending nikmati masa-masa pacaran dulu, ya, ngga, sih?" ucap Dhisa.

"Bener, lagian gue juga masih enjoy sama masa-masa pacaran kayak gini," balas Noura.

"Oh, ini, gue baru tau, deh, Sa. Ternyata Oman juga punya usaha kolam pemancingan gitu, tapi yang jaga sama urus kolamnya itu sepupu sama dua temannya. Gue kaget, sih, waktu dikasih tau sama dia," lanjut Noura.

"Serius? Eh, boleh juga, tuh. Kapan-kapan kita mancing di tempat Oman, yuk, tapi gue mau belajar dulu lewat Youtube," ucap Dhisa.

"Ya, asal jangan lama-lama mancingnya. Lagian ngantuk ngga, sih, nunggu ikannya makan umpan? Mending kita ajak Oman sama Mas Raden juga, Sa. Biar mereka ajalah yang mancing, nanti kita yang bagian masak ikan," saran Noura.

"Hmm, ya udah. Boleh, deh," jawab Dhisa menyetujui.

"Oh iya, ngomong-ngomong, emangnya lo udah ada obrolan serius tentang hubungan lo sama Mas Raden?" tanya Noura.

"Eh, gimana, ya? Gue bingung juga, sih. Raden sempat singgung masalah nikah, tapi gue aja baru 25 tahun, Ra. Masih terlalu muda ngga, sih?" jawab Dhisa.

"Lah, umur segitu udah pas, kok, kalo mau nikah. Ya, tapi itu, kan, tergantung diri masing-masing juga. Emang lo ngga mau nikah sama Mas Raden?" tanya Noura.

"Ya, orang gila mana yang ngga mau? Gue jelas maulah. Eman-eman banget bujang kayak dia gue lepas," ucap Dhisa yang membuat Noura terkekeh.

"Halah. Lo juga udah mulai ketergantungan, kan, sama Mas Raden? Lihat aja sekarang, mana bisa lo jauh-jauh dari dia," sangkal Noura.

"I–iya, itu juga salah satunya. Oh iya, Raden sama Oman, kan, seumuran, ya? Nah, tapi kenapa Raden yang lebih ngebet nikah, sih?" keluh Dhisa.

"Namanya juga manusia, pasti keinginannya beda-beda, Sa. Usia hampir 29, tuh, wajar aja kali kalo udah kepikiran soal itu, ya, walaupun ada juga yang masih santai-santai di luaran sana," balas Noura.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang