46

540 74 12
                                    

Hari ketiga di Bali sekitar pukul 10 pagi, Dhisa dan Raden sudah check out dari penginapan pertamanya. Pagi ini mereka akan berpindah tempat ke daerah Ubud. Tujuan pertama yang mereka kunjungi adalah rumah makan Bebek Tepi Sawah di Ubud untuk istirahat sekalian makan siang setelah menempuh perjalanan satu jam lamanya. 

"Den, kalo habis dari sini kita tambah satu destinasi lagi boleh? Sekalian tunggu waktu check in, nih," ujar Dhisa tersenyum sumringah.

"Mau ke mana lagi, Sa?" Raden tampak pasrah.

"Desa Wisata Panglipuran."

Raden tampak berpikir sembari menyesap minumannya. "Jauh?"

"Hmm, 50 menitlah dari sini," sahut Dhisa.

"Tapi sebentar aja, ya," ujar Raden.

"Iya, iya. Cuma pingin foto-foto sama liat suasana desanya aja, kok."

"Makannya dihabisin dulu," ujar Raden yang diangguki oleh Dhisa.

Setelah menyelesaikan agenda makan siang, mereka akhirnya melanjutkan perjalanan lagi ke arah utara untuk menuju ke Desa Wisata Panglipuran. Sebuah desa yang terletak di Kabupaten Bangli dengan adat, budaya, dan kesenian yang masih kental. Selain itu, lingkungan di desa ini juga bersih.

Karena perjalanan yang hampir menyentuh waktu satu jam sehingga sekitar pukul 13.10 mereka mulai tiba di lokasi kedua. Di sana mereka langsung menyusuri desa dengan berjalan kaki. Kanan kirinya terdapat rumah-rumah khas bali dengan jalan yang cukup lebar di antaranya. Di setiap rumah juga memiliki pura keluarga untuk tempat peribadatannya sehari-hari.

"Keren, ya, di sini desanya masih lumayan asri dan Bali banget suasananya," ujar Dhisa.

"Tapi setiap harinya rumah mereka didatangi sama pengunjung atau turis. Rasanya kayak kurang privasi." Raden memperhatikan rumah-rumah warga di sana yang banyak dilalui oleh orang-orang.

"Iya, sih. Namanya juga desa wisata." Dhisa memotret sekitar dengan kamera ponselnya.

"Aku ngga bisa kalo tinggal di lingkungan rumah yang setiap harinya ramai begini. Yang ada pusing terus tiap hari," ujar Raden.

Dhisa terkekeh pelan. "Sebenarnya mau tinggal di mana aja ngga masalah, asal tetangganya ngga resek."

Raden menaikkan kedua alisnya. "Nah, itu juga penting, sih."

Hanya sekitar 45 menit saja mereka berkeliling desa sembari mengabadikan momen berdua karena selanjutnya mereka berniat melanjutkan perjalanannya ke penginapan. Balik ke arah selatan lagi untuk sampai ke penginapan di Ubud yang sudah dipesan oleh Dhisa sebelumnya, yaitu Beehouse Dijiwa Ubud.

***

Raden mengeluarkan dua koper dari bagasi mobil. Lalu mereka mulai melakukan proses check in. Selesai dengan itu, mereka diantar oleh salah satu pegawai villa menuju kamarnya. Selama perjalanan menuju kamar, terasa sekali suasana villa yang sangat asri dan tenang. Setelah itu, keduanya memasuki kamar villa yang memiliki dua lantai. Kamar tidur berada di atas, sedangkan di bawah berupa ruangan yang bisa digunakan untuk bersantai dan spa karena dilengkapi dengan bath up di dalamnya.

Konsep villa kali ini cukup unik karena struktur dan material bangunannya dominan dengan menggunakan kayu. Mungkin mengikuti unsur nama penginapannya yang seolah-olah menyerupai sarang lebah. Namun, pemandangan dari balkon kamar sangat membuat betah untuk berlama-lama di sana karena terdapat pemandangan kolam renang dan sawah-sawah.

"Ish, bersih-bersih dulu, Den," protes Dhisa saat Raden akan merebahkan diri di ranjang.

Raden langsung mengurungkan niatnya. "Iya, iya." Ia meraih handuk kimono yang disediakan pada lemari kamar.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang