2

1.1K 87 7
                                    

Minggu pagi yang cerah, sinar matahari mulai menembus kaca jendela kamar Dhisa yang tertutup kain gorden. Setelah lelah bepergian semalam, Noura memutuskan untuk menginap di rumah Dhisa. Selain hari mulai larut, Noura juga sudah tak bertenaga untuk melanjutkan perjalanan pulang, walaupun waktu tempuhnya hanya sekitar sepuluh menit saja dari rumah Dhisa. Hal seperti ini sudah biasa bagi Dhisa dan Noura, mengingat mereka memiliki keakraban sedari kecil dan masih memiliki hubungan keluarga.

Pukul 05.30, seperti rutinitas pada umumnya, setelah bangun tidur mereka melaksanakan ibadah subuh dan ritual pagi di kamar mandi. Dikarenakan ini hari libur, mereka masih enggan untuk melanjutkan aktivitas di pagi hari. Mereka masih ingin mengistirahatkan diri dengan rebahan sejenak sembari mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya sambil memainkan ponsel pintarnya. Dan sayup-sayup suara kebisingan dari arah dapur pun mulai terdengar.

Baru sepuluh menit mereka lewatkan untuk bersantai di kamar, Mama Dita mengetuk pintu dan membukanya.

"Sa, Ra, ayo ikut Mama senam pagi di lapangan voli dekat rumah Pak RT," ajak Mama Dita.

"Ngga dulu deh, Ma. Masih pengen santai-santai dulu, nih," jawab Dhisa.

"Iya, Ma. Mungkin nanti setengah jam lagi kita mau pergi buat jogging aja," sahut Noura.

"Ya sudah, Mama pergi dulu ya, Nduk. Pintu dan gerbang jangan lupa ditutup, soalnya Papa masih lanjut tidur di kamar. Masmu juga masih di Surabaya, kemarin ngga jadi pulang ke Jogja," ucap Mama Dita pada anak-anak gadisnya.

"Siap, Ma! Hati-hati ya, Ma. Jangan kepincut duda di sana," balas Dhisa dengan gurauannya.

"Husss.. kamu itu kali yang kepincut duda," sahut Mama Dita tak mau kalah dan langsung menutup pintu kamar.

***

Bukan sekedar bualan, saat ini, Dhisa dan Noura tengah berada di area Car Free Day sekitar lapangan Pemda dekat rumahnya. Mereka mengawali kegiatan dengan peregangan tubuh dan pemanasan sedikit sebelum memulai jogging-nya. Sebenarnya, lebih banyak jalan santainya dibanding lari kecilnya. Saat jogging pun mereka mempunyai fokus masing-masing karena keduanya sembari mendengarkan playlist favoritnya menggunakan earphone. Tapi saat diputaran terakhir, mereka mulai berjalan santai sambil berbincang tanpa mendengarkan musik lagi.

"Sa, habis ini lo ngga ada kegiatan apa-apa, kan, selain rebahan sama santai-santai di rumah?" tanya Noura.

"Mau ajak pergi kemana lagi lo?" sahut Dhisa.

"Ikut gue aja, yuk, nge-date sama Oman. Eh, tunggu. Jangan ngoceh dulu. Nanti lo ngga bakal jadi nyamuk-nyamuk banget, kok, soalnya ada temen Oman juga," ajak Noura sambil meringis saat melihat perubahan raut wajah Dhisa.

"Ra, sejujurnya lagi males nih gue kayak gini-gini," jawab Dhisa malas.

"Sa, anggap aja nambah relasi. Nanti sore gue jemput bareng Oman, deh," ujar Noura.

"Serah lo, deh. Asal pulangnya jangan kemalaman aja," pasrah Dhisa.

"Ok."

***

Sore harinya, Dhisa, Noura, dan Oman sedang dalam perjalanan menuju Legend Coffee yang berada di tengah kota. Oman yang tingkahnya terkadang random tanpa prediksi itu turut meramaikan suasana di mobil yang berisikan tiga orang di dalamnya. Selama perjalanan pun mereka bersenandung ria menikmati kemacetan yang ada.

"Sayang, temen kamu jadi dateng?" tanya Noura pada kekasihnya.

"Tadi dia chat aku lagi mau on the way sama Gendhis, sih," jawab Oman apa adanya.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang