Tradisi pingitan yang dijalani oleh sepasang calon pengantin, yaitu Dhisa dan Raden akhirnya sudah berhasil dilalui keduanya sampai di hari terakhir. Lika-liku yang dialami sampai ke tahap ini lumayan dirasakan oleh si calon pengantin, terutama calon pengantin pria.
Selama masa pingitan, Raden menjadi lebih fokus untuk menghabiskan waktunya untuk menyegarkan pikiran serta mempersiapkan diri jelang hari sakralnya. Namun, sebelum menikmati momen pingitan, Raden sempat menjalaninya dengan perasaan resah dan gelisah di awal-awal karena harus beradaptasi dengan situasi yang baru menurutnya.
Selain itu, ada keresahan yang dialami oleh Raden saat di hari kedua pingitan, yaitu ia mulai tak tahan untuk tak menghubungi Dhisa. Sampai akhirnya, ia nekat mengirim beberapa pesan dan menelepon Dhisa hingga sepuluh kali, tetapi berujung tak mendapat jawaban satu pun. Tak hanya itu, justru yang ia dapat malah kontaknya diblokir oleh si calon istri. Jadi, Raden mau tak mau harus rela menjalani masa-masa pingitan yang bahkan belum berjalan setengahnya.
Perlahan ia mulai memanfaatkan waktunya dengan hal-hal baik sebelum melepas masa bujang. Ia melakukan pendekatan diri dengan Sang Pencipta dan kembali menikmati momen-momen berkumpul dengan keluarga di rumah. Ia juga melakukan me time untuk menenangkan diri sembari menabung rasa rindu pada sang kekasih.
***
Kemarin pada Rabu malam, pengajian menjelang pernikahan sudah dilaksanakan oleh kedua pihak keluarga yang bertempat di rumah masing-masing. Acara pengajian berjalan dengan lancar dan terasa haru.
Kemudian sore ini yang bertepatan hari Kamis atau satu hari sebelum hari H, keluarga inti dari Dhisa, Noura, serta beberapa saudara yang akan menjadi among tamu sudah tiba di area venue untuk bermalam di guest house yang sudah menjadi fasilitas di sana. Kebetulan terdapat empat kamar dalam satu bangunan guest house itu. Setelah meletakkan barang-barang di dalam guest house, Dhisa dan Noura berkeliling ke area venue untuk melihat-lihat sekitar dan memantau persiapan dekorasi yang berada di area outdoor.
Setelah dirasa puas berkeliling, Dhisa dan Noura kembali ke dalam guest house. Namun, sebelum langkahnya benar-benar sampai di depan guest house, pandangan Dhisa menangkap satu gerombolan yang jika dilihat dari kejauhan tampak tak asing. Ia mengenali ada bude serta buliknya Raden di sana. Sontak saja hal itu membuat Dhisa kelabakan.
"Ra, ayo, buruan jalannya," ujar Dhisa.
"Kenapa?" tanya Noura bingung.
"Itu gue lihat keluarganya Raden udah pada datang juga," ucap Dhisa.
"Emang belum boleh ketemu?" tanya Noura.
"Belum. Ayo, Ra, gue takut kena omelan keluarganya Raden kalo keluyuran kayak gini, apalagi kalo sampai ngga sengaja ketemu Raden," jelas Dhisa.
Keduanya langsung melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Lalu sesampainya di dalam guest house kembali, mereka langsung duduk di kursi ruang tengah.
"Kamu dari mana, to, Nduk?" tanya Mama Dita.
"Habis keliling sambil cek venue besok, Ma," jawab Dhisa meringis.
"Oalah, Mama cari-cari dari tadi." Mama Dita menggelengkan kepala.
"Oh iya, barusan Mama dikabari sama orang tuanya Mas Raden. Katanya, keluarga mereka udah pada sampai sini juga. Kamu jangan aneh-aneh dulu, soalnya guest house yang ditempati keluarganya di sebelah sana." Mama Dita mengacungkan jari telunjuknya ke lain arah.
Dhisa meringis. "Iya, Ma."
"Padahal tadi hampir aja ketahuan, lho, Ma. Untung kita langsung cepat-cepat masuk," sambar Noura.
![](https://img.wattpad.com/cover/374696246-288-k714638.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
FanficDhisa adalah seorang wanita single yang menyukai traveling. Ya, bisa dibilang travelingnya masih yang dekat-dekat aja, sih, di sekitar Pulau Jawa. Dhisa memiliki saudara sepupu yang akrab sejak kecil sampai saat ini, yaitu Noura. Noura ini memiliki...