17

1.5K 119 6
                                    

Sepulang dari acara pengajian, keluarga Dhisa sudah kembali ke penginapan setelah waktu Isya. Kali ini, beberapa saudara yang lain sudah mulai berdatangan lagi. Mereka datang menggunakan satu mobil Elf dan dua mobil pribadi. Namun, di antara mereka ada juga yang menginap di penginapan lain dan ada beberapa lainnya turut bergabung di penginapan yang sama dengan yang disinggahi oleh keluarga besarnya saat ini. Bahkan Mas Dhika ikut bergabung bersama orang tuanya untuk bermalam di penginapan.

Dhisa juga baru mendapat kabar kalau Raden dan Oman sedang dalam perjalanan ke Surabaya dengan mengendarai mobil milik Oman. Mungkin diperkirakan mereka akan tiba saat dini hari. Tadinya, Dhisa dan Noura sama-sama menyuruh mereka untuk bergabung di penginapan yang disinggahinya, tetapi mereka menolak dengan alasan sudah memesan hotel sehingga Dhisa dan Noura mau tak mau memakluminya.

Pukul 21.40, akhirnya, banyak di antara keluarga besar Dhisa yang mulai beristirahat di ranjang kamarnya masing-masing. Mengingat besok harus bersiap-siap sedari waktu Subuh karena acara akan dimulai pada pukul 08.30. Oleh karena itu, malam ini adalah bagian para wanita yang sibuk menyiapkan pakaian yang akan dikenakan esok agar mengurangi kehebohan di pagi harinya. Kesibukan yang dilakukan itu seperti, menyiapkan pakaian dan printilan untuk dirinya, suami, atau anaknya.

***

Menjelang adzan Subuh, Dhisa, Mas Dhika, dan orang tuanya mulai bersiap-siap untuk pergi ke lokasi pernikahan. Mereka akan pergi ke gedung acara terlebih dahulu untuk bertemu dengan tim WO dan tim MUA yang akan merias keluarga calon pengantin. Nantinya beberapa perwakilan dari keluarga juga ada yang menyusul ke lokasi setelah Subuh, mereka di antaranya ialah orang-orang yang sudah ditugaskan menjadi among tamu.

Dhisa sudah berada di satu ruangan dengan Mama Dita yang sama-sama tengah dirias. Dhisa setengah menahan rasa kantuknya. Si perias dan Mama Dita sesekali mengajaknya berbincang, tetapi Dhisa hanya menjawab seperlunya. Karena itu, Dhisa mencoba untuk memeriksa isi handphone-nya. Terakhir kali ia memeriksa ponselnya tadi saat bangun tidur, ia membalas pesan dari Raden yang memberitahu kalau dirinya dan Oman sudah sampai di hotel tempatnya menginap. Dan sekarang Dhisa berinisiatif untuk menelepon Raden karena berniat membangunkannya.

"Halo," sapa Raden di seberang sana dengan suara seraknya.

"Bangun, Den. Udah setengah enam ini," ucap Dhisa mengingatkan.

"Iya, Sa. Aku baru tidur jam setengah tiga pagi," kata Raden yang belum sepenuhnya tersadar dari tidurnya.

Dhisa sedikit terperangah dengan sebutan yang berbeda itu. "Eh?—Oh iya, gue udah di lokasi acara, nanti lo sama Oman ke sininya kalo bisa sebelum jam 8 ya, Den."

"Hmm, iya," gumam Raden.

"Ya udah, gue tutup dulu, ya," ucap Dhisa yang hanya dibalas dengan gumaman lagi. Dhisa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Siapa, Nduk? Mas Raden, ya?" tanya Mama Dita yang diam-diam mendengar obrolan Dhisa saat sedang teleponan dengan seseorang.

"Iya, Ma," singkat Dhisa.

"Dia jadi sama Oman ke sininya?" tanya Mama Dita.

"Jadi, Ma. Tadi sekitar jam satu malam mereka udah sampai hotel, kok," jawab Dhisa.

"Ya ampun, kasihannya, pasti masih pada capek habis nyetir jauh-jauh ke sini," ucap Mama Dita merasa iba.

"Ah, gara-gara sambil begadang juga itu, Ma," sangkal Dhisa.

"Oh ya, Sa, nanti kamu jangan lupa ajak Mas Raden buat kenalan sama keluarga yang lain, ya, apalagi Bude sama Pakde kamu. Nanti kalo ngga dikenalin bisa-bisa pada protes ke Mama semua," pesan Mama Dita.

BINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang