Satu minggu kemudian, Mas Dhika mendatangi kampung halamannya bersama sang istri, Mbak Eva. Setelah hampir dua bulan pernikahannya, baru kali ini mereka menyempatkan datang untuk mengunjungi keluarganya di Jogja. Sepasang pengantin baru ini datang tanpa sepengetahuan orang tua dan adiknya. Kebetulan siang hari itu, hanya Mama Dita yang sedang berada di rumah.
"Lho, kok ngga kasih kabar kalo mau ke sini, Mas?" tanya Mama Dita setelah membukakan pintu depan.
"Biar kejutan, Ma," jawab Mas Dhika yang menyalami tangan Mama Dita.
"Ayo, masuk dulu. Kopernya langsung dibawa ke kamar aja, ya, Mas," perintah Mama Dita pada anak sulungnya, kemudian sang anak mengiyakan.
"Mama, apa kabar? Sehat?" tanya Mbak Eva yang turut bersalaman dan dilanjut dengan cipika-cipiki dengan sang mertua.
"Sehat. Kamu gimana? Sering mual-mual ngga?" tanya Mama Dita.
"Alhamdulillah, sehat, Ma. Kalo sekarang belum ngerasain mual-mual, kok, Ma. Apa karena usianya baru lima mingguan, ya? Tapi malah jadi sering ngantuk aja sekarang-sekarang ini," jawab Mbak Eva.
"Oalah, syukurlah, Nduk. Tiap orang, kan, memang beda-beda, yang penting dijaga juga, ya, kesehatannya," pesan Mama Dita.
"Iya, Ma. Sekarang mumpung lagi sehat jadinya masih bisa main ke sini. Lagian kalo bulan depan, kan, belum tau bisa ke Jogja atau ngga, harus lihat-lihat kondisinya dulu," jawab Mbak Eva.
"Halah, santai aja, Nduk. Utamakan kondisimu dan janinnya dulu. Yang penting kalian sehat semua Mama udah senang, kok. Oh iya, kamu mau langsung istirahat di dalam, Va?" tanya Mama Dita pada Mbak Eva.
"Iya, Ma. Padahal tadi di kereta udah tidur, tapi sampai sini mulai kerasa pegal-pegal sama ngantuk lagi. Aku nyusul Mas Dhika ke kamar, ya, Ma," balas Mbak Eva.
Mama Dita mengangguk kepala.
***
"Assalamualaikum. Loh, Mas, Mbak?!" kaget Dhisa saat memasuki rumahnya."Eh, Dhisa, apa kabar?" sapa Mbak Eva yang sore itu tengah duduk-duduk di ruang TV bersama suaminya.
"Sehat, Mbak. Kok ngga bilang, sih, kalo mau ke sini?" tanya Dhisa.
"Iya, ini dadakan, kok," jawab oleh Mbak Eva.
"Bentar, bentar, aku mau ganti baju dulu, Mbak," ucap Dhisa.
Setelah bersapaan dengan kakak-kakaknya, Dhisa bergegas menuju kamar untuk bersih-bersih diri sebentar serta mengganti pakaiannya. Lalu ia segera ikut bergabung di ruang TV dan menempatkan diri di sebelah Mas Dhika.
"Mbak, kok, ikut ke sini? Bukannya kemarin habis cek kandungan?" tanya Dhisa.
"Iya, alhamdulillah sehat dan aman, kok, kata dokter," jawab Mbak Eva.
"Ih, Mas, kok, kamu udah mau punya anak aja, sih?" tanya Dhisa pada sang kakak.
"Lah, biarin orang pengen," jawab Mas Dhika asal.
"Ada-ada aja kamu, Sa," sahut Mama Dita.
"Oh iya, besok-besok biar gantian Mama sama Papa aja yang ke Surabaya. Kasihan Mbak Eva kalo tiap bulan ke sini atau ditinggal Mas Dhika ke Jogja sendirian," sambar Papa Adi.
"Yah, nanti jadi aku yang sendirian di rumah, dong?" tanya Dhisa.
"Ya, kamu kalo mau ikut juga gapapa, Dek," jawab Papa Adi.
"Lihat besok aja, deh, Pa. Kalo lagi ngga sibuk aku mau ikut," ucap Dhisa.
"Halah. Paling juga kamu khawatir ngga bisa ketemuan sama Mas Raden, ya?" ledek Mama Dita.

KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
FanfictionDhisa adalah seorang wanita single yang menyukai traveling. Ya, bisa dibilang travelingnya masih yang dekat-dekat aja, sih, di sekitar Pulau Jawa. Dhisa memiliki saudara sepupu yang akrab sejak kecil sampai saat ini, yaitu Noura. Noura ini memiliki...