Setelah terwujudnya acara lamaran, terbitlah kesalahpahaman. Bukan dari sepasang bunga hati, melainkan dari seorang pria dengan seorang anak laki-laki. Ada saja kerecokan yang harus dialami Dhisa pasca momen bahagianya. Si laki-laki dewasa itu juga bukannya mengalah malah turut membuat resah.
"Sa, pergi aja, yuk. Kok kamu malah nuruti si tuyul ini sih?" ucap seorang pria.
"Tega banget sih kamu" sahut si wanita.
"Ya, kan kita mau quality time, Sa. Masa kamu lebih pilih dia dibanding aku?" keluh si pria tak mau kalah.
"Ish, tunggu dulu, Den. Bentar lagi udah mau pamit juga kok keluarga besarku. Lagian kamu kenapa ngga ikut pulang aja sih bareng Mama sama Ayah?" ujar Dhisa.
"Astaghfirullah, kok kamu gitu, sayang?" jawab Raden lesu.
"Om, ngapain sih? Kok ngomong terus daritadi?" sambar Kama yang memang sedang bersama Dhisa dan Raden.
"Om mau pergi sama Tante Dhisa. Kama pulangnya kapan?" ucap Raden pada bocah laki-laki.
"Mau pergi? Kama mau ikut, Om" jawab Kama penuh harap.
"Anak kecil ngga boleh ikut" ucap Raden.
"Tante, Kama mau ikut pergi. Tapi, ngga dibolehin sama Om itu" adu Kama pada Dhisa sembari menunjuk ke arah Raden.
Dhisa menghela nafasnya pelan dan melirik sekilas ke Raden sebelum menanggapi keponakannya itu.
"Lho, Bunda sama Ayahnya Kama juga mau pergi tau. Emang Kama ngga mau ikut?" jawab Dhisa.
"Tante ikut juga ngga?" tanya Kama.
"Tante kan mau pergi sama Om Raden" jawab Dhisa.
Kama menoleh ke arah Raden dengan raut yang susah ditebak. Sedangkan, Raden memandang Kama dengan senyum kemenangannya.
"Tante ngga sayang sama Kama lagi, ya?" keluh bocah itu dengan tampang memelas.
"Sayang, dong. Kan kita masih bisa main lagi kapan-kapan" bujuk Dhisa.
"Tapi, kok Tante sama Om itu terus sih? Tante Noura juga sekarang sama Om Bule terus" keluh Kama lagi.
Dhisa melempar pandang ke Raden bingung. Ia meminta bantuan lelaki itu untuk membantunya menjawab ocehan Kama.
"Soalnya, Om Raden sama Tante Dhisa mau menikah. Menikah itu nanti kayak Ayah sama Bundanya Kama, tinggal bersama-sama di satu rumah" jawab Raden ragu-ragu.
"Kama juga mau menikah sama Tante Dhisa biar tinggal bersama-sama" celetuk bocah itu.
"Eh? Ngga bisa, dong. Kan Tante Dhisa udah punya Om" jawab Raden.
"Tapi, Kama mau, Om" rengek Kama.
"Kan Kama masih punya Ayah sama Bunda. Nanti kalau mereka sedih karena ngga tinggal sama Kama lagi, gimana?" ucap Raden.
"Tante Dhisa juga masih punya Ayah sama Bunda kok" jawab anak itu tidak ada habisnya.
Raden memandang Dhisa tanda ingin menyerah.
"Tante kan udah besar, udah dewasa, udah boleh menikah. Kalo Kama kan masih sekolah TK, badannya juga belum tinggi kayak Om Raden, terus masih sering rebutan mainan sama Adik Nala, kan?" jelas Dhisa.
"Besok kalo Kama sudah besar, udah tinggi, ngga sekolah TK lagi, mau menikah juga deh" jawab Kama.
"Iya, boleh. Asal bilang dulu sama Ayah Bunda, ya?" jawab Dhisa menyerah.
"Iya, Tante" balas Kama mengangguk riang.
"Kama ke Bunda dulu sana. Emang Kama udah ngga sayang sama Bunda, ya?" ucap Raden.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINAR
FanfictionDhisa adalah seorang wanita single yang menyukai traveling. Ya, bisa dibilang travelingnya masih yang dekat-dekat aja, sih, di sekitar Pulau Jawa. Dhisa memiliki saudara sepupu yang akrab sejak kecil sampai saat ini, yaitu Noura. Noura ini memiliki...